-->

Cari Blog Ini

Danmachi Volume 16 Bab 1 Surat cinta mendadak

Danmachi Volume 16 Bahasa Indonesia

BAB 1 : 

Surat cinta mendadak

  

Aku bisa mencium bau kertas.

Ketika aku masih kecil, aku tidak pernah bosan membolak-balikan halaman dan membenamkan diri di dalamnya, ini adalah aroma buku.

“Kalau tidak salah, ada di sekitar sini...”

Aku berdiri di depan rak buku yang tertata rapi.

Markas besar [Familia], [Hearthfire Mansion]. Di bagian perpustakaan.

Bahkan di mansion yang besar, ruangan dengan banyak buku dan rak yang menghadap ke halaman di lantai pertama ini awalnya juga merupakan milik [Apollo Familia]. Perpustakaan ini sekarang menjadi milik [Hestia Familia], bersama dengan markas besar yang diterima setelah memenangkan war game.

Buku yang tak terhitung jumlahnya dikumpulkan oleh Apollo-sama dan para pengikutnya, dan awalnya aku merasa agak ragu untuk membacanya, tapi———

“Kau boleh membacanya dengan bebas kok. Kalianlah yang memenangkan war game, dan tidak ada yang akan mengeluh bahwa itu adalah barang pribadi selama tidak ada yang membawanya.”

Itulah yang dikatakan Daphne-san.

Kami-sama memberitahuku bahwa jika dilihat dari sudut pandang buku, mereka pasti tidak ingin tertutup oleh debu, dan sekarang aku punya waktu luang untuk membacanya.

Yang sering menggunakan perpustakaan ini adalah aku dan Haruhime-san. Sisanya, Kami-sama yang menyukai hiburan dunia fana daripada buku itu sendiri. Karena dia sering membeli lebih banyak buku yang membuatnya tertarik dengan sedikit uang sakunya, rak buku itu sangat padat, dan kurasa sudah saatnya kami mempertimbangkan untuk membeli rak buku yang baru.

Di dalam hutan buku itu, aku sedang mencari sebuah buku tertentu.

“......ada.”

Di rak bagian atas tempat cerita tentang pahlawan dikumpulkan.

Aku berjinjit, menjepitnya dengan jariku, dan mengambil [Kisah Kepahlawanan] yang tebal.

“[Dungeon Oratoria]......”

Peristiwa sejarah di Orario. Kompilasi dari itu semua, bisa dikatakan ini adalah catatan para pahlawan.

Aku membuka buku Kisah Kepahlawanan, yang juga merupakan buku favoritku di masa kecilku.

Setelah membolak-balikan halaman buku itu, aku berhenti di bab terakhir dimana beban di tangan kananku berkurang.

“[Pahlawan Albert]...”

Itu adalah nama salah satu pahlawan besar, yang juga dikenal sebagai pahlawan [terkuat] dalam sejarah.

Dia adalah salah satu tokoh besar di dunia bawah, tidak hanya tertulis dalam [Dungeon Oratoria] tetapi juga dalam berbagai dongeng dan cerita pengantar tidur.

Sambil menatap ilustrasi di mana dia memegang pedang yang diayunkan dan menghadapi monster raksasa bersama dengan roh, aku mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu.

———[Apa kau mengunjungi kuburan seseorang juga?]

Pagi hari setelah [Elegia], di mana orang-orang meratapi kepergian para pahlawan dan petualang yang tersebar di kota labirin. Aku bertemu Aiz-san di [Makam Petualang].

Di sana dia meletakan bunga.

Di sebuah monumen hitam legam yang dibangun untuk para pahlawan [Kuno]———di depan batu nisan di tengah monumen yang ditempatkan untuk [Pahlawan Albert].

“Wallenstein......Waldstein.”

Pahlawan Albert dikenal dengan banyak nama.

Diantaranya adalah [Mercenary King Waldstein].

(Tln: Youhei Ou = Mercenary King/Raja Tentara Bayaran)

Di zaman [Kuno], tentara bayaran identik dengan penjelajah labirin, yang berarti [Mercenary King] adalah [Raja Petualang].

[Putri Pedang] Aiz Wallenstein meletakkan bunga di batu nisan Mercenary King Waldstein....

Dihadapkan pemandangan yang menghubungkan yang terkuat di zaman kuno dengan yang terkuat di zaman sekarang membuatku merasakan gemerisik di dadaku, yang berbeda dengan rasa penasaranku.

“Nama Waldstein... tidak ada di [Dungeon Oratoria] ini, ya?”

Aku memeriksa setiap sudut halaman, tapi nama alias [Mercenary King] tidak disebutkan di mana pun.

Saat ini aku sedang memeriksa salinan dari [Dungeon Oratoria]. Ini telah disalin berkali-kali dari teks asli yang ditulis seribu tahun yang lalu, tapi ini pasti yang disebut dengan [resmi].

Di sisi lain, aku mengetahui nama Waldstein dalam [Dungeon Oratoria] yang kubaca di kampung halaman ku... Bisa dikatakan itu adalah karya sekunder yang ditulis oleh kakekku, orang tua yang membesarkanku.

Normalnya, aku akan curiga bahwa yang terakhir itu dibuat-buat dan menertawakan Mercenary King sebagai bagian dari imajinasi kakekku.

Tapi...

(Entah kenapa... aku tidak berpikir itu hanya sesuatu yang dibuat-buat oleh kakekku)

Apakah benar-benar mungkin bahwa imajinasi yang dia tulis untuk menyenangkan diriku yang masih kecil ada kaitannya dengan Orario yang sebenarnya seolah-olah itu hanya kebetulan?

Perasaan ini hanya bisa disebut intuisi.

(Apakah Aiz-san keturunan pahlawan....?)

Itu tidak mengejutkan bagi siapa pun yang mengenalnya akan berpikir demikian.

Sebaliknya, itu sangat masuk akal.

Mudah untuk diterima jika dia yang terkenal sebagai pendekar pedang wanita terkuat di Orario adalah keturunan dari seorang pahlawan hebat.

.....Tapi, ada sesuatu yang mengganjal.

Bahkan aku sendiri tidak begitu mengerti.

Saat itu, ekspresi Aiz-san di belakang matahari pagi, wajahnya yang meletakan bunga di kuburan, tidak tampak seperti seseorang yang sedang mengunjungi makan leluhur yang jauh?

Apa sih keraguan yang terus melekat di hatiku ini?

Sebenarnya jawaban seperti apa yang ingin aku temukan?

(Selain itu, [akhir] dari Albert...)

Catatan pahlawan hebat yang diceritakan sebagai seorang legenda.

