-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 9 Bab 5 Part 3 Indonesia

Bab 5

Mendekati Ujian Khusus


3


Sepulang sekolah pada hari itu, saat terjadi insiden kecil antara Ryƫen, dan lawannya nanti, Ichinose.

Horikita mengajakku ke tempat belajar kelompok yang menjadi seperti kebiasaan, tapi aku menolaknya.

Sejak pagi Kei terus memperhatikanku namun tidak pernah mengajakku bicara, dan aku tidak punya rencana khusus setelah ini.

Itu sebabnya aku bisa mencurahkan waktu ini untuk menyelesaikan masalah merepotkan yang dilemparkan padaku.

Akhir-akhir ini, kata [menguntil] sering muncul dalam pembicaraan dan menjadi sumber masalah.

Kenapa Kiryƫin Fƫka hampir dituduh mencuri?

Melihat kata-kata dan tindakannya, fakta bahwa dia tidak memiliki teman sepertinya benar.

Tentu saja pasti ada kasus di mana dia tidak disukai karena kepribadiannya, bukan hanya di kelasnya, tapi juga di antara siswa tahun ketiga secara keseluruhan.

Tapi, bukan berarti aku bisa dengan mudah berpikir untuk menuduh seseorang seperti itu.

Jika pada masa saat Kiryƫin masih menjadi siswa tahun pertama dan dianggap sebagai penghalang dalam persaingan kelas A, mungkin saja ini dianggap sebagai strategi yang tidak terikat pada benar atau salah, tapi apa gunanya mengambil risiko seperti itu sekarang saat kemenangan atau kekalahan sudah pasti?

Yang paling mungkin saat ini adalah kejahilan yang dilakukan tidak langsung melalui instruksi dari Nagumo.

Nagumo yang haus akan pertandingan yang sengit, menjahili Kiryƫin dengan tujuan agar ia menganggapnya serius.

Namun, dari apa yang kulihat saat ia menyela rapat OSIS beberapa hari yang lalu, aku tidak yakin bahwa itu pasti benar. Itu juga pas waktunya untuk menantangnya bertarung dengan menyuruhnya untuk mengungkapkan kebenaran.

Mungkin itulah sebabnya kenapa Kiryƫin ragu dan kesulitan untuk membuat keputusan yang tepat.

Ada beberapa pilihan yang bisa aku ambil dalam proses menyelidiki masalah ini.

Yang pertama adalah mendatangi Nagumo, yang merupakan kandidat utama dalam kasus ini. Yang kedua adalah bicara dengan Yamanaka yang mencoba memasukkan barang ke dalam tas Kiryƫin. Dan terakhir adalah meminta informasi dari pihak ketiga yang dapat dipercaya untuk lebih memahami situasi sebenarnya dari siswa tahun ketiga.

Tidak mudah untuk berinteraksi dengan siswa tahun ketiga yang sangat tertutup.

Mereka yang kontaknya aku miliki hanyalah mantan anggota OSIS seperti Nagumo dan Kiriyama.

Maka, tidak ada pilihan lain selain mengumpulkan informasi secara langsung dengan berjalan kaki.

Tentu saja, aku tidak akan membuang-buang waktu secara membabi buta dan hanya akan bertindak jika ada informasi yang pasti.

Sekarang, seseorang yang memiliki informasi paling berguna untukku dan tidak memiliki hubungan dengan orang yang menjebak Kiryƫin.

Aku menjumpai beberapa siswa tahun ketiga yang sedang sendirian, dan kucoba mengumpulkan informasi dari mereka.

Dari informasi yang kukumpulkan, aku mengetahui bahwa orang yang kucari pergi ke arah gedung olahraga, jadi aku segera pergi ke sana.

Tapi, aku tidak melihat orang itu di sepanjang jalan, dan aku akhirnya tiba di gedung olahraga.

Kegiatan klub sepertinya telah dimulai dan aku bisa melihat teman sekelasku Sudