Bab 2
Anggota OSIS Baru
Menjelang ujian khusus terakhir di semester kedua yang akan datang, Horikita memiliki masalah yang harus segera diselesaikan.
Itu adalah tugas untuk mengambil alih posisi ketua OSIS dari Nagumo yang akan pensiun.
Dia langsung mengambil tindakan sepulang sekolah sehari setelah dia ditunjuk sebagai ketua OSIS baru.
Benar saja aku dipanggil, jadi aku pun menunggu kedatangan Horikita di lorong setelah keluar dari kelas.
Yang memanggilku sedang rapat sebentar dengan para siswa yang berkumpul di kelas sekarang.
Karena meski urusan OSIS juga harus diselesaikan, sekarang kami tidak bisa mengabaikan persiapan kami untuk menghadapi ujian khusus yang baru.
Jika aku pergi tanpa bilang-bilang, aku harus siap untuk menebusnya 2x lipat nanti. Aku ingin menghindari itu.
Sambil memikirkan itu 10 menit telah berlalu, ia pun muncul tanpa mengucapkan permintaan maaf apa pun.
“Ayo, langsung saja kita pindah tempat.”
“Apa sudah selesai rapat strateginya?”
“Aku sudah membahas semuanya secara rinci dengan Hirata-kun dan yang lainnya kemarin. Hari ini aku hanya mendengar laporan kemajuannya. Untungnya sebagian besar teman sekelas kita sangat termotivasi. Mereka optimis bahkan untuk belajar yang tidak mereka sukai. Kenaikan peringkat SudĆ-kun, tekanan psikologis yang ditimbulkan dari dikeluarkannya Sakura-san, selisih poin dengan kelas A yang masuk dalam jangkauan dan pertandingan langsung kita dengan mereka. Ini adalah bukti bahwa semuanya berjalan ke arah yang baik.”
Saat menyebut nama Sakura Airi, Horikita sekilas melirik ke arahku untuk melihat reaksiku.
“Kau masih memikirkannya?”
“Aku... bukanlah seseorang yang tidak sepeka itu untuk tidak memikirkannya. Sekalipun itu benar.”
“Itu tidak bagus. Kau seharusnya lebih tegar.”
Seiring berjalannya waktu, Horikita pasti akan lebih memahami kebenarannya.
Ketika aku mulai berjalan, Horikita mengikuti sambil terlihat agak panik.
“Waktu aku dengar dari Nagumo-senpai kalau kamu mau membantuku, sejujurnya aku merasa lega.”
“Sepertinya kau cuma mendengar bagian bagusnya saja. Aku hanya ingin kau tahu dan mengerti kalau aku pribadi sama sekali tidak tertarik.”
Bisa repot kedepannya jika dia sampai salah paham dan miskomunikasi soal masalah motivasi soalnya.
Yah, tanpa aku perlu mengatakannya juga, siswa di depanku ini pasti sangat memahaminya.
“Aku tahu kok. Sepertinya kamu juga enggak bakal bilang kalau kamu diminta untuk membantuku. Jika aku tidak memintamu, kamu akan terus pura-pura tidak tahu, kan?”
Tampaknya dia sengaja mengatakan sesuatu yang membuatku ingin berbohong meski dia tahu itu.
“Jika kamu memikirkan diriku, seharusnya kamu membiarkanku bebas.”
“Enggak maulah.”
Jawabnya tegas, membuat rencana melarikan diriku hancur berantakan. Akhir-akhir ini, dia memperlakukan diriku dengan lebih kasar, dalam artian baik juga buruk.
“Tapi tenang saja. Aku tidak akan menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengumpulkan anggota OSIS. Karena aku sudah memilih beberapa kandidat kemarin dan ingin memutuskannya hari ini. OSIS itu penting, tapi sekarang aku ingin lebih fokus pada ujian khusus yang akan datang.”
Sepertinya dia ingin memutuskannya dengan cepat, jadi itu sudah cukup melegakan.
“Satu dari tahun kedua dan satu dari tahun pertama, kan?”
