-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 7 Bab 4 Part 4 Indonesia

Bab 4
Pertemuan Pada Hari Sebelum Festival Budaya


4


Seorang pria dan seorang wanita saling berhadap-hadapan di tengah-tengah pepohonan di pinggir jalan yang mengarah ke Keyaki Mall.

Gladi bersih untuk festival budaya telah dimulai dan tidak ada siswa yang terlihat di sekitar sini.

“Akhirnya kita bisa bicara, Yagami-kun.”

“Aku tak menyangka kau akan menemuiku dengan paksa saat aku sedang mempersiapkan festival budaya.”

“Kalau tidak begitu, aku tidak akan bisa menangkapmu. Sepertinya kamu mengindariku.”

Setelah bertemu, Yagami memaksa Kushida untuk pindah karena ia tidak suka membicarakannya di tempat.

“Kita tidak bisa bertemu itu hanya kebetulan. Kalau tidak salah, kamu mengunjungi kamarku beberapa kali, maaf aku sedang pergi waktu itu.”

Keduanya melanjutkan percakapan tanpa kehilangan senyuman mereka.

Kalaupun seseorang menyaksikan mereka berdua dari samping, pemandangan ini hanya akan tampak seperti mereka sedang mengobrol dengan akrab.

“Benarkah kau sedang pergi? Atau jangan–jangan kau menggunakan mesin penjawab untuk mengejekku?”

“Kenapa aku melakukan sesuatu seperti pura-pura sedang pergi? Sepertinya ada kesalahpahaman.”

“Tidak ada yang salah paham.”

Jengkel dengan Yagami karena telah mengaburkan kenyataan, Kushida mengambil langkah maju sendiri.

“Kau hanya mengabaikanku karena aku sudah tidak berguna lagi, bukan?”

Dalam ujian khusus suara bulat, Yagami berharap agar Kushida mengeluarkan Horikita dan Ayanokƍji. Dia gagal memenuhi harapan itu yang berujung kehilangan kontak dengannya, jadi wajar saja jika Kushida menyimpulkannya demikian.

“Apa kamu ingat ketika aku meneleponmu di malam ujian khusus suara bulat?”

“Ya. Tentu saja aku ingat.”

Pada malam hari ujian selesai dilakukan.

Yagami menelepon dan mendengar dari Kushida bahwa Horikita dan Ayanokƍji belum dikeluarkan.

Panggilan itu ditutup tak lama setelah itu dan Kushida belum bisa bicara dengan Yagami sejak saat itu.

“Aku akan bicara jujur. Kupikir Kushida-senpai telah membenciku. Mungkin itulah sebabnya belakangan ini aku tidak berani untuk bertatap muka denganmu dan tanpa sadar telah menghindarimu.”

“Hentikan itu. Sudah tidak ada gunanya lagi berbohong padaku seperti itu sekarang.”

Berlagak seperti junior yang disukai, setelah ia tahu sebagian dari sifat aslinya, itu hanya akan membuatnya merinding.

“Maafkan aku. Nah, bisakah kamu ceritakan lagi bagaimana kejadian di hari itu?”

Kushida pun akhirnya mulai mengerti. Siswa tahun pertama di depannya ini hanya mempermainkannya.

Ia tahu semua tentang ujian khusus suara bulat dan mencoba untuk memperluas cakupan permainannya lagi.

“Tidak akan kujawab.”

“Kenapa? Setidaknya yang kutahu, Kushida-senpai mengambil tindakan untuk mengeluarkan salah satu dari keduanya. Tapi hasilnya, bukannya Kushida-senpai, tapi Sakura-senpai yang dikeluarkan. Yang ingin kuketahui adalah detailnya.”

“Aku tidak melakukan apa pun dalam ujian khusus itu. Itulah kenapa Sakura-san yang OAA-nya peringkat terendah, mau tidak mau dikeluarkan. Itu saja.”

Interaksi di kelas tentang ujian khusus suara bulat belum bocor.

