-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 7 Bab 5 Part 5 Indonesia

Bab 5
Acara Festival Budaya


5


Jalan pintas maid café. Akan tetapi, akibat Ryūen membuat gerakannya diketahui lebih awal, sebaliknya mungkin telah memuluskan keberhasilannya, tidak ada kelas lain yang membuntuti kami selain kelas Ryūen, dan kami mampu menarik pelanggan dengan cara yang efektif. Itu sendiri sudah memuaskan, tapi di sini muncul masalah yang tidak terjadi saat latihan.

Masalahnya adalah, ada terlalu banyak pelanggan akibat pendekatan konfrontatif yang telah diberlakukan.

Kursi di kelas sudah terisi penuh, dan menjejalkan lebih banyak kursi lagi hanya akan membuatnya lebih menyesakkan. Jadi kami terpaksa membuat pengunjung mengantre, tapi maid café sejatinya tidak bisa melayani pelanggan dengan cepat.

Membuat para siswa yang berpakaian seperti maid dan orang dewasa menikmati percakapan mereka juga merupakan elemen yang penting.

Biasanya di saat seperti ini, langkah-langkah seperti membagikan tiket bernomor agar mereka dapat kembali lagi nanti bisa dipertimbangkan.

Akan tetapi, dalam festival budaya, itu tidak serta-merta menjadi elemen yang baik.

Bagaimana jika seorang pelanggan yang memiliki sekitar 3.000 poin tersisa di kantongnya diminta untuk mengambil tiket bernomor dan diminta untuk kembali 1 jam lagi nanti? Sebagian pelanggan akan menunggu dengan tertip, tapi sebagian besar akan membuang uangnya ke kreasi lain selama waktu tunggu.

Tanpa sadar, mereka sudah mengeluarkan hampir 3.000 poin dan mereka tidak punya uang lagi untuk dihabiskan di maid café, jadi mereka tidak mampir dan pergi. Itu pun kejadian yang sangat mungkin terjadi.

Itulah sebabnya, aku ingin pelanggan yang sudah mengantre untuk terus mengantre sampai mereka masuk kedai dan mengeluarkan uang mereka.

Dan kalau bisa, aku ingin menyerap pula poin yang mereka rencanakan untuk dikeluarkan di tempat lain.

“Gawat nih. Para pelanggan yang hilang kesabaran mulai meninggalkan antrean.”

Niatnya ambil risiko dan mendapatkan imbalan yang besar kini menjadi lampu kuning.

(Tln: lampu kuning = suatu hal yang memprihatinkan akan terjadi)

Begitu sampai di sini, kurasa tidak ada pilihan selain menghentikan orang-orang yang baru mengantre di ujung antrean.

“Ayanokōji-kun, bolehkah aku berhenti melayani pelanggan sebentar? Aku punya ide.”

Kushida memanggilku saat aku hendak berjalan ke ujung antrean.

Mungkin dia ingin pergi untuk melihat situasinya karena penasaran.

“Kau mau lakukan apa?”

“Pelanggan yang menunggu hanya bosan, mereka menunjukkan ketertarikan yang kuat pada maid café. Tapi mereka mungkin juga lapar, jadi bisa dimengerti kalau mereka pergi.”

“Benar juga.”

Karena ini juga bertepatan dengan jam makan siang, jelas terlihat dari orang dewasa yang sekarang berada di ruang kelas, banyak pelanggan yang datang ke sana untuk makan dan minum. Kushida mengambil salah satu tas berisi kue kering buatan sendiri yang telah disiapkan untuk dijual sebagai suvenir, lalu berjalan dengan tas itu menuju koridor.

Kemudian dia tersenyum dan memanggil pelanggan yang akan hilang kesabaran.

“Maaf membuat Anda menunggu.”

Kemudian, dia mengeluarkan satu kue dari tas dan mulai membagikannya ke kerumunan yang menunggu.

Tujuannya mungkin untuk mengisi perut mereka meskupun hanya sedikit, tapi bukan itu saja.

Timbulnya rasa bersalah karena pergi dari tempat itu setelah mereka menerima sesuatu sebagai imbalan.

Jika Kushida meninggalkan posnya, tidak akan sulit bagi mereka untuk kabur dari antraean dengan sedikit rasa bersalah yang menyertainya, tapi dia terus berada di sini, tersenyum dan mengobrol dengan mereka.

Bahkan sebelum mereka mendapatkan kuenya, tidak mudah lagi untuk meninggalkan antrean meskipun mereka tidak sabar.