[Prestasi] yang telah dicapai oleh Mercenary King adalah———

“———eh? Ada suara bel?”

Aku mengangkat wajahku karena suara bel yang membuyarkan lamunanku.

Sumber suaranya berasal dari pintu masuk mansion. Itu pasti pengunjung.

Aku melihat ke luar jendela perpustakaan, di sana ada Haruhime-san yang sedang mengeringkan cucian di halaman, berkata “Ah!?” sembari mengibarkan ekornya yang tebal. Sepertinya dia sedang sibuk, aku menutup bukuku dan keluar dari perpustakaan. Sambil berlari menyusuri lorong yang menghadap ke halaman, aku memanggil Haruhime-san yang mengenakan pakaian maid-nya, “Biar aku yang keluar”!

Aku membalikkan tanganku ke arahnya yang membungkuk berulang kali, dan tiba di pintu depan lebih cepat dari pada Lilly dan yang lainnya di dalam mansion.

Aku menyentuh pintu sambil berkata “Akan kubuka pintunya sekarang.” karena bel pintu berbunyi sekali lagi.

“———”

Mataku terbuka lebar, dan untuk sesaat aku tidak tahu harus berkata apa.

Ketika aku membuka pintunya, yang berdiri di sana adalah seorang gadis cantik yang tidak kukenal membangkitkan kesadaranku.

Rambut panjangnya yang menutupi sisi kanan wajahnya tampak pucat seakan kehilangan warnanya.

Mata kirinya yang tidak tertutup hitam pekat seperti dipenuhi oleh kegelapan, tapi itu tidak merusak penampilannya yang sangat rapi. Gaun yang dia kenakan juga berdasarkan warna hitam yang tidak terlalu mencolok mengingatkanku pada istilah murid [penyihir].

Aku yakin dia lebih tua dariku. Tingginya tidak jauh berbeda dariku, dan rasnya adalah manusia.

Wajahnya yang tersembunyi dibalik rambutnya itu tampak tanpa ekspresi layaknya seperti boneka.

Tapi... aku tak kenapa.

Pandangannya padaku sepertinya [sangat dingin] atau lebih tepatnya penuh dengan [permusuhan]....

“Bell Cranel.”

“Y-ya. ...Ee, apa kau mengenalku?”

“Siapa pun yang berada di kota akan mendengar julukan sang pemegang rekor sampai membuatmu ingin menutup telinga. Kuharap agar kau sadar diri betapa mengganggunya ketenaranmu yang disebut-sebut itu. Wajah vulgarmu itu juga sangat tidak menyenangkan.”

“Ugh!?”

Setelah tiba-tiba memanggil namaku, gadis itu mengatakan itu kepadaku yang memasang wajah bodoh, dengan suara sedingin matanya.

Meskipun ini adalah pertemuan pertama kami, itu sudah buruk sekali dan terlebih lagi, dia menatapku seperti melihat kelinci liar berlumpur!

Dia adalah seorang wanita dengan kepribadian yang belum pernah aku temui sebelumnya...!

“.........Kalau saja kau tidak muncul dihadapan orang itu.”

Tepat ketika aku benar-benar terluka dan goyah.

Dia menurunkan mata kirinya dan menjatuhkan gumaman pelan di kakinya.

Eh? Saat mataku terbelalak, dia kembali menatapku seolah tidak terjadi apa-apa.

“Ini.”

“Su-surat?”

“Itu dari orang tertentu yang ditunjukan untukmu. Pastikan untuk membacanya.”

Setelah mengucapkan beberapa kata, dia berbalik membuat ujung pakaiannya yang panjang mengepak.

Jika lebih lama dari ini, rasanya seperti dia akan melakukan sesuatu pada pria yang ada di depannya. Sambil melepaskan udara dingin seperti itu dari punggungnya, dia dengan tenang melintasi bagian depan mansion.

Aku hanya berdiri diam sampai dia melewati gerbang utama dan tak terlihat lagi.

“Apa sebenarnya itu tadi?”

“Uwah!?”

Mendengar suara yang terdengar dari belakang, membuat bahuku tersentak kencang.

Saat aku berbalik dengan panik, Welf berdiri seolah-olah itu hal yang wajar.

“Surat itu, jangan bilang itu surat cinta!? Aku tidak akan mengizinkan ada hubungan percintaan lagi!”

“Su-surat cinta!? Menyerahkannya dari pintu masuk di siang hari, untuk Bell-sama!? Fuaa....!”

“Tenanglah, Haruhime-dono! Kita belum tahu pasti apakah itu surat cinta!”

Dari Lilly, Haruhime-san sampai Mikoto-san! Sejak kapan mereka ada di sini!?

Dan berhentilah menyebutnya surat cinta surat cinta terus!

“K-kalian ada di sini!?”

“Ya, sejak Bell-sama disebut, [Si goblin brengsek yang tampak bodoh dan tidak menyenangkan ini, mati aja sana!] kami sudah di sini.”

“Dia tidak menyebutku sampai segitunya!!”

“Selain lelucon itu, sepertinya kau tampak gelisah meski hanya menyambut tamu. Makanya kami datang untuk melihat apa yang terjadi.”

“Bell-dono benar-benar tertekan oleh kehadirannya, jadi tidak aneh kalau kau tidak menyadarinya.”

“Banyak keringat mengalir di sekitar leher anda juga...”

Welf, Mikoto-san, dan Haruhime-san menjelaskan itu padaku ketika aku berteriak pada jawaban aneh Lilly yang menatapku dengan penuh celaan. Kurasa mereka menguping kami sambil bersembunyi di belakangku di pintu masuk.

Haruhime-san secara alami mengeluarkan kain kecil dan dengan cekatan menyeka keringat di leherku, saat aku tersipu, Lilly mendorong pinggang maid-san dengan bahunya.

Mengabaikan Haruhime-san yang terdorong ke samping dan bersuara “Ah!?”. Lilly menyodorkan jari kelingkingnya ke arahku.

“Daripada itu, hubungan macam apa yang anda miliki dengan orang itu! Hubungan yang bisa menarik perhatian sebelum kusadari!”

“Apa maksudnya hubungan yang bisa menarik perhatian!? Aku tidak tahu, kami benar-benar baru pertama kali bertemu!”

Meskipun kehilangan ketenangan, aku menjawab dengan jujur.

Kemudian Lilly menutup mulutnya dan memasang ekspresi serius di wajahnya.

“Orang itu adalah anggota [Freya Familia].”

“Eh... Fr, [Freya Familia]!?”

Mendengar nama tidak terduga itu, aku menaikkan suaraku.

Seorang anggota  faksi terbesar di kota, setara dengan Aiz-san dan anggota [Loki Familia] lainnya!?