Karena itu Yagami ingin tahu detailnya itu.

Dia mencoba mengakhiri cerita dengan menyebut bahwa dipilihnya Sakura Airi hanya karena kurangnya kemampuannya.

Namun, Yagami tetap tersenyum dan meletakkan tangannya dengan lembut di bahu Kushida.

“Jangan berbohong.”

“Berbohong...?”

“Sejak ujian khusus suara bulat, rutinitas kebiasaan Kushida-senpai telah banyak berubah. Tampaknya kau masih dekat dengan siswa dari kelas lain, tapi aku telah menyelidiki dan mengetahui bahwa kamu telah menjauh dari teman-teman sekelasmu. Dengan kata lain, dalam ujian khusus suara bulat itu, sifat sejatimu telah cukup banyak terungkap.”

Tampak luar, Kushida juga tersenyum pada teman-teman sekelasnya saat ia berada di luar.

Namun karena teman-teman sekelasnya jadi lebih jarang mendekatinya, itu ada batasnya.

Sebuah kelompok kecil para gadis saja biasanya bermain bersama 2 atau 3 kali seminggu, tapi sekarang belum sama sekali.

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Aku masih dekat dengan teman-teman sekelasku seperti biasa.”

Yagami hanya kebetulan tidak melihatnya, atau dia hanya asal mengambil kesimpulan.

Kushida mencoba menepisnya dengan cara seperti itu, tapi Yagami terus tertawa.

“Tidak ada gunanya mencoba menyembunyikannya. Semua masa lalu Kushida-senpai sudah diketahui oleh teman-teman sekelasmu. Dan yang menyebabkan hal itu terjadi pasti Ayanokƍji-senpai, bukan?”

Yagami bicara dengan lancar, seolah-olah dia telah melihat pertarungan Kushida dan yang lainnya di kelas.

Fakta bahwa nama Ayanokƍji disebutkan alih-alih nama Horikita juga jelas tidak biasa.

“Itu hanya spekulatif. Sama sekali tidak benar.”

“Terserah sih kalau mau ditutupi.... Padahal sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, apa yang kamu inginkan dariku? Aku harus membantu persiapan festival budaya, jadi aku ingin kembali secepatnya jika bisa.”

“Aku sudah lelah berhubungan denganmu, Yagami-kun.”

“Lelah... ya?”

“Jangan pernah mengusikku lagi. Hanya itu yang ingin aku katakan hari ini.”

Kushida tiba-tiba ingin mengakhiri hubungannya dengan Yagami.

“Kamu ingin mengakhiri hubungan denganku. Aku bisa memahami perasaanmu itu. Karena masa lalu dan kepribadian Kushida-senpai sekarang sudah diketahui oleh semua orang di kelas, sudah tak ada gunanya lagi memaksakan diri untuk mengeluarkan Horikita-senpai dan Ayanokƍji-senpai.”

“Tidak usah kamu jelaskan satu per satu. Jika kamu mau menafsirkannya sendiri, silakan saja.”

“Kamu adalah orang yang menarik, Kushida-senpai. Pernyataanmu tadi justru telah menceritakan kebenaran. Selain itu, Kushida-senpai sendiri mulai berpikir bahwa kamu bisa menceburkan diri ke dalam lingkungan ini. Karena itu, kamu ingin mengakhiri hubungan gelapmu denganku dan melangkah maju.”

(Tln: gelap di sana = hubungan yang membuatnya merasa bersalah)

Ingin melangkah maju. Kata-kata yang dia utarakan melekat di dalam hatinya dan menyebar.

“Kesampingkan Ayanokƍji-senpai, apa kamu sudah berdamai dengan Horikita-senpai?”

“Itu juga tidak akan kujawab.”

“Dari kelihatannya, kamu sudah diluluhkan, ya. Aku sedikit kecewa, Kushida-senpai.”

