Bab 1
Menyambut Festival Budaya
5
Meninggalkan Asahina di UKS, aku kembali ke gedung olahraga.
Satu lagi yang menarik perhatianku adalah untuk melihat kondisi Kanzaki, dan Ichinose, yang diperkirakan telah kembali. Jika aku terlalu mencolok, hal yang sama akan terjadi lagi, jadi aku berjalan ke posisi yang jauh dari pintu masuk.
Karena Kanzaki tidak terlihat dalam antrian, berarti dia sedang berada di dalam atau sudah pergi.
Namun, dari apa yang kulihat sebelumnya, sudah pasti dia menunggu kembalinya Ichinose.
Ada sedikit keributan ketika aku membawa keluar Asahina yang terluka, jadi kurasa Kanzaki yang sedang menunggu Ichinose kembali dan aku pergi, tidak akan melewatkannya.
Setelah itu, butuh waktu sekitar 15 menit untuk pergi ke UKS dan kembali lagi.
Kecuali Ichinose telah kembali segera setelah itu, tidak akan mengejutkan jika dia masih berada di dalam jika selang waktunya agak lama.
Sambil melakukan pengamatan secara menyeluruh, aku juga memperhatikan wajah-wajah para siswa yang keluar.
Lalu beberapa menit kemudian.
Kanzaki perlahan-lahan muncul dari pintu keluar.
Sudah kuduga dia masih di gedung olahraga, atau begitulah pikirku, tapi yang mengejutkanku adalah apa yang terjadi setelahnya.
Kukira Ichinose pasti ada di sampingnya, ternyata Kanzaki sendirian. Dia juga tidak tampak menunggu apa yang ada di belakangnya apabila tertinggal.
Kanzaki yang kukira akan langsung pergi, melihatku ketika dia melihat sekelilingnya.
Dan setelah menatapku selama beberapa detik, dia mendekat.
“Sudah kuduga kau akan kembali. Sepertinya gadis yang cedera itu cederanya tidak terlalu parah.”
Jika cederanya parah, sulit untuk membayangkan aku akan berdiri santai seperti ini.
Kanzaki mungkin menyimpulkannya dari hal itu.
“Kau penasaran kenapa Ichinose tidak bersamaku?”
“Jujur, sedikit.”
“Aku tidak memanggilnya karena aku takut ia akan bertemu denganmu yang kembali dari UKS. Selain itu, pra-pembukaan masih ada beberapa hari lagi.”
Apakah itu berarti Ichinose akan diberi waktu untuk berkunjung tanpa harus terburu-buru?
Sampai batas tertentu, tujuan kreasi kelas Ichinose tampaknya sudah ditetapkan.
Jika belum jelas, dia harus memaksakan kunjungan, tanpa perlu memperdulikan apa yang akan kulakukan.
“Aku ingin melanjutkan pembicaraan kita tadi. Kelasmu sepertinya berjalan cukup baik.”
Jelas bahwa itu merujuk pada serangkaian peristiwa dari ujian pulau dipulau tak berpenghuni hingga ujian khusus suara bulat dan, mundur sedikit lebih jauh, dari awal tahun kedua.
“Bukannya tanpa noda. Tidak seperti kelasmu, ada bangku kosong dikelas kami. Kami juga memiliki hal-hal negatif yang tidak bisa dilihat dari poin kelas saja.”
“Bukan hanya kalian yang memiliki risiko tak terlihat. Berdasarkan poin positif yang bisa dilihat, kalian telah membuat banyak perbedaan.”
Daripada iri, ini mungkin lebih seperti pendapat jujur Kanzaki.
“Kelas seperti kalian pada akhirnya akan bertarung dengan kelas Sakayanagi.”
Satu hal yang menarik perhatianku adalah penilaian Kanzaki pada kelasnya sendiri seperti telah menyadari kebenaran dari kejauhan.
“Apa kau sudah menyerah? Untuk naik ke Kelas A.”
“...Mungkin saja.”
Kanzaki membenarkannya, bukan menyangkalnya.
Tidak begitu sulit untuk menebak apa yang ada di pikirannya. Kelas Ichinose, yang tidak juga memberikan hasil yang buruk. Risiko kehilangan poin yang signifikan juga rendah karena keseriusan siswa, yang hampir tidak pernah kehilangan poin kelas dalam hal keterlambatan, ketidakhadiran, masalah perilaku dan sebagainya, dan karena mereka juga jarang melakukan kesalahan besar dalam ujian khusus. Tapi dengan kata lain, mereka tidak memiliki kesempatan untuk membuat lompatan besar dalam ujian khusus.