“[Pembantu Dewi, Helun]. Dia adalah bendahara yang diizinkan berada di sisi Freya-sama selain hanya menjadi [pelayan]. Biasanya, dia tinggal di Babel atau markas besar untuk menjaga lingkungan Freya, dan sepertinya dia jarang muncul seperti Dewi-nya...”

(Tln: juusha = servant/pelayan)

“A-apakah itu benar?”

“Ada emblem di pakaiannya, dan itu ciri yang sama seperti yang kudengar. Mungkin itu memang dia.”

Lilly dan Welf menjawabku.

Sosoknya yang tampak tertutup kegelapan dan rambutnya berwarna abu-abu, itu pasti [Pembantu Dewi] yang dirumorkan.

Saat aku berkedip berkali-kali, aku tiba-tiba sadar dan menanyakannya.

“Etto, apa namanya hanya Helun? Siapa nama belakangnya...”

“Tidak ada, katanya sih begitu. Dan dia juga tidak memiliki nama alias.”

“Eh?”

“Tampaknya Freya-sama menolak menyebutkan namanya di Denatus. Katanya [Suku utama ini tidak akan menjadi siapa-siapa].”

Mungkinkah menolak nama di Denatus, karena mereka adalah  faksi terbesar di kota? Pemikiran tidak penting seperti itu untuk sesaat terlintas di benakku yang tertegun.

Mengabaikan nama alias.

Itu biasanya tidak mungkin.

Tampaknya dewa-dewi memiliki kesempatan untuk menghindari mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti seperti “Gak mau~, masih terlalu dini untuk anak-anak memiliki nama dari masa lalu yang kelam, gak mau~”, tapi pada dasarnya nama alias itu adalah simbol yang paling mudah dikenal ketika berbicara tentang petualang kelas atas.

Lagipula, gelar seorang petualang yang diberikan oleh para dewa-dewi itu untuk memuji pencapaian mereka yang luar biasa.

Mungkin bisa dikatakan bahwa itu adalah seni bela diri yang mudah dipahami untuk [Familia], yang jelas, itu bisa memamerkan kekuatan dari  faksi sendiri dan juga bisa menjadi pengecek saingan. Tak kusangka itu akan ditolak.

[Freya Familia] adalah  faksi terkuat.

Jika dikatakan mereka tidak lagi terobsesi dengan hal-hal seperti itu, maka sepertinya memang begitu, tapi...

“Dan julukan yang kemudian disebut sebagai pengganti nama alias itu adalah [Utusan Dewi Tanpa Nama].”

“Ta-Tanpa nama?”

“Ya. Dia adalah petualang kelas atas khusus yang menjadi terkenal sebagian karena dia tidak memiliki gelar.”

Aku mendengar alasan yang kontradiktif bahwa dia terkenal meskipun jarang sekali muncul.

Petualang kelas atas yang merupakan anggota [Freya Familia] dan tidak memiliki nama alias.

Kenapa orang seperti itu datang menemuiku...

“Untuk saat ini, bagaimana kalau kita lihat isi surat itu? Bahkan jika kita memikirkannya, kita tidak akan tahu apa-apa.”

“Ah! Itu benar! Bell-sama, tolong segera lihat isinya!”

“Ba-baiklah.”

Atas saran Mikoto-san, Lilly mendorongku untuk membukanya seolah dia baru ingat.

Bukan hanya tidak mewah, tapi juga tidak ada segel lilin yang diukir dengan lambang  faksi.

Jika ada, surat itu kecil dan imut seperti yang akan disiapkan oleh seorang gadis, aku membukanya lebih berhati-hati dengan tatapan gugup.

“Ada kemungkinan itu undangan ke [Perjamuan Dewa] seperti halnya Apollo-sama...”

“Dari sana, jadi war game lagi? Itu tidak lucu.”

“Jika kita diserang oleh faksi yang mengalahkan Ishtar-sama, maka nasib kita...!”

“Bell-sama, tolong merunduk! Lilly juga mau lihat!”

Mikoto-san, Welf, Haruhime-san, dan Lilly berbicara satu per satu.

Sepertinya tidak ada yang bisa menyembunyikan ketegangan mereka karena surat dari [Freya Familia].

Di desak oleh Lilly akupun berjongkok dan melihat kertas surat yang terlipat itu dengan Welf dan yang lain mengintip dari bahu kiri dan kananku.

Apa yang tertulis di atas kertas itu adalah bahasa umum yang indah.

[Untuk Bell-san

Di Festival Dewi yang akan datang, berkencanlah denganku.

    Dari Syr]


......?

......Eh, Syr-san?

......Kenapa?

Untaian huruf yang menerbangkan berbagai hal seperti ketegangan dan imajinasi yang tidak menyenangkan, membuatku berhenti berpikir.

Kemudian, Lilly dan yang lainnya yang juga sempat waktunya terhenti mulai gemetar dan berteriak secara bersamaan.

“““I-Ini surat cinta!!”””

“E-eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh!?”


***


“Bell-kun dapat surat cinta~a———?”

Malam harinya.

Di meja makan mansion saat waktu makan malam, teriakan kemarahan Kami-sama yang kembali dari pekerjaan paruh waktu meraung.

“Siapa!? Siapa pengirimnya!? Advisor-kun dari Guild!? Atau Cassandra-kun dari Miach Familia!? Atau mungkin para Amazoness-kun dan Aisha-kun yang mengincar kesucian Bell-kun!? Atau jangan bilang itu dari Walen~apalah-kun, aaaaaaa!?”

“Syr-sama dari [The Hostess of Fertility], Hestia-sama!”

(Tln: Houjou no Onna Shujin = The Hostess of Fertility. Kalau official eng, The Benevolent Mistress)

“Jadi seseorang dari bar!”

Melihat Kami-sama yang jatuh di atas meja dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya aku berkeringat.

Meskipun sudah waktunya makan malam, keadaan sangat gaduh sehingga aku tidak bisa makan...

“Beraninya mengirim surat cinta ke bell-kun ku...! Menerobos langsung dari depan di mana situasi yang seperti perjanjian non-agresi ada dengan menahan diri satu sama lain sebagai sesama musuh, itu sungguh bernyali! Sombong sekali dia!”

“Kami-sama, apa maksudnya dengan perjanjian non-agresi...”

“Ngomong-ngomong, pisauku yang dibawa Bell-kun awalnya akan disebut [Belati Cinta] loh!”

“Eh!?”

“Aku tidak butuh informasi sepele seperti itu!”

Ketika wajah sombong Kami-sama menatapku dua kali tanpa kusadari, Lilly memukul meja di sampingku.

