-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 4 part 1 Indonesia

Episode 4
Surat Tanpa Nama


Koridor persimpangan dekat ruang klub PeMis dikenal sebagai tempat terkenal untuk pengakuan.

Hari itu pun aku berbaring di sofa, menyembunyikan diriku.

Dari jendela yang terbuka, suara seorang pria dan seorang wanita dapat didengar.

“Maaf aku memanggilmu tiba-tiba. Apa aku mengganggumu?”

Pria itu adalah siswa tahun ketiga di klub basket, senior yang sangat mencolok dan menonjol.

“E-Enggak ganggu sih, tapi...”

Suara ketakutan itu dari Hayasaka-san.

Ini adalah keempat kalinya Hayasaka-san ditembak di persimpangan ini, dari yang kutahu saja.

“Jangan gugup. Eh, malah aku yang gugup deng. Begini, apa kamu mengerti situasi ini?”

“Mungkin, sih.”

“Apa jangan-jangan, ini sering terjadi?”

“Kadang-kadang.”

“Gitu ya, sepertinya begitu.”

Dia sepertinya sudah menebak dari atmosfer bahwa pengakuan ini tidak akan berhasil. Tapi karena sudah sampai sejauh ini, dia tetap harus melakukannya.

“Aku sudah lama menyukaimu. Dan meski ini tiba-tiba, aku ingin berpacaran denganmu.”

Setelah jeda singkat, “Maaf,” jawab Hayasaka-san.

“Apa jangan-jangan, kamu sudah punya pacar?”

Setelah keheningan sesaat, Hayasaka-san berkata dengan suara lemah.

“......Belum.”

Le-Lebih baik begitu. Dia tidak boleh bilang kalau dia sudah punya pacar.

Jika dia membuat kesalahan dan memberi tahu Yanagi-senpai, itu bisa menjadi masalah.

“Ada orang lain yang kusuka. Jadi... maaf.”

Suara langkah kaki seseorang yang berlari menjauh.

“Udah selesai?”

Kata Maki yang berbaring di sisi lain sofa.

Aku sedang makan siang dengan pria ini selama istirahat makan siang ketika menemui drama pengakuan ini.

“Mending jangan bangun dulu.”

Selain Hayasaka-san yang pergi, masih ada satu orang lagi yang berdiri ditempat.

Siswa yang patah hati biasanya akan berdiri diam di persimpangan untuk sementara waktu. Suatu kali, aku pernah merasa canggung melakukan kontak mata dengan siswa tersebut karena aku terlalu cepat bangun.

“Repot juga jadi cewek cantik, ya.”

Kata Maki.

“Hayasaka-san itu sepertinya sedang mengalami masa-masa sulit belakangan ini.”

“Apa kau dengar sesuatu dari Miki-chan?”

“Gitulah.”

Pria ini adalah ketua OSIS sekolah ini, tapi dia berpacaran dengan seorang guru.

Miki-chan mengajar bahasa Inggris. Dia telah lulus perguruan tinggi dalam dua tahun dengan kepribadian yang lembut. Maki tidak banyak membicarakannya, tapi dilihat dari fakta bahwa dia tidak tertarik pada gadis-gadis lain, artinya hubungan mereka pasti berjalan baik. Kurasa Miki-chan memaafkan keegoisan Maki.

Dan Miki-chan sangat mudah didekati sebagai guru, dan sering menerima konsultasi dari siswa perempuan.

Kali ini dari Hayasaka-san.

“Kudengar dia kehilangan pakaian olahraga dan mendapatkan surat cinta yang menyeramkan akhir-akhir ini, loh.”

“Surat cinta yang menyeramkan?”

Tampaknya itu dimasukan ke dalam rak sepatu.

“Tanpa nama, dan pengirimnya tidak diketahui. Meski begitu, surat hari berikutnya mendesaknya untuk membalasnya, loh.”

Itu sedikit menakutkan.

“Bahkan pernah ada seorang pria berseragam SMA yang sama mengikutinya sampai di dekat rumahnya.”

“Hayasaka-san, apa dia baik-baik saja?”

Aku belum dengar hal seperti itu sudah terjadi.

“Yah, sepertinya dia tidak terlalu terganggu oleh itu.”

Kata Maki.

“Gadis-gadis cantik itu, ketika hal seperti ini terjadi, mereka merasa seperti, [Lagi-lagi]. Mungkin dia sudah biasa mengalami itu sejak kecil, seperti hilang hitungan.”

“Jadi begitu.”

“Hayasaka pemalu dan pendiam, ‘kan? Dia terlihat seperti bisa ditekan, jadi dia mungkin mengalami banyak masalah. Seperti dirayu pria aneh atau diganggu gadis lain.”

“Mungkin saja.”

Kataku sambil mengangkat tubuhku.

Seperti yang diharapkan, tidak akan ada lagi yang tinggal di koridor. Namun——.

Begitu aku melihat ke luar jendela, mata kami bertemu dengan sempurna.

Yang mengejutkan, justru Hayasaka-san yang tinggal di tempat.

Ketika dia memperhatikanku, dia mengirimiku pesan dengan isyarat.

[Bolehkah aku ke sana sekarang?]

Kurasa dia mengira hanya ada aku di sini.

Selanjutnya, dengan nakal, dia membuat simbol hati di dadanya dengan tangannya. Ini adalah kesalahan besar.

“Eh, ini, apa maksudnya ini?”

Kata Maki, yang bangun terlambat, menatapku dan Hayasaka-san bergantian.

“Ini tidak seperti kalian teman biasa. Maksudku, dia bukan Hayasaka yang kukenal. Habis yang barusan, dia punya ekspresi yang benar-benar seorang wanita. Uwa, ini luar biasa. Kesanku tentangnya berubah.”

Hayasaka-san dengan lembut menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

[Lupakan yang tadi itu.]

Aku seperti bisa mendengarnya mengatakan itu.

Related Posts

Related Posts

Post a Comment