Kushida menahan keinginan untuk membalas, tapi ia menjadi marah. Dia masih membenci Horikita seperti sebelumnya.

“Aku———!”

“Ah, oke. Jangan dilanjutkan. Aku bisa tahu dengan melihatnya.”

Sikap menyepelekannya itu tidak ada kesopanan yang dulunya ada. Itu tampak menakutkan bagi Kushida, tapi ia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di sini.

Sebaliknya, ia jelas lebih sabar daripada siswa pada umumnya, sebagian karena kontak yang berulang-ulang dengan orang-orang yang tidak biasa seperti Ayanokƍji, RyĆ«en dan Amasawa.

Sementara dia terkejut dan merasa heran pada dirinya sendiri, dia bertindak tegas.

(Tln: bertindak tegas di sana adalah sebuah ungkapan untuk ‘tetap tenang bahkan ketika bahaya di depan mata’)

“Dengan ini hubungan kita berakhir, Yagami-kun. Kita tidak punya hubungan apa-apa, kau paham?”

“Tenang saja. Kau khawatir aku akan membongkar masa lalumu ‘kan, Kushida-senpai? Itulah sebabnya kau datang menemuiku sekalian mengingatkanku seperti ini, bukan?”

“Itu benar. Jika Yagami-kun membongkar rahasiaku, rumor tentang diriku akan menyebar ke seluruh sekolah.”

“Kalau begitu, maukah kau menuruti perkataanku?”

“Kalau mau mengancamku, aku juga bisa. Aku akan menceritakan semua tentangmu, Yagami-kun. Kalau kau menggunakanku untuk membuat Ayanokƍji dan Horikita dikeluarkan dari sekolah, dan bahwa kau melakukan hal-hal jahat dengan wajah serius.”

Dia tidak tahu apakah ini cukup sebagai ancaman.

Meskipun begitu, jika ia menggunakan senjata yang dimilikinya saat ini, ini adalah satu-satunya cara Kushida untuk melindungi diri.

“Jadi kamu mengancamku balik. Baiklah, aku akan mengingatnya. Apa kita sudah selesai?”

Entah itu berhasil atau tidak, Yagami mengakhiri pembicaraan dan mulai berjalan pergi.

“Aku adalah pemimpin Kelas B tahun pertama. Jadi aku sibuk dengan berbagai hal untuk festival budaya, sampai jumpa.”

“Jangan lupa, Yagami-kun. Selama kamu menepati janjimu, aku juga akan menepatinya.”

Bersama senyuman terakhir, Yagami menghilang dari pandangan dengan langkah pelan.

“...Kuharap dengan ini berakhir...”

Selain harapan-harapan seperti itu, ia juga merasa bahwa ini tidak hanya akan berakhir di sini.

Lalu apa yang harus kulakukan?

Apa sebaiknya aku diam saja dan menunggu, atau haruskah aku menyusun rencana untuk menyerangnya? Dia bertanya-tanya.

“Jangan. Aku tidak bisa menghentikan Yagami.”

Hingga saat ini, ia telah menantang dan kalah dari berbagai lawan, termasuk Horikita.

Dia harus membuang keyakinan naif bahwa dia bisa mengatasinya sendiri.

Dia sangat sadar bahwa dirinya sendirian. Namun, demikian, situasinya telah berubah secara dramatis.

Yagami pasti meremehkan Kushida. Bukan hanya di permukaan, tapi dari lubuk hatinya.

Dia cukup baik dalam membaca hal-hal semacam itu.

“Sebelum melawannya, aku punya pekerjaan yang harus dilakukan.”

Dia tahu bahwa masalah yang harus diselesaikan bukan hanya masalah Yagami.

Dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk kembali menjadi siswa teladan yang baik hati, tapi dia harus memberikan kontribusi yang nyata untuk mempertahankan posisi yang kuat di kelas.

Kushida Kikyƍ tahu bagaimana cara untuk bertahan.

Related Posts

Related Posts

Post a Comment