Uhuk, mungkin dengan berdehem Kami-sama jadi lebih tenang, dia mengalihkan tatapannya yang tajam ke Lilly, anggota familia yang melaporkan kejadian pagi ini.

“Hei, Supporter-kun! Kau kan ada di sana, tapi bisa-bisanya kau membiarkan tindakan barbar seperti itu! Bagaimana dengan peranmu sebagai pengawas Bell-kun?”

“Aku sungguh minta maaf, Hestia-sama...! Lilly juga tidak mengira ada orang yang mengunjungi mension secara terbuka dan memberikan surat cinta begitu saja...! Sudah kuduga, para petualang kelas atas penuh dengan monster!”

Itu adalah kesalahan terburuk dalan hidupku! Kata Lilly meratap seperti sedang melakukan penebusan dosa.

Peran pengawas... Aku sudah lama memikirkan hal itu, tapi Kami-sama dan yang lain, bukankah kalian terlalu protektif padaku?

Karena aku memiliki catatan kriminal setelah bilang kalau “Harem adalah romansa pria” makanya mereka tidak mempercayaiku, ya. Seperti memberitahuku kalau sekarang aku dalam posisi seorang pemimpin, maka lakukanlah dengan baik?

Meski begitu, saat aku mengalihkan pandangan seolah untuk meminta persetujuan, Haruhime-san dan yang lainnya mengalihkan pandangannya.

Lah kok~? (Aree~?)

“Da-daripada itu, aku lebih penasaran soal kenapa seseorang dari [Freya Familia] yang datang untuk mengantarkan surat dari Syr-san...”

Meskipun aku sedikit terluka, hal itu menimbulkan pertanyaan.

Aku tidak bisa mengabaikan tentang kencan itu, tapi sejujurnya, aku tidak bisa tidak khawatir tentang hal itu.

“Aku tidak terlalu dekat dengan Syr-sama, tapi itu artinya dia bagian dari keluarga Dewi...”

“Itu seharusnya tidak mungkin. Bahkan jika kau melihat aura dan gerakan fisiknya, tidak terlihat seperti [Falna] terukir ditubuhnya. Dia adalah orang biasa tanpa afiliasi.”

“Mungkin dia bukan petarung? Tidak seperti pelacur di distrik kenikmatan tempat Haruhime-dono tinggal, tapi seperti yang biasa disebut [pemuja].”

“Hmm, aku tidak bisa membayangkan Syr-san seperti itu...”

Welf menyangkal asumsi Haruhime-san, dan aku menggelengkan kepalaku terhadap pendapat Mikoto-san.

Bahkan jika pendapat Mikoto-san benar, akankah seseorang dengan posisi yang lebih tinggi, yang disebut atasan bendahara Dewi, datang jauh-jauh untuk mengantarkan surat dari seseorang yang bukan petarung berpangkat rendah?

“Sebaliknya, kupiki tidak ada gunanya berspekulasi jika yang kita bicarakan adalah Syr-sama. Lagipula ini Syr-sama.”

“Li-Lilly ... itu sudah agak kasar...”

“Soalnya ini Syr-sama loh? Dia melihat semuanya dan selalu tersenyum dengan senyuman, itu. Bisakah kamu membayangkan pemandangan seseorang yang datang ke bar, dewa-dewi, atau seorang petualang yang akrab dengannya?”

Sayangnya, aku tak bisa menyangkal kemarahan Lilly di hari yang sangat santai ini.

Orang itu... Helun-san dikatakan jarang muncul di depan umum, tapi hanya membayangkan Syr-san ada di sisinya, aku merasa seperti adegan di mana dia dengan santai mengunjungi bar dan mengobrol dengannya terjadi....

Semua orang membuat suara merintih, seperti, “Hmm”, berhenti meregangkan tangannya ke meja.

 (...loh, tapi, kalau tidak salah...)

Yang terlintas di benakku saat itu adalah ingatan lebih dari dua bulan yang lalu.

Panti asuhan di [Jalan Daedalus] yang kudatangi setelah mengikuti Syr-san.

Aku bertarung dengan [barbarian] di ujung lorong bawah tanah rahasia tempat di mana Rye dan yang lainnya memintaku untuk pergi.

Yang ikut campur ke sana adalah... [Vana Freya].

Petualang kelas satu dari [Freya Familia].

Memikirkannya sekarang, sepertinya orang itu sudah [mengawal] Syr-san sepanjang waktu———.

“Pertama-tama! Aku belum pernah bertemu gadis bernama Syr itu loh!”

Suara itu membangkitkan kesadaranku dari lautan ingatan.

Ketika aku memalingkan wajahku, Kami-sama menajamkan bibirnya saat menyilangkan tangannya di dadanya yang besar itu.

“Eh, benarkah itu?”

“Ya! Lagipula aku tidak bisa pergi ke perayaan terakhir karena pekerjaan paruh waktuku juga! Dengan contoh itu, entah kenapa aku tidak memiliki koneksi dengan bar itu!”

Kami-sama dengan percaya diri mempertanyakan hal itu membuat Lilly memiringkan kepalanya.

Memang benar, aku merasakan déjà vu. Pernahkah kami melakukan percakapan seperti ini sebelumnya?

Mungkin ketika aku dibenci oleh penduduk kota karena amukan [Zanos]? Saat kami mengunjungi [The Hostess of Fertility] bersama-sama, aku merasa seperti Kami-sama mengatakan bahwa ini pertama kalinya dia datang kesana.

“Bukankah itu gadis yang selalu memberikan makan siang buatan sendiri kepada Bell-kun? Aku berpikir untuk menemuinya beberapa waktu lalu, dan diam-diam mengawasi bar sebelum pergi ke tempat kerja!”

“Melakukan itu tanpa kusadari...”

“Tapi aku sama sekali tidak bisa menemukannya! Dia tidak pernah muncul! Aku yakin pasti karena itu, Syr~apalah-kun itu bersembunyi karena takut padaku!”

“Tidak ada alasan bagi Syr-sama untuk takut pada Kami-sama. Selain itu, tolong berhentilah menambahkan [apalah] pada nama orang lain dengan paksa.”

Lilly putus asa pada Kami-sama yang tidak tahu apakah dia sedang marah atau membanggakan diri.

Aku, Welf dan yang lain tersenyum pahit melihat adegan itu, dan aku berpikir, oh begitu.

Memang Kami-sama mungkin hanya belum pernah bertemu dengan Syr-san. Dia sudah berkenalan dengan Ryuu-san ketika kami meminta bantuannya di lantai 18, dan bertemu dengan Anya-san dan yang lainnya ketika meminta penyelamatan selama [ekspedisi] sebelumnya. Aku ingin tahu apakah waktunya tidak tepat?