“Ya. Dan ketika kami bertemu lagi, aku menerima permintaan yang lebih spesifik. Kualifikasi minimumnya adalah siswa harus memiliki kemampuan akademik B atau lebih tinggi di OAA.”
“Kualifikasi akademik, ya. Yah, jika ingin bergabung dengan OSIS, tidak aneh jika ada persyaratan semacam itu.”
Kontribusi sosial tampaknya tidak terlalu ditekankan, jadi proses seleksi bisa cukup luas.
“Kalau dipikir-pikir, seseorang sudah meningkatkan kemampuan akademiknya menjadi B. Siapa ya itu.”
“Tiba-tiba perutku sakit. Aku pulang saja deh.”
“Apa kamu tidak bisa diajak bercanda?”
“Tidak bisa karena kau mengatakannya dengan serius.”
“Aku saat ini ingin mengisi posisi tahun kedua yang ditinggalkan oleh Ichinose-san. Tapi itu bukan kamu.”
“Itu sudah jelas. Itu berarti kau sudah memutuskan siapa calonnya.”
“Ya. Satu-satunya syarat wajib untuk menjadi pengurus OSIS adalah tidak mengikuti kegiatan klub apa pun. Jika kemampuan akademiknya B atau lebih tinggi, sisanya terserah pada orang yang akan menjadi ketua OSIS untuk memutuskan berdasarkan kebijaksanaan dan penilaiannya sendiri.”
Artinya selama kriteria tersebut terpenuhi, Horikita bebas memilih orang dengan kualifikasi apa pun.
“Hanya karena kemampuan akademiknya harus B atau lebih tinggi, bukan berarti bisa memilih siapa saja. Untuk menjalankan OSIS, mereka yang terampil dalam berbagai kemampuan akan menjalankan OSIS dengan lebih lancar.”
Dengan anggota yang kurang bersemangat dan dipilih secara acak, kegiatan dari kepengurusan OSIS itu sendiri pasti akan dipertanyakan.
“Begini-begini aku memilihnya dengan serius. Aku tidak ingin memilih mereka dari kelas saingan yang kuat seperti Kelas A, karena dia akan mendapatkan poin tambahan hanya dengan menjadi anggota OSIS.”
Tampaknya ini adalah batas yang ingin dia lindungi, sekecil apa pun keuntungannya.
“Jadi———idealnya adalah memilih siswa dari kelas kita sendiri, ya.”
“Ya itu benar. Bahkan jika motif tersembunyi terlihat jelas dalam pemilihan dari kelas yang sama, itu tidak melanggar peraturan.”
Jawaban atas alasan kenapa kami tetap ada di sini tanpa berjalan sejak tadi sepertinya juga akan terungkap.
“Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Horikita-san.”
Seorang teman sekelas, Kushida, keluar dari ruang kelas dan mengucapkan itu.
Sekilas Horikita memberikan isyarat padaku dengan matanya, [Gimana?]
Kushida memang siswa yang reputasi luarnya tinggi termasuk juga penampilannya. Dia memiliki kemampuan akademik yang pasti di atas B dan spesifikasi yang tidak kalah dengan anggota OSIS.
Tapi itu hanya dari sudut pandang luar. Horikita dan Kushida itu seperti air dan minyak.
“Sebenarnya, aku punya satu permintaan untukmu, Kushida-san.”
Ini adalah tindakan berbahaya seperti menuangkan banyak air ke dalam minyak yang ada di dalam panci.
“Ini masih dirahasiakan, tapi Ichinose-san sudah memutuskan untuk keluar dari OSIS.”
“Eh? Rupanya begitu. Emangnya ada masalah?”
“Cuman alasan pribadi.”
Kushida belum dapat memahami situasinya, tapi minyaknya mulai memanas.
Namun suhunya belum mencapai suhu tinggi.
“Hanya saja, ada posisi yang kosong karena jumlah anggota OSIS berkurang, jadi kalau bisa aku ingin kamu mengisi kekosongan itu.”
Satu kata yang menjadi penentu telah disampaikan.
Minyak yang suhunya mulai panas, mengeluarkan suara gemericik dan mulai menolak air.