“Belum ada yang menyadari bahwa kelas perlahan-lahan tenggelam. Masih bagus jika mereka hanya pura-pura tidak menyadarinya, tapi semua orang benar-benar tidak menyadarinya.”
“Sepertinya hanya kamu yang berbeda ya, Kanzaki.”
“Itu juga terjadi belum lama ini. Bahwa tidak ada gunanya memberontak sendirian.”
“Dengan kata lain, kau sudah menyerah?”
“Kelas kami tidak akan bisa naik ke Kelas A.”
Di sini, Kanzaki mengatakannya dengan jelas.
“Jika peluangnya telah menjadi nol, maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain mencari cara lain. Jika tetap akan tenggelam, kami harus memberi kesempatan sebanyak mungkin orang untuk menyelamatkan diri.”
“Maksudmu pindah kelas dengan 20 juta poin?”
“Karena Ketua OSIS Nagumo sudah benar-benar menerapkannya dan terbukti efektif. Memusatkan poin pribadi pada Ichinose sudah kami lakukan selama ini. Jika kami meningkatkan jumlahnya itu hingga batasnya, setidaknya kami bisa memindahkan 2 atau 3 orang ke Kelas A. Selain itu, keberadaan tiket pindah kelas juga sudah diperlihatkan untuk pertama kalinya pada festival olahraga. Tentu saja itu tidak akan mudah diperoleh, tapi memiliki lebih banyak rencana adalah faktor yang benar-benar menyenangkan.”
“Kenapa kamu repot-repot menceritakan kondisi internal kelasmu padaku? Aku juga tidak berpikir kamu mencoba mengalihkan perhatianku.”
“Entahlah kenapa. Aku sendiri juga tidak tahu apa yang kulakukan.”
Balasannya tidak seperti dirinya yang biasa.
Dia menjawabnya sendiri dan mulai mencari alasan mengapa jawabannya begitu aneh.
“Aku tidak punya tempat untuk melampiaskannya. Mungkin itu sebabnya.”
Jika itu adalah masalah dalam kehidupan sehari-hari, itu akan dibahas dan diselesaikan bersama teman dekatnya, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, jika menyangkut masalah kelas, mau tidak mau ia harus mencari solusi di dalam kelas. Satu-satunya jalan keluar adalah menyerah pada Kelas A dan pindah ke kelas lain. Jika dia mengatakan hal seperti itu di dalam kelas, pasti akan disambut dengan perselisihan.
Mendapatkan dukungan di kelas Ichinose juga tidak mungkin.
“Kau adalah satu-satunya orang yang menurutku bisa memahami apa yang kukatakan dan tidak akan sembarangan membocorkannya.”
Jadi dia pikir aku adalah tempat pelampiasan yang sempurna.
Tentu saja, mungkin juga bukan hanya karena itu.
Kemungkinan juga ada unsur kebencian terhadapku, yang memiliki pengaruh kuat pada Ichinose.
“Aku tidak peduli apa yang terjadi antara kamu dan Ichinose atau hubungan seperti apa yang kalian miliki. Kami tak bisa melakukan pengintaian yang memuaskan karena pengaruh negatifmu juga masalah sepele.”
“Kedengarannya itu menusuk.”
“Aku akan menutup mata untuk itu. Rasa frustrasiku hanya semakin menumpuk.”
Kanzaki dengan ringan mengangkat tangannya yang menandakan bahwa dia akan pergi.
Punggung ahli strategi kelas, yang sudah menyerah untuk menang, terlihat lebih kecil dari biasanya.
Agak kasar untuk menghentikannya di sini, tapi aku tidak bisa membiarkan Kanzaki saat ini pergi begitu saja.
“Dalam waktu dekat, bisakah kau luangkan waktumu untukku? Aku ingin kita mengobrol sedikit terkait masa depan.”
“Kenapa tidak sekarang? Aku bisa luangkan waktu ku untuk membicarakan topik masa depan itu.”
“Maaf, tapi sekarang aku ingin mengamati kreasi tahun ketiga.”
Selain itu, jika kami mulai membicarakannya sekarang, aku tidak akan bisa membuat kemajuan apa pun.
Untuk membicarakan masa depan, aku memerlukan bagian lain dari teka-teki untuk bisa melangkah ke masa depan.
“Jika seperti itu, yah baiklah. Hubungi aku kapan saja.”
Arigatou min
ReplyDeleteAgghhh samakin di baca semakin penasaran 🔥🔥
ReplyDeleteKanzaki x Kiyotaka🤣🤣
ReplyDeleteMungkin diskusi bila si MC mau pindah ke kelasnya kanzaki buat ngelawan kelasnya sendiri saat kelas 3 nanti? 🤔
ReplyDelete