Aku memikirkan berbagai hal tentang Syr-san, dan di sana, aku menanyakan satu hal lagi yang mengganjal dipikiranku.

“Dan, [Festival Dewi] itu... apa, ya?”

Aku dengan ragu-ragu menanyakan kata-kata yang tertulis dalam surat itu, meski sudah terlambat.

Kemudian, Welf berkata, “Benar juga, jika kau tidak tahu tentang [Elegia], wajar saja kalau kau tidak tahu tentang itu.” untuk meyakinkan dia menjelaskan.

“[Festival Dewi] bersama dengan [Elegia] adalah salah satu dari [Dua Festival Besar] yang bisa dihitung.”

“[Dua Festival Besar]?”

“Yah, sederhananya, kota menjadi khusuk dengan [Elegia], jadi untuk mencerahkan suasana itu, keduanya dihitung bersama.”

Untuk menjawab pertanyaanku, kali ini Lilly yang menjelaskan.

“[Festival Dewi] yang akan diadakan nanti identik dengan Festival Panen. Dengan kata lain, ini adalah pesta panen raya.”

“Jadi, nama [Festival Dewi] berasal dari...”

“Ya, Dewi dalam hal ini mengacu pada Dewa yang memimpin atas panen raya. Festival ini juga dirayakan dengan para Dewi semacam itu sebagai pusatnya.”

Sekarang, di Orario sedang musim gugur.

Sudah enam bulan sejak aku datang ke kota ini, sementara itu, tunas musim semi telah sepenuhnya berubah menjadi daun dan batang, sinar matahari musim panas telah menghilang, dan inilah waktunya untuk memanen. Setelah pernyataan pembukaan para Dewi panen raya, [Festival Dewi] dikatakan untuk menikmati hasil panen dari sereal hingga produk pertanian lainnya di seluruh kota.

Bahkan di desa tempat aku lahir dan dibesarkan, acara panen seperti itu adalah salah satu yang bisa dinikmati.

“Karena aku hanya mendengarnya dari mulut Nee-san pelacur atau pelanggan, aku juga belum pernah melihatnya sendiri, tapi... sepertinya itu sangat ramai. Misalnya, ada banyak buah-buahan manis disajikan.”

“Seperti kata Haruhime-dono, itu festival yang luar biasa. Meskipun baru dua tahun sejak aku datang ke Orario bersama Takemikazuchi-sama dan yang lainnya, ini sangat indah dan layaknya seperti festival kontinental.”

Haruhime-san tersenyum kecil, dan Mikoto-san, yang bertugas menyiapkan makan malam bersamaku malam ini, mengingat kembali pemandangan festival sambil menyeruput sup miso.

Setelah meratapi kepergian para pahlawan dan petualang dan mengenang masa lalu, merayakan panen raya dan percaya akan masa depan yang cerah.

[Dua Festival Besar] yaitu Elegia dan Festival Dewi.

Jadi begitu, itu masuk akal.

“Festival Malam Suci, Monsterphilia, Hari Pencapaian Luar Biasa, dan Festival Bulan Dewa... ada beberapa festival lainnya, tapi itu semua adalah festival yang paling terkenal di Orario, termasuk [Dua Festival Besar].”

Sambil menghitung festival utama dengan jari kecilnya, Lilly menyimpulkan demikian.

Setelah mengetahui tentang Festival Dewi, aku jadi sedikit menantikannya. Tampaknya Festival Dewi, yang akan diadakan tak lama setelah Elegia, akan segera tiba dalam enam hari lagi, dan aku sangat bersemangat untuk melihat pemandangan seperti apa yang akan menyebar mulai sekarang.

Jadi, untuk menyambut festival itu, aku harus berurusan dengan surat ini...

“...Ah, jadi Bell-kun? Apa yang akan kamu lakukan? Untuk undangan itu...”

Kami-sama juga bertanya sambil terlihat gelisah dengan aneh.

Aku menutup mulutku dan mengeluarkan surat itu, meskipun kupikir itu agak tidak sopan.

Dengan kalimat yang singkat, undangan yang sangat sederhana sehingga terkesan antiklimaks.

Tulisan Syr-san, yang jarang bisa kulihat, terasa sedikit tidak realistis.

Dalam surat itu tertulis sebagai kencan, tapi mungkin sebenarnya itu adalah ajakan untuk membeli sesuatu untuk keperluan bar? Misalnya menyuruhku untuk membawa barang bawaannya, itu maksudnya.

Orang itu, yang selalu baik dan sedikit jahat, kali ini juga mungkin dia mengirimkan surat ini untuk menggodaku...

(...Tidak, aku rasa tidak seperti itu)

Jika ingin menggodaku, dia bisa melakukannya bahkan ketika aku pergi ke bar. Seperti biasanya.

Aku merasa bahwa beberapa kata yang tertulis di sini telah menyampaikan perasaan orang itu daripada menuliskan banyak frasa yang indah.

Aku masih mempertanyakan kenapa seseorang dari [Freya Familia] datang untuk mengantarkannya, tapi... aku tidak berpikir itu hanya untuk lelucon.

“U-Unn~...”

Aku merasakan panas berkumpul di pipiku.

Saat wajahku memerah, aku mengerang.

(———Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaa! Wajah Bell-kun memeraaaaaah!? Sialan, seharusnya aku mengajaknya ke Festival Dewi lebih awaaaaaal!!)

Melihat wajah anak laki-laki itu, Hestia berteriak di dalam hatinya.

Sepertinya ada berbagai hal sebelum dan sesudah Elegia~, aku bertanya-tanya apakah akan lebih baik menunggu lebih lama untuk mengajaknya berkencan~, aku akan membolos dan mengambil gajiku dari kerja paruh waktu aja ah~, begitulah yang terjadi, dia mengutuk kesalahannya sendiri karena sudah menunda-nundanya.

(Bell-sama galauuuuuuuuuuu!? Kalau saja Hestia-sama tidak menggangguku, padahal Lilly bermaksud untuk menjalankan rencana untuk Festival Dewi ituuuuuuuuu!!)

Lilly melirik keadaan anak laki-laki itu, memegangi kepalanya dengan kedua tangan dan menatap langit.

Ahli strategi yang dengan cerdik merencanakan kencan dengan anak laki-laki itu, mengutuk naifnya penilaiannya karena dihalangan oleh Dewi-nya.

(Kencan rahasia selama festival, saling berdekatan dari siang hingga malam, membisikkan kata-kata cinta, dan akhirnya pergi bersama ke tempat tidur———Fu-fuaaaaaaaaa‼ Bell-sama dan Syr-sama juga akan punya tujuh anaaaaaak!?)