“Apakah Ketua OSIS Nagumo masih menjadi Ketua OSIS?”
“Tidak, hanya aku anggota OSIS yang tersisa dari tahun kedua. Aku secara otomatis diberikan jabatan.”
“Itu berarti... Horikita-san akan menjadi ketua OSIS.”
“Jika tidak ada masalah ini, rencananya begitu.”
Kushida tampak agak terkejut dengan pembicaraan soal ketua OSIS yang tiba-tiba, tapi mungkin bukan itu intinya. Sejak awal sudah bisa ditebak kalau Ichinose atau Horikita yang akan menjadi ketua OSIS.
“Itulah kenapa aku putuskan untuk memilih sendiri anggotanya. Ada kualifikasi minimum yang dibutuhkan untuk menjadi pengurus OSIS, tapi kualifikasimu sudah memenuhinya tanpa masalah.”
Percikan air dan minyak sudah mulai bermunculan di sekitar panci hingga beresiko akan menyebabkan luka bakar.
Jika tetap berada di dekat mereka, aku tidak akan terhindar dari luka bakar.
“Jadi, jika aku masuk ke dalam OSIS... apakah aku akan menjadi sekretaris Horikita-san?”
Tanya Kushida tentang apa yang paling dia pertanyakan.
“Aku belum memutuskan posisimu, tapi itu mungkin saja.”
“Ahahaha, itu lelucon yang lucu.”
Suara dan wajahnya tertawa, tapi kami tahu dengan jelas.
Karena kami bisa merasakan maksud di balik kata-katanya itu, yang seperti bilang siapa yang mau menjadi bawahanmu bodoh.
“Tergantung kesediaanmu, kau juga dapat langsung dipilih sebagai wakil ketua.”
“Eeng, kau tahu bukan itu masalahnya, kan?”
Intimidasi darinya yang seolah mengatakan jangan menawarkan sesuatu yang tidak akan kuterima, buang-buang waktu saja.
Hebatnya dia bisa mengatakannya dengan senyum polos di wajahnya.
“Kurasa aku tidak layak menjadi anggota OSIS.”
Karena kami berada di koridor tempat para siswa datang dan pergi, ia hanya bisa menolak dengan alasan karena kurangnya kemampuannya.
“Itu tidak benar. Kau memiliki evaluasi yang baik di OAA dan disukai oleh banyak teman sebaya dan junior. Kamu pasti juga bisa cepat akrab dengan siswa tahun pertama yang akan masuk tahun depan. Aku merekrut orang yang memiliki kemampuan seperti itu.”
Dia menekankan bahwa ini bukan untuk ngebosin Kushida, tapi murni karena perasaan yang tulus.
Tapi bagi Kushida, itu pasti tidak beda jauh.
Bekerja untuk Horikita, tidak mungkin struktur kerja ini bisa dia terima.
“Aku menghargai ajakanmu, tapi kayaknya susah deh. Aku tidak punya pengalaman di OSIS...”
Horikita sudah bertahan sejauh ini, tapi tetap saja tidak mudah.
Khususnya skema bekerja di bawah Horikita adalah fakta yang sulit diterima oleh Kushida.
“Hanya dengan kamu bergabung, kelas kita akan mendapat sedikit keuntungan. Poin tambahan dari siswa yang menjadi anggota OSIS pasti akan menjadi senjata kita untuk mencapai kelas A.”
“Ya. Aku tahu apa yang ingin kau katakan, tapi... itu tetap tidak mungkin. Maaf ya.”
Horikita dengan sengaja mengincar saat dia pulang, mungkin agar Kushida tetap menyembunyikan sifat aslinya.
Jika ini adalah tempat yang kosong, kamar asrama misalnya, dia pasti akan langsung menolaknya.
“Tolonglah, Kushida-san. Aku butuh bantuanmu.”
Dengan ucapan yang sangat tegas, Horikita meraih tangan Kushida dan memohon padanya.
Para siswa yang lewat pun melirik kami sekilas untuk melihat ada apa.
“......”
Kushida terus berpura-pura terkejut dan bingung.
Bagian tersulit dari Kushida palsu adalah menolak dengan tegas Horikita yang meminta bantuan.
