-->

Cari Blog Ini

Love Comedy in The Dark Vol 1 Episode 4 (3)

Episode 4 (3)


“Lagian, Jirƍ-kun. Ini pertanyaan sangat mendasar.”

Yumiri mengubah nada suaranya.

Semacam suasana formal. Ia duduk di pangkuanku dengan berpakaian seperti dokter wabah, jadi tidak ada kesan formal sama sekali sih,

“Kenapa kamu menjadi pria suram?”

Itu benar-benar mendasar.

Buat apa tanya itu sekarang? Lagian, memangnya ada alasan untuk menjadi pria suram?

“Tentu saja ada. Malahan Jirƍ-kun, bukankah kamu itu sedikit ketinggian spec-nya?”

“Aku?”

“Ya kamu. Bukankah kamu itu pria kecil yang baik? Meski kau menyebutnya sudah tua, rumahmu itu cukup megah, dan ibumu adalah seorang wanita karier cantik dan pengertian.”

(Tln: Nah. Akhirnya diungkapkan betapa diberkatinya MC tapi tidak bersyukur)

“Dia cuma mak lampir yang cerewet. Selain itu, apa untungnya bagiku hanya karena ibuku cantik?”

“Kamu tidak kekurangan uang, bukan?”

“Toh aku tidak menghamburkannya. Bukan aku juga yang menghasilkan uang itu.”

“Tampangmu juga tidak seburuk itu.”

“Aku pendek, tapi.”

“Kamu juga tidak bodoh.”

“Hasil ujianku hanya sedikit lebih baik.”

“Selain itu, kamu populer.”

“Tolol sih. Kalau aku benar-benar populer, aku tidak akan menjadi pria suram.”

“Komentar itu tidak bisa kuabaikan. Apa kamu mau bilang kalau aku menjadi pacarmu tidak dihitung sebagai kepopuleranmu? Heeh. Fuun.”

“Enggaklah, aku tidak benar-benar mengenalmu... dan yang nyataain dirinya pacarku juga kamu sendiri...”

“Dan kamu tidak hanya populer di mataku, bukan? Kamu juga populer di mata Kitamura Tƍru.”

“Tidak tidak. Dia jelas tidak dihitung.”

“Malah sebaliknya, kali.”

Pyon, dia melompat dari pangkuanku.

Dengan gerakan teatrikal, tongkat dokter wabah menghantam lantai.

“Si Kitamura Tƍru ini. Dia teman masa kecilmu, ‘kan? Ketika seorang gadis cantik adalah teman masa kecilmu, kau sudah menjadi pemenang, bukan?”

“Dia itu yanki. Dan dia juga suka menyuruhku.”

“Itu juga pertanyaan. Pertama-tama, dapatkah kamu menyebut situasimu ini sebagai pesuruh? Biaya untuk game center, biaya makan hamburger dan biaya batting center, semuanya dibayar oleh Kitamura Tƍru.”

“Itu iya sih.”

“Itu pasti tidak murah, bukan? Itu adalah jumlah uang yang dikembalikan sekaligus untuk menutupi biaya roti, jus, dan hal-hal lain yang kau keluarkan setiap hari, bukan?”

“Tidak tidak. Tidak sebanyak itu. Paling banyak setengahnya.”

“Jika setengahnya dikembalikan padamu, itu adalah proporsi yang bagus. Sebaliknya, itu adalah pembagian yang alami jika itu sebuah kencan. Lagipula itu kencan, bukan? Apa yang kau lakukan dengan Kitamura Tƍru, dilihat dari keseluruhannya, jelas-jelas kencan, bukan?”

“Emangnya itu kencan ya? Aku hanya diajak jalan secara sepihak——”

“Dan puncaknya, kau bahkan tidak coba menyentuh hidangan yang disajikan.”

“Tidak sudah kubilang, hal semacam itu untuk dia mah——”

“Biar kusimpulkan.”

Shoosh.

Dia menyodorkan tongkatnya ke arahku.

“Kesuramanmu itu terlalu tidak berarti. Dilihat dari perspektif para orang suram sejati yang ada di dunia ini, pernyataanmu sama saja dengan penistaan.”

...Eee?

Apa sampai segitunya?

Begini-begini, hidupku cukup rumit, loh?

“Yah memang sih, yang namanya ressentiment itu tidak bisa diukur dengan secara objektif. Bahkan, orang yang memiliki spec yang membuat iri semua orang, bisa saja mengalami depresi di dalam hatinya. Tapi meskipun begitu, akan kutegaskan. Kamu adalah anak yang manja. Hidupmu sangat mudah, tapi kau ingin dikasihani, seolah-olah kau sedang dipanggang di atas api neraka, kau adalah pria yang sangat paranoid.”

Itu perkataan yang kejam sekali.

