Bab 4
Pertemuan Pada Hari Sebelum Festival Budaya
2
Begitu kedai dibuka, yang mengejutkan banyak anak laki-laki dari kelas lain yang langsung berdatangan.
Tampaknya lebih banyak pengunjung yang ingin melihat sekilas cosplay para gadis daripada untuk tujuan makan, tapi itu tidak masalah.
Bagi para maid yang tidak terbiasa menjadi sorotan publik, ini akan menjadi pengalaman yang bagus.
Bahkan Matsushita yang biasanya tenang, gerakannya agak kaku dan tegang.
Gerakan Satō dan Mī-chan kelihatan kurang luwes dibandingkan saat latihan.
Segera setelah itu, suara plastik yang memantul di lantai terdengar di seluruh ruang kelas. Itu disebabkan oleh Mī-chan yang menjatuhkan cangkir yang berisi air di atas nampan. Orang yang bersangkutan membeku akibat kejadian berat yang membelah suasana itu. Melihat hal ini, Matsushita bergerak cepat.
“Saya sungguh minta maaf.”
Setelah menepuk pelan bahu Mī-chan dengan nada tenang dan respon yang tenang, dia menyuruh Mī-chan untuk membawakan segelas air yang baru. Ia kemudian membawa kain lap dan mulai membersihkan lantai.
“Kerja bagus, Matsushita-san, aku tidak percaya ini pertama kalinya bagimu.”
“Sama.”
Horikita yang mengamati dari samping juga terkesan oleh gerakan Matsushita yang memukau.
“Kau besok akan menjadi maid juga, ‘kan?”
“Tugas utamaku sebagai staff promosi. Tergantung situasinya, aku juga melayani pelanggan sih... tapi sejujurnya aku tidak percaya diri.”
Tidak seperti biasanya, Horikita menjawab dengan agak kurang bersemangat.
“Yah, tidak ada yang berpikir kau mahir memasang senyum di wajahmu kok.”
Ia mungkin tidak mencemaskan tentang pelayanan itu sendiri, tapi akan sulit untuk memberikan senyuman.
“Kamu tampaknya cukup santai, ya.”
“Sama seperti pekerjaan di sini yang hampir selesai hari ini.”
Sekitar 90% persiapan awal dan 10% pada hari H, dan yang harus kulakukan besok adalah pekerjaan administratif.
“Mungkin aku harus mempekerjakanmu distan juga.”
“Jangan merotasi kerjaan orang lain hanya karena keluhan pribadimu, jangan dirotasi.”
Horikita mengatakan sesuatu yang merepotkan, tapi segera menariknya karena tentu saja dia tidak serius.
“Untuk saat ini, tampaknya tidak akan ada masalah selama ada Matsushita-san, aku akan pergi sebentar.”
“Kamu mau berkeliling?”
“Aku juga ingin melihat kreasi macam apa saja yang ada dengan mata kepalaku sendiri.”
“Selamat jalan-jalan.”
Sementara itu, aku akan kerjakan hal itu, membuat ruang untuk ruang tunggu esok hari.
Sekitar satu jam kemudian, Horikita kembali ke maid café.
“Aku pulang. Bagaimana situasinya?”
“Ada beberapa kesalahan kecil, tapi mereka jauh lebih tenang sekarang dan semua orang sudah mulai terbiasa.”
“Syukurlah ada persiapan awal, ya.”
“Mungkin bahaya juga kalau kita tampil mendadak tanpa gladi bersih ini, ya.”
Sudah kuduga, ternyata berlatih tanpa lawan main sangat berbeda dengan apabila benar-benar melibatkan pelanggan dari pihak ketiga.
Matsushita yang telah bekerja sekuat tenaga sejak kedai dibuka berhenti untuk digantikan.
“Kerja bagus Matsushita-san, kau sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa.”
“Terima kasih. Gerakan semua orang jadi lebih baik dan kita akan siap untuk menghadapi hari esok.”
Kata Matsushita, tapi ekspresinya agak kaku.
“Ada apa?”
“Aku berpikir mungkin ada lebih banyak sabotase, itulah yang sedikit aku khawatirkan.”
“Sabotase?”
“Kelas Ryūen-kun ikut-ikutan membuat konsep kafe, bukan? Aku khawatir dia akan membawa Ishizaki-kun dan teman-temannya dan mengatakan ada serangga di dalam cangkir, atau sesuatu seperti itu...”
Aku dan Horikita bertukar pandangan sebentar, lalu segera menoleh kembali ke Matsushita.
“Jangan khawatir tentang itu. Manfaatnya terlalu sedikit bagi mereka untuk berbuat macam-macam pada saat latihan. Selain itu, selama ada aturan bahwa siswa tidak bisa menjadi pelanggan pada hari festival, mereka bahkan tidak bisa menggunakan trik yang sama.”
Aku lebih memperjelas penjelasan dari Horikita.
“Dengan begitu banyak pasang mata yang melihat di acara ini, Ryūen juga tidak bisa menggunakan trik yang licik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Senyuman kembali ke wajah Matsushita ketika kami berdua memberitahunya di saat yang hampir bersamaan, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Kalau kalian berdua bilang begitu, rasa leganya itu berbeda ya.”
Dia mengelus dadanya karena lega, tampak seolah-olah dia agak lelah.
“Kamu juga harus istirahat.”
“Kurasa itu ide bagus.”
Matsushita berjalan keluar kelas, sedikit terhuyung.
“Kau menyadarinya?”
“Eh?”
“Tidak, bukan apa-apa.”
Mungkin karena itu adalah keganjilan kecil, Horikita, yang ada di dekatku, tampaknya tidak menyadari apa-apa secara khusus.
Kuharap itu hanya khayalanku semata.
“Jadi bagaimana. Kreasi kelas-kelas lain?”
“Aku tidak tahu apakah akan ada festival budaya lagi tahun depan, tapi aku telah belajar banyak.”
Horikita melihat ruang tunggu yang sudah siap lalu merabanya untuk mengecek kondisinya.
“Kelihatannya oke. Satu jam lagi semua kelas akan mulai beres-beres, jadi mending kamu juga melihatnya sekali lagi.”
“Itu ide bagus.”
Setelah mendapat izin, aku pun memutuskan untuk mengelilingi seluruh sekolah.
Seolah telah menunggu momen itu, Kei muncul dan memeluk lenganku.
“Ayo jalan bareng.”
“Kutolak juga keknya gak akan dilepasin.”
“Gak bakaal.”
“Terserah kalian kalau mau pergi berdua, tapi jangan sampai lupa kalau ini hanya untuk pengintaian.”
“Iya iya~a.”
Sementara Horikita menyikapinya dengan serius, Kei tampak santai saja.
Yah, karena kesempatan seperti ini jarang terjadi. Faktanya, salah satu contohnya bisa dilihat di maid café, sebagian besar orang lain tampaknya menikmati festival budaya dengan normal.
Bucin banget
ReplyDeleteHmm
ReplyDelete