Pada saat itu, aku memalingkan pandangan ke arah yang lain.
“Ada apa?”
“Tidak, bukan apa-apa.”
Horikita di sebelahku memperhatikan reaksiku dan bertanya karena pensaran, tapi aku tidak ingin memutus pembicaraan dengan mengatakan hal lain yang tidak ada hubunganya sekarang.
Meskipun ada sedikit keheningan aneh, Horikita lanjut bicara pada Kushida yang terdiam.
“Aku tidak memintamu bekerja untukku. Aku hanya memintamu untuk membantuku naik ke Kelas A.”
“Tapi... menurutku itu bisa siapa saja kecuali aku. Aku tidak percaya diri.”
“Kamu akan mendapatkan manfaat terbesar dengan menerima tawaran ini loh, Kushida-san.”
OSIS yang dikelola Horikita yang dia tolak. Kushida akan mendapatkan keuntungan terbesar asalkan ia mau menerimanya.
“Hm? Apa maksudnya itu?”
Wajar saja jika Kushida tidak mengerti dan bertanya balik.
“Itu sudah jelas, bukan? Jika Kushida-senpai masuk OSIS, sekalipun ada seseorang yang sangat membenci Kushida-senpai, mereka tidak akan bisa macam-macam denganmu soalnya~.”
Bukan Kushida sendiri atau Horikita yang menjawab, tapi seorang gadis pihak ketiga, Amasawa Ichika.
Sejak tadi dia mendekat secara diam-diam, tapi aku tidak menyangka dia akan tiba-tiba memotong.
“...Kenapa Amasawa-san ada di dekat kelas tahun kedua?”
Kushida semakin terpojok dengan kemunculan tiba-tiba musuh alaminya?
“Apa salahnya jika aku ke tempat senpai?”
“Sekarang, aku agak sibuk. Siapa yang ingin kamu temui?”
“Nggak ada yang mau kutemuin secara khusus juga ko~k. Tapi kalau harus disebutkan, mungkin Kushida-senpai.”
“Aku? Be-begitu rupanya. Perlu apa denganku?”
Dari tatapannya jelas bahwa dia sedang marah.
“Eeh? Ada apa niih? Kau pikir ada keperluan seperti apa aku denganmu?”
“Itu, aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu apa yang kamu pikirkan, Amasawa-san.”
Jelas sekali Kushida tidak senang, tapi mungkin itu karena aku melihatnya melalui filterku sendiri. Atau apa mungkin Horikita melihatnya dengan cara yang sama?
“Sekarang aku sedang membicarakan hal penting dengan Horikita-san, jadi bisa nanti saja?”
“Nggak mau ah. Kalau kita cuman berduaan, pasti Kushida-senpai bakal serem banget.”
Dengan jelas Amasawa mengatakan itu secara gamblang tanpa memikirkan situasi Kushida.
Horikita pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi di balik layar dengan melihat interaksi keduanya. Tentu saja, ada kemungkinan dia sudah mengetahuinya.
Tapi dia datang jauh-jauh ke sini untuk menemui Kushida? Aku melihat Amasawa seolah ingin memeriksa dengan mataku.
“Bohong, aku bohong kok senpai. Sebenarnya aku datang ke sini untuk menemui AyanokĆji-senpai. Lalu, ternyata dia sedang mengobrol dengan Horikita-senpai dan Kushida-senpai, kan? Itu sebabnya aku diam-diam menguping.”
Tanpa rasa bersalah, dia mengakui bahwa dia telah menguping.
“Sejak kapan kamu menguping?”
“Sejak kapan, beneran baru saja. Dari saat Horikita-senpai bilang, [Aku tidak memintamu bekerja untukku~]. Jujur saja ya aku.”
Meski Amasawa berkata jujur, Kushida dan Horikita terlihat jelas mencurigainya, mungkin karena mereka tidak mempercayainya.
“Itu benar. Tidak lebih, tidak kurang dari itu. Karena aku melihat saat Amasawa mendekat.”
Makanya dalam situasi ini, aku meyakinkan mereka bahwa Amasawa berkata jujur.