Aku yang dulu, pasti akan cepat hilang kesabaran dan menyerangnya.

Ini adalah dunia mimpiku. Aku bisa mengubah diriku menjadi apa pun yang ku inginkan, baik itu seekor naga ganas atau iblis jahat soalnya.

Yah, kenyataannya, aku sudah tidak merasa seperti itu lagi.

Karena aku sekarang sudah tahu sedikit tentang wanita seperti apa Amagami Yumiri ini.

Bebas tak terkendali, bisa segalanya, sempurna.

Pahlawan sukarela yang tak terkalahkan.

Apa pun yang kukatakan padanya tak ada gunanya, tidak layak dilakukan, buang-buang tenaga.

Dia adalah apa yang dia sendiri sebut [bebas], apa pun yang kulakukan, dia hanya akan menertawakannya dan bertindak sesuai kenginannya sendiri.

Atau lebih tepatnya, aku selalu dipermainkan.

Sejak pertemuan pertama hingga hari ini, dia selalu yang mengambil inisiatif. Jadinya aku hanya bisa pasrah. Ini sangat menjengkelkan sekaligus memilukan. Berkali-kali aku sudah diperlihatkan betapa curangnya karakter Amagami Yumiri ini hingga aku hanya bisa tertawa getir.

“Yah, tapi!”

Tertawa terbahak-bahak.

Amagami Yumiri dengan pakaian dokter wabah.

“Bagian itu dari dirimu juga imut sih, Jirƍ-kun! Pacar yang sulit ditangani juga tidak terlalu buruk. Percayalah padaku, aku akan terus mendukungmu. Sama seperti Yamato Nadeshiko yang melayani suaminya yang tidak berguna. Dalam keadaan sakit maupun sehat.”

“Bagian itulah yang tidak ada imut-imutnya darimu... daripada itu, andai saja kamu lebih sering menggodaku. Dengan begitu, aku akan jatuh cinta padamu tanpa ragu.”

“Mm, aku suka kalimat itu. Apakah kamu tergila-gila padaku?”

“Kuakui kalau spec-mu itu sangat tinggi.”

“Manis banget perkataanmu. Mau kita ciuman?”

“Tapi, itu sama sekali tidak berefek jika aku mendengarnya darimu yang berpakaian seperti itu!”

“Ini, ya?”

Yumiri mencubit jubah yang menutupi seluruh tubuhnya,

“Yah soalnya ini pakaian pelindungku. Aku akui ini tidak cantik.”

“Hmn. Itulah satu-satunya kelemahanmu, ‘kan? Di dalam mimpiku, bahkan dewi surgawi Yumiri-sama tidak bisa benar-benar [bebas].”

“Oya oya. Kau benar di sana.”

Kutsukutsukutsu, dia menggoyangkan bahunya.

Fakta bahwa sarkasmeku ini tidak berhasil sedikit pun juga menjengkelkan.

“Ini mungkin agak bertele-tele, tapi akan kuperjelas kebijakannya sekali lagi.”

Yumiri menyimpulkan.

“Misi Jirƍ-kun adalah merayu keempat gadis itu. Targetnya adalah Hikawa Aoi, Shƍunin Yoriko, Hoshino Miu dan Kitamura Tƍru. Alasannya adalah karena gadis-gadis ini adalah sumber ressentiment terdalammu. Jika kamu bisa mendapatkan sesuatu yang memiliki makna tertentu dalam hubunganmu dengan keempatnya, kamu alias si penyakit itu——kekuatan bermimpi yang dapat menghancurkan dunia ini kemungkinan besar akan dilemahkan.”

“Uusu.”

“Kamu tidak tertarik ya. Omong-omong, aku bilang merayu, tapi Kitamura Tƍru itu setara dengan pasangan tutorial, loh? Sebetulnya ini hanyalah checkpoint. Kukira ini bisa langsung diselesaikan dalam sehari, tapi ampun deh kamu ini.”

“Hee hee. Ya maaf deh.”

Aku mengulangi jawaban tidak tertarik.

Maksudku, mana bisa aku berikan [jawaban tertarik] dalam situasi ini?

Sejauh ini aku, hampir selalu terlibat secara sepihak, loh?

Aku tidak paham, semuanya. Baik itu tentang mimpi, tentang penyakit yang disebut aku dan kekuatannya.

Identitas asli Yumiri yang menggunakanku sesuka hatinya, dan juga perubahan sikap Kitamura Tƍru yang tiba-tiba.

Semuanya aku tidak paham, sungguh.

Aku tidak mengerti apa-apa. Posisiku ini tidak stabil.

Justru bukankah lebih baik kamu memberiku sedikit lebih banyak pujian karena entah bagimana aku berhasil mengikutinya hingga tahap ini?

“Yah, aku tahu maksudmu.”

Yumiri mengangguk.