Haruhime mengintip wajah anak laki-laki itu dan wajahnya berubah menjadi merah padam.

Karena Aisha menjejali dia dengan pengetahuan yang tidak penting, rubah sang mantan pelacur yang membayangkan dirinya sebagai gadis itu, membiarkan pikirannya melampaui mekarnya bunga sakura, menderita dalam khayalannya sendiri.

(Aku juga akan meniru Syr-dono dan mengundang Takemikazuchi-sama...!)

(Hephaestus-sama, Aku juga akan... tidak, aku masih belum mencapai puncak tertinggi. Aku tidak punya waktu untuk terlena dalam percintaan...)

Mikoto dan Welf keduanya menutup mata dan menyilangkan tangan mereka.

Terinspirasi oleh Syr, keduanya berpikir untuk kencan dengan dewa yang mereka cintai, mereka benar-benar mengabaikan Dewi cebol dan para gadis yang menggeliat sambil mengucapkan kata-kata seperti, guaaaaa, atau nuaaaaa, atau fuaaaaa.

Melanjutkan permainan menatap dengan surat itu, Bell juga tidak menyadari keadaan di sekelilingnya.

Sebuah surat yang dikirim oleh gadis cantik dari bar membuat [Hestia Familia] menjadi kacau balau.

“...Untuk saat ini, aku akan pergi menemui Syr-san besok dan bertanya padanya.”

Bell menggaruk pipinya yang masih terbakar dan membuat kesimpulan sementara.


***


“Eeh!? Syr, kamu mengundang petualang-kun ke Festival Dewi!?”

Di tengah malam ketika tirai kegelapan telah jatuh.

Suara terkejut menggema di ruang kosong di bar [The Hostess of Fertility] yang ada di jalan utama barat.

“Ssst. Runoa, suaramu terlalu kencang. Mei dan yang lainnya nanti bisa bangun.”

Syr yang akan melepas pakaiannya, mengangkat jarinya ke depan bibirnya, ke arah pegawai manusia yang tercengang.

Setelah toko tutup, gadis-gadis itu sedang dalam proses berganti pakaian.

Selain Syr dan Runoa, ada manusia kucing Anya dan Chloe, serta elf Ryuu juga yang masing-masing sedang melepas seragam berwarna daun muda mereka. Karyawan selain mereka sudah kembali ke kamar mereka masing-masing dan tertidur seolah jiwa mereka telah ditarik oleh kerja keras.

“Nyanya!? Apa maksudnya itu nya, apa maksudnya itu nya!?”

“Artinya Syr akan berkencan dengan petualang-kun, bodoh!”

“Fuoooo!? Syr akhirnya memulai penangkapan anak laki-laki itu, nyaa! Terlebih lagi, berkencan di Festival Dewi, itu penuh motivasi! Ah, dasar anak laki-laki kuu!!”

Anya, Runoa, Chloe, yang beberapa saat yang lalu memiliki wajah lemas dan kelelahan, membuat keributan seperti ikan yang terkena air. Terutama antusiasme Chloe tidak biasa. Setelah melepaskan pakaian dan hanya mengenakan pakaian dalam, dia menggeliat dengan anggota tubuh kurus dan ekor kecilnya seolah-olah sedang menari, dan terengah-engah.

Syr yang melepas celemeknya seperti sedang menyangga dadanya, sambil menyipitkan matanya, memukul ekor Chloe dengan kuat.

“............”

Sementara Chloe memegang ekor dan melompat ke sudut ruangan, berteriak “Auch?”, Ryuu yang telah membuka kancing dadanya, berdiri membeku dalam pose itu.

Di antara rekan-rekannya yang bersemangat, dia adalah satu-satunya yang berbeda.

Dengan mata biru langit terbuka lebar, dia menatap gadis berambut abu-abu terang itu.

“...Sy-Syr... sejak kapan kau melakukan itu?”

“Hmm, aku menyerahkan surat itu ke seseorang yang kukenal... dan mengirimkannya ke mansion [Familia] nya.”

Atas pertanyaan Ryuu yang entah bagaimana menggerakkan bibirnya, Syr tertawa dan menjawab, seolah menyembunyikan rasa malunya.

Ryuu kehilangan kata-kata.

Meskipun dia sudah tahu karena Syr sendiri telah memberitahunya sebelumnya, begitu dihadapkan dengan situasi aslinya dia masih terguncang.

“Menyerahkannya pada orang lain nya? Rasanya, itu tidak sepertimu nya!”

“Kenapa kamu tidak langsung menyerahkannya?”

Dengan kancing yang sudah dilepas dan bagian depan seragamnya terbuka, Anya mencondongkan tubuhnya ke depan dengan dadanya yang ternyata besar, dan Renoa yang melempar stoking hitam yang telah dilepas, bertanya.

“Hmm.... yah.”

Menggoyangkan rambutnya yang berwarna abu-abu terang, Syr ragu-ragu untuk pertama kalinya.

Dan tertawa sedikit.

“Jika aku bertemu dengannya sekarang, aku akan menggodanya seperti biasa... dan Bell-san juga akan sadar dan tersenyum lega... aku merasa seperti itu tidak bisa menjadi kencan yang sesungguhnya.”

Kata-kata itu tidak diragukan lagi merupakan niat sebenarnya dari gadis itu.

Ekspresinya begitu manis dan polos yang belum pernah dilihat sebelumnya oleh karyawan lainnya.

Melihat Syr yang malu-malu itu, Anya dan Runoa mengerti bahwa dia serius dan saling memandang.

Tanpa jeda, keduanya tertawa bersamaan.

“Unyaa! Aku mengerti perasaan Syr, nya!”

“Akhirnya kamu sampai pada titik itu! Kalau begitu aku juga akan mendukungmu!”

“Terima kasih, Anya, Runoa. Baiklah kalau begitu, aku ingin langsung minta tolong, jika Bell-san datang ke bar, bisakah kalian memberi tahunya kalau aku tidak ada? Jika aku bertemu dengannya sekarang, mmm...”

“Serahkan padaku nya! Akan kuusir si rambut putih itu nya! Aku akan memberitahunya kalau pria di larang masuk sekarang dan menaburkan garam nya!”

“Kau pasti tidak mengerti apa yang dia katakan, dasar kucing bodoh.”

Suara berisik bergema yang berpusat di Anya yang membusungkan dadanya.

Syr juga tersenyum lebar saat Runoa dan yang lainnya menepuk pundaknya.

“.......”

Ryuu berhenti bergerak dan hanya melihat adegan itu.

Tepatnya, dia tertegun oleh prodil Syr, yang pipinya terlukiskan dengan senyum.