Ada juga kerugian dengan kepergian Kushida dari ruangan, tapi pelanggan yang sudah mengambil tempat duduk pasti akan mengeluarkan sejumlah uang.

Untuk saat ini, mungkin lebih penting untuk menjaga keberadaan penghasil uang itu.

Selain bisa melihat situasi di dalam kedai lebih baik dari siapa pun, ia juga tahu bagaimana memanfaatkan dirinya sendiri.

Apa yang bisa dia lakukan untuk menarik sebanyak mungkin orang ke sisinya?

Skinship seperti menutup jarak dengan pria dewasa, melakukan percakapan yang membuat mereka merasa nyaman, dan terkadang memegang tangan mereka. Dia tidak menunjukkan perlawanan atau keengganan sedikit pun terhadap perilaku itu. Walau gadis-gadis lain telah bekerja keras sepanjang hari ini, hanya Kushida yang mampu melakukan semua elemen ini dengan sempurna.

Bahkan ketika dia kadang-kadang pindah ke bagian penagihan, jumlah kesalahan perhitungan yang dia buat mendekati nol.

Ini jelas merupakan bakat alami, karena dia belum pernah ikut sesi latihan nyata sekalipun sebelumnya.

“Kekuatan Kushida-san, menunjukkan warna aslinya, ya.”

Sebagai bentuk rasa hormatnya, Yōsuke mengangguk ketika melihatnya bekerja.

“Ini akan menjadi angin segar bagi Kushida sendiri, yang sangat dimusuhi sejauh ini, dan bagi Horikita, yang telah membelanya.”

Jika dia melakukan pekerjaan sebagus ini, mereka harus mengakuinya sampai batas tertentu.

“Manusia adalah makhluk yang mudah membenci, di sisi lain, mereka juga makhluk yang mudah mengakui. Terutama ketika mereka masih muda, evaluasi bagaikan dua sisi mata uang, mereka berubah-ubah. Dari sisi atas ke bawah dan sekarang atas lagi. Tapi, semakin mereka diubah-ubah, semakin mereka akan terlihat lelah.”

“Meski begitu aku tidak keberatan. Selama Kushida-san bisa bertarung bersama dengan semua orang di kelas.”

“Aku sangat terkesan dengan apa yang kulihat. Apa mungkin pekerjaan sesempurna ini dilakukan tanpa persiapan sebelumnya.”

“Kupikir itu hasil akumulasi. Selama masa persiapan festival budaya entah beberapa kali, sepertinya Kushida-san mengunjungi kamar Horikita-san hingga larut malam. Mungkin dia sedang berlatih.”

Jadi selain bakatnya sendiri, dia telah berlatih dengan baik di belakang layar.

Jika tebakan Yōsuke benar, itu akan menegaskan kembali akan kehebatan Kushida.

Itu juga menegaskan bahwa Horikita yakin bahwa ia tidak harus mengkhawatirkan Kushida.

Kemudian aku kembali ke ruang tunggu dan kesana kemari membawa kamera selama sekitar setengah jam.

“Anu, Ayanokōji-kun, Kushida-san ada di mana?”

Mī-chan muncul, terlihat sibuk.

“Kushida? Kushida seharusnya mengatur antrean di koridor dari tadi.”

Hal itu juga sudah disampaikan kepada para maid, tapi———.

“Ada pelanggan yang ingin berfoto dengan Kushida-san, tapi aku tidak bisa menemukannya.”

Kushida yang seharusnya mengatur antrean, sudah menghilang?

Aku dan Yōsuke langsung melihat ke koridor dan benar saja, Kushida tidak terlihat.

“Permisi, apakah Anda melihat seorang gadis yang sedang mengatur antrean di sini?”

Yōsuke bertanya pada tamu yang mengantre.

“Oh, maksudmu gadis yang membagi-bagikan kue? Kayaknya dia dipanggil oleh seorang gadis dari sekolah ini dan dia mengikutinya. Sekitar 5 menit yang lalu.”

“Anaknya seperti apa?”

Aku menyela pembicaraan, bertanya tentang orang yang memanggilnya itu.

“Um, eeh, dia adalah seorang gadis dengan rambut yang diikat menjadi dua seperti ini.”

Yōsuke sepertinya tidak tahu, tapi aku sangat yakin bisa menebak siapa itu.

“Maaf, tapi tolong urus kedainya sebentar. Berikan perintah ke maid lain untuk menggantikan peran Kushida.”

Ini adalah jenis masalah yang tidak diharapkan oleh siapa pun.

Justrus karena itu, aku segera memahami bahwa ini adalah masalah yang harus aku tangani.

Related Posts

Related Posts

3 comments