“Tapi aku juga ingin kamu memahami posisiku. Aku tidak ada dalam situasi di mana aku bisa menceritakan semuanya secara lengkap, sejujurnya.”

“...Benarkah itu?”

“Iyalah. Karena bagaimanapun juga, kamu adalah [krisis dunia] yang bahkan membuatku menyerah. Aku menghadapi ketidakteraturan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jadi kuharap kamu mengerti bahwa aku sangat sangat berhati-hati.”

Fuun.

Ini mengejutkan.

Tadinya kupikir dia adalah tipe orang yang langsung ke pokok permasalahan, tanpa perlu bertele-tele. Berarti ada kalanya tidak demikian ya.

Atau seberbahaya itukah kekuatanku?

“Ngomong-ngomong jika terus begini, sesuatu yang buruk akan terjadi.”

“Sesuatu yang buruk, apa itu?”

“Itu sudah jelas.”

Sambil menengadah ke langit, Yumiri berkata.

“Krisis dunia akan menjadi kenyataan.”



Hari berikutnya.

“Oi sialan, Jirƍ brengsek!”

Sebelum jam pelajaran pagi.

Kitamura Tƍru berinteraksi denganku.

“Hari ini roti krim lemon dan cafĂ© au lait, bajingan. Jangan kabur dariku, keparat.”

Terasa menyegarkan.

Yanki masih seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa kemarin.

Matanya yang memelototiku terlihat pas untuknya. Suara mengancamnya, sudut di mana dia menatap wajahku. Itu semua memiliki sesuatu yang membuatku secara refleks mengangkat bahu.

Sikap yang sudah biasa dia lakukan.

Aku juga sudah biasa ketakutan. Seperti burung kecil yang menunggu badai berlalu, tidak ada yang bisa kulakukan selain menyusut ketakutan. Aku hanya bisa membalas seperti “Ah. Baik,”

“Selain itu, murid pindahan itu tidak berangkat ke sekolah lagi ya?”

Melihat sekeliling kelas, Kitamura Tƍru menyeletuk, “Keh,”

“Padahal aku berniat untuk melawannya jika ketemu lagi. Kalau dia tidak datang mah, aku tidak bisa apa-apa.”

Aku tidak yakin soal itu.

Lebih baik kamu tidak terlibat dengannya. Dia tidak cocok menjadi lawanmu, seperti batu dan kertas dalam gunting-batu-kertas. Mau dibolak balik juga, kamu tidak punya peluang untuk menang.

“Ah, selain itu.”

Kitamura Tƍru merogoh-rogoh sakunya.

Dia menggenggam sesuatu dan mengulurkannya padaku.

Beberapa koin. Jumlahnya sekitar 500 yen.

“Buat kamu. Uang pesuruh.”

“...Eh?”

“Jangan malah eh. Kan kamu butuh uang untuk beli roti dan jus. Apa kepalamu itu masih anak TK?”

Tidak, bukan begitu.

Hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya.

“Aku tidak terlalu suka transaksi tunai.”

Sambil mengacak-acak rambutnya, Kitamura Tƍru memalingkan mukanya dariku.

“Tapi jika dipikir-pikir, tindakanku ini bisa-bisa akan dianggap sebagai pemerasan, ‘kan? Kupikir aku sudah banyak mengembalikannya kemarin, tapi aku tidak tahu apakah itu cukup. Ini yang disebut pelunasan kali? Yah, anggap saja seperti itu. Meski aku tidak menyukainya.”

Nih, ia mendorong koinnya kepadaku.

“Ha? Napa?”

Kitamura Tƍru mengerutkan keningnya.

“Jangan memasang ekspresi seolah sangat terkejut begitu. Yang kulakukan ini tidak seaneh itu, bukan?”

Iya sih.

Apa memang seperti itu?

Apakah... persepsiku yang salah? Mungkinkah itu? Jangan-jangan?

Aku tidak benar-benar mengenal orang seperti apa yanki ini.

Teman sekelas, yang menurut Ibuku adalah teman masa kecilku, tampak seperti orang yang sama sekali berbeda dengan dirinya saat kami masih bersama di sekolah dasar.

Aku berhenti memikirkannya saat kupikir [ia tampak seperti orang yang sama sekali berbeda] dan kehilangan ketertarikan pada apa pun yang berkaitan dengannya sejak saat itu adalah fakta yang tak terbantahkan.

Padahal aku pun juga sudah tampak berbeda.

“Sudah ya.”

Kitamura Tƍru berbalik.

“A-Anu.”

Saat aku tiba-tiba menghentikannya, dia menatapku terlihat bingung.

“Napa?”

“Be-Be-Begini.”

Sambil dipelototi, aku berhasil menyusun kata-kataku.

“Sepulang sekolah nanti, kau punya waktu luang?”

Related Posts

Related Posts

Post a Comment