“...Apa kau yakin nya? Hanya akan diam saja.”

Hanya Chloe yang memperhatikan keadaan Ryuu yang seperti itu.

Mengesampingkan sikap bercandanya yang biasa, bahu Ryuu tersentak kaget saat dia bertanya dengan lembut.

“A-aku...”

Dia mencoba mengatakan sesuatu, tapi mulutnya tertutup dan terbuka beberapa kali.

Dan setelah menjatuhkan tatapannya ke lantai, dia akhirnya menggetarkan tenggorokannya.

“...Itu pertanyaan konyol. Syr selalu menyukai Bell. Aku juga tahu itu dan mendukungnya. Bell sangat cocok untuk Syr... dan Syr sangat cocok untuk Bell.”

Lebih banyak bicara dari biasanya, dia berusaha untuk menjaga agar suaranya tidak terganggu, dan mengatakannya sekaligus.

Kata-kata itu tidak bisa menyembunyikan dengan baik fakta bahwa berbagai perasaan mengalir dari awal sampa akhir.

“Bell, ya...”

Chloe bergumam.

Cara memanggil Ryuu pada anak laki-laki itu berbeda dari sebelumnya.

Setelah menyipitkan matanya sedikit, dia mengembalikan suasananya yang seperti biasa.

“Yah, semoga nanti kau tidak menyesalinya nya~”

Sambil melambaikan tangannya, Chloe selesai berganti pakaian dan meninggalkan ruangan.

Masih di tempat, Ryuu terus menatap lantai.

Pemilik mata berwarna abu-abu terang menyadari penampilan elf itu.

Akan tetapi, dia dengan lembut mengalihkan pandangannya dan tidak mengatakan apa-apa.


***


Orario dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur meski diselimuti oleh kegelapan malam, tapi baru-baru ini situasinya berbeda.

Itu karena Elegia.

Segera setelah festival belasungkawa pahlawan dan petualang berakhir, kebisingan dari para penduduk lebih terkontrol dari biasanya. Dewa-dewi tidak ada yang peduli, tapi kematian dan kehilangan harus dianggap serius bagi mereka yang tinggal di dunia fana.

Karena itu untuk sementara setelah Elegia———khususnya, sampai Festival Dewi, yang diadakan di paruh kedua [Dua Festival Besar], hiruk pikuk kota akan lebih tenang dari biasanya. Itu sama sekali tidak diperintahkan oleh otoritas administratif atau siapa pun, tapi dapat dikatakan bahwa ini adalah kebiasaan yang khas di Kota Labirin.

Mungkin para petualang yang menikmati minuman di bar juga merasakan suasana kota itu, atau mungkin waktu seperti itu berharga bagi mereka yang kasar, mereka minum dengan tenang sampai terlihat tidak seperti mereka. Tidak diragukan lagi, merekalah orang-orang yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan sesama petualan yang telah kembali ke surga.

Tentu saja, ada pengecualian, [Ganesha Familia], yang disebut [Polisi Militer Kota], juga hanya dapat menghabiskan waktu dengan damai selama periode ini.

Bintang-bintang yang bersinar, biasanya dikalahkan oleh cahaya lentera batu sihir yang membanjiri kota, terlihat jelas hari ini.

Bulan yang melayang di langit malam menghadap ke kota yang tenang seperti lautan yang tenang.

———Tapi.

“Pertemuan darurat.”

Ada sekelompok orang yang mengabaikan suasana kota itu, bersuara keras, berat, dan ekspresi serius.

Lokasinya adalah distrik kelima kota.

Hampir di tengah pusat kota.

Dipisahkan oleh 4 dinding-dinding tinggi disekeliling dari dunia luar, nama daerah yang membentang dataran di Orario adalah [Folkvangr].

Itu adalah markas besar [Freya Familia], yang dikenal sebagai yang terkuat di kota.

Di mansion besar yang berdiri di tengah dataran, Kapten Ottar segera memanggil [kekuatan tempur terkuat]  faksi itu di [Ruang Meja Bundar] yang ada di dalamnya.

“Apa yang ingin kau bicarakan, Ottar? Ini bukan hal yang konyol seperti sebelumnya lagi, ‘kan?”

Duduk di atas meja bundar, di antara barisan petualang kelas satu, seorang pria manusia kucing mengarahkan tatapan tajamnya ke Ottar.

Tingginya sekitar 160 cm. Namun, bertentangan dengan tubuh mungilnya, kata-kata dan tatapannya cukup mengintimidasi untuk membuat petualang kelas menengah meringkuk ketakutan. Setiap gerakannya agresif, namanya adalah Allen Fromel. Nama aliasnya adalah [Vana Freya].

Dia yang juga adalah wakil kapten dari  faksi, tidak berusaha menyembunyikan kata-kata dan tindakannya yang berbahaya, bahkan saat berbicara dengan kapten  faksi.

“Kau terlihat lebih serius dari biasanya, Ottar.”

“Dengan kata lain ada alasan untuk memanggil kami ke sini, bukan?”

“Apakah kau akhirnya memutuskan untuk bertarung dengan [Loki Familia]?”

“Atau itu keisengan Dewi kita lagi?”

Resonasikan empat suara yang sama itu berasal dari kembar empat pallum yang berwajah sama.

Meskipun mereka adalah pallum yang dikatakan sebagai ras terlemah, mereka telah mencapai Lv.5 dan merupakan Gulliver bersaudara.

Dari yang tertua, nama mereka adalah Alfrigg, Dvalinn, Berling, dan Grer, yang ditakuti oleh sesama petualang dengan nama alias [Bringar].

“Fufu... Festival Dewi akan datang, dan pesta panen raya akan segera dimulai. Maka, pertemuan ini adalah tepuk tangan kerabat yang mewarnai malam pertempuran yang menentukan... langit menjerit, bumi bergetar, tubuh ini adalah penjaga Nyonyaku. Ku-kukuku……!”

Di depan Gulliver bersaudara, serangkaian kata-kata jahat seperti bagian dari mitos diucapkan.

Orang itu Dark Elf yang jarang terlihat di Orario.

Kulitnya berwarna coklat dan rambut peraknya tampak ungu muda. Poninya menyembunyikan mata kanannya, dan senyum menyeramkan terukir di sudut mulutnya, dia memiliki kehadiran yang akan dipuji oleh dewa-dewi sekaligus sebagai [Chuunibyo Aneh].

“Kau tidak usah bicara, Hogni. Buang-buang waktu saja.”

Seorang pria White Elf yang bisa dikatakan biasa melontarkan kata-kata kasar pada Dark Elf itu.