“Rupanya begitu. Jadi itu alasannya kamu sempat memalingkan muka ya.”
“Yup. Tuh, kan? Yang kukatakan itu semuanya jujur, bukan?”
“Kamu bilang kamu ke sini untuk menemui Kushida-san, itu apa namanya kalau bukan bohong? Tidak, aku bahkan tidak tahu apakah kau benar-benar ke sini untuk menemui AyanokĆji-kun.”
Ketika satu hal mulai diragukan, yang lain juga akan menjadi mencurigakan.
“Sudah sudah, tidak usah dibikin ribet. Dari pada itu, teruskanlah merekrutnya.”
Silahkan silahkan, dia mundur satu langkah untuk menunjukkan bahwa dia tidak akan mengganggu lagi.
“...Itu benar. Sementara kita kesampingkan masalah Amasawa-san, bisakah kau berikan jawabanmu?”
Untuk membalikkan situasi yang buruk, dia beralih ke sikap untuk mengesampingkan Amasawa dan terus membujuknya.
“Kupikir aku sudah menjawabnya sejak tadi. Aku tidak bisa menerimanya.”
“Benar-benar tidak bisa?”
“Maaf, aku tidak bisa memenuhi harapanmu. Mana mungin orang sepertiku di OSIS———”
“Jangan bilang begitu, kenapa kamu tidak coba saja masuk OSIS?”
Belum genap 10 detik setelah ia mengatakan kalau ia tidak akan mengganggu, Amasawa telah mengingkari janjinya dengan mengatakan itu.
Bukan hanya itu, Amasawa terbawa suasana saat di belakang Kushida karena dia yakin bahwa dia tidak akan menerima serangan balik langsung. Ia menyentuh Kushida dan menempel padanya dengan lengket.
Tidak sampai di situ, ia mulai bermain-main dengan menusuk pipi Kushida dengan jari telunjuknya.
“Kushida-senpai kan cukup cantik, dan perawakamu juga cukup baik. Kamu juga cukup pintar, bukan?”
Sambil mengulang bisikan setan kecil untuk terus membujuk... atau lebih tepatnya, untuk terus memprovokasinya.
Tapi tidak satu pun dari apa yang ia katakan adalah pujian yang tulus.
“He, i. Kalau kamu masih ingin melanjutkan obrolan, bisakah, kita pindah ke tempat yang lain?”
Meskipun terus menolak, tampaknya Kushida stres berada di depan orang banyak.
Ia merasa kesulitan untuk melanjutkan pembicaraan ini lebih lama lagi sehingga ia memberikan saran itu.
Sebenarnya, dia bisa saja mengakhiri percakapan dan melarikan diri, tapi Kushida yang dikenal orang tidak bisa melakukannya.
“AyanokĆji-kun, gimana kalau kamu bicara dengan Amasawa-san dulu?”
“Ee~? Bukankah senpai terlalu dingin sampai ingin mengucilkanku?”
“Makanya aku minta AyanokĆji-kun untuk nemenin kamu, bukan?”
Horikita menyilangkan tangannya, menyiratkan agar dia bersyukur karena tidak diusir sendirian.
“Saat ini aku tidak hanya ingin bersama AyanokĆji-senpai, tapi juga Kushida-senpai dan Horikita-senpai.”
Aku yakin alasannya hanya karena itu menarik.
“Selain itu jika aku diusir paksa, aku mungkin akan membeberkan banyak rahasia buruk.”
Dengan menggabungkan ancaman yang tidak pasti apakah itu serius atau bohong, jadi tidak mungkin untuk mengusirnya dengan dipaksa.
“....Apa boleh buat. Ayo kita pindah tempat seperti yang diminta Kushida-san?”
Horikita mengepung Kushida dengan banyak orang sebagai senjata, tapi situasinya hanya semakin memburuk saat menghadapi Amasawa yang perkataan dan perilakunya tidak kenal ampun.
Dia menyimpulkan bahwa jika terus begini dia tidak akan mendapatkan jawaban yang baik, jadi dia putuskan untuk pindah tempat.