Meski berasal dari ras yang sama, penampilannya bertolak belakang. Rambut emasnya panjang seperti rambut wanita, dan kulitnya juga putih dan halus. Matanya berwarna merah terang terumbu karang seperti permata. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa dia dicintai oleh Dewa, dan dia memakai kacamata yang membuatnya terlihat intelektual.

Hogni Ragnar dan Hedin Selland.

Meskipun mereka cenderung dilihat saling enggan untuk bekerja sama, mereka adalah [pendekar pedang sihir] dengan kemampuan luar biasa.

“Yang memanggil kalian semua, siapa lagi kalau bukan beliau.”

Ottar melihat sekeliling pada petualang kelas satu dari faksinya sendiri yang terlalu gelap, membuka bibirnya dengan lugas tanpa kata pengantar.

Sungguh, sangat, berat.

“Orang itu... Syr-sama telah memutuskan untuk berkencan dengan Bell Cranel.”

Meskipun kata [kencan] keluar dari mulut prajurit yang kasar itu, tidak ada yang memotong.

Sebaliknya, hasilnya adalah mereka mengangkat pinggul mereka dan berdiri dari kursinya satu per satu.

Di antara mereka, empat bersaudara pallum pendek berdiri di atas kursi.

“Apa maksudmu, Ottar?”

“Syr-sama memutuskan apa dengan [kelinci] itu?”

“Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi.”

“Ceritakan detailnya!”

“Aku mendapat laporan dari Helun. Katanya dia akan mengundangnya untuk berkencan di Festival Dewi berikutnya. Dan itu juga bukan main-main, itu serius.”

Terhadap balasan berturut-turut dari Gulliver bersaudara, Ottar berusaha menjelaskan.

Setelah mendengar itu, pallum empat bersaudara menunjukan wajah terkejut lagi.

“A... pa...”

“Itu bukan main-main, tapi serius kau bilang?”

“Terlebih lagi di Festival Dewi?”

“Tunggu. Dalam situasi ini, bagaimana dengan [pengawal] nya?”

Ottar menjawab lagi pertanyaan dari empat bersaudara itu.

“Tentu saja, kita akan membaginya menjadi dua.”

Setelah mendengar itu, mereka yang ada di sini mengerti mengapa mereka dipanggil ke sini malam ini.

“Pembagian tugas untuk Festival Dewi, kita akan putuskan di sini.”

———Pembagian pengawalan antara [Dewi] dan [Putri].

Ottar melanjutkan dengan suara tegas.

Saat warna pemahaman muncul di wajah mereka yang berada di sekitar meja bundar, Hogni adalah yang pertama kali membuka mulutnya.

“Dewi kita juga mengatur panen raya. Diharuskan untuk duduk di tengah kota besar... karena itu, tidak dapat dihindari juga untuk kita terlibat dengan putri yang ditakdirkan itu. ...Akan tetapi, ada siasat sempurna yang akan menghilangkan konflik internal kita... ku-kukuku.”

“Apa yang kau katakan, bodoh?”

“Bicaralah dengan kata-kata yang bisa kami mengerti, bodoh.”

“Dasar Elf licik yang gampang tegang.”

“Hedin, terjemahkan. Tugasmu adalah menjadi penerjamah untuk para orang bodoh ini.”

“Aku bukanlah jimat untuk para orang bodoh ini.”

Saat empat bersaudara itu mengumpat, Elf berambut pirang menjawab dengan jelas.

““““Sudahlah, lakukan saja.””””

Hedin menghela nafas dan melihat Dark Elf yang duduk di sebelahnya.

“Menghentikan kekacauan yang panjang ini dan singkirkan kelinci itu sebagai pengorbanan...!”

“Yang ingin dia katakan adalah [Bukankah akan lebih cepat dengan kita membunuh Bell Cranel?]”

““““Jangan bercanda, bodoh, kubunuh juga kau.””””

Gulliver bersaudara berkata serempak terhadap pernyataan Hedin.

“Bell Cranel adalah mangsa yang diinginkan Freya-sama! Jangan pikir kita bisa bertindak seenaknya!”

“Sejujurnya, bukannya aku tidak mengerti perasaan itu!”

“Aku juga pernah berpikir untuk menghabisinya secara diam-diam!”

“Meski begitu, jika dia sampai mati, Freya-sama pasti akan sedih!”

Kecaman bermunculan dari para pallum yang mengabdikan hidup mereka untuk Dewi.

Di antara omelan bersaudara, Alfrig, putra tertua yang mengangkat alis, mengungkapkan kebenaran yang menentukan.

“Sebaliknya, jika Bell Cranel mati, Freya-sama mungkin akan mengejar jiwanya dan kembali ke alam surga!”

“Eeeh!? Ti-tidak mungkin, itu tidak boleh... a-a-a-a-a-apa yang harus kita lakukan, semuanya!?”

““““Jangan menjadi dirimu sendiri lagi, Elf berjiwa lemah, mati sana!!””””

Dengan pendapatnya yang terbantahkan, empat bersaudara Gulliver menumpahkan umpatan pada Hegni yang malah gelisah dan nada suaranya berubah.

[Freya Familia],  faksi terbesar di kota yang ditakuti di seluruh Orario.

Karena mereka telah bersumpah setia sepenuhnya, mereka cenderung kehilangan ketenangan dan keseriusan mereka apabila dewi mereka terlibat.

Pertemuan di mana kata-kata marah yang berisik dan bergema serta kepingan-kepingan keseriusan telah menghilang.

Dalam diskusi di mana tidak ada kemajuan——di hadapan pada situasi teman-temannya yang agak bisa di tebak——Ottar menutup mulutnya.

Hedin juga menghela napas panjang di atas meja bundar.

“———Omong kosong.”

Meludahkan itu, Allen berdiri kursinya.

Entah itu diskusi atau [masalah] dari seorang [putri], dia mencoba keluar dari meja bundar seolah-olah dia telah muak.

“Allen, tunggu. Pembicaraan ini masih belum...”

“Dari awal, yang kukawal adalah [putri] itu. Untuk pembagian sisanya kalian saja yang putuskan.”

Sungguh merepotkan.

Meninggalkan kata-kata seperti itu, kali ini Allen keluar melewati pintu ganda.

Gulliver bersaudara mendecakan lidah mereka di belakang manusia kucing yang egois, sementara Hegni melihat sekeliling dengan gelisah.

Kali ini, Ottar diam-diam menutup matanya seolah-olah menahan rasa sakit.

“...”

Satu orang dalam situasi itu.

Pria White Elf itu tidak seperti yang lainnya, telah melemparkan kesadarannya ke dalam hutan pikirannya.

Related Posts

Related Posts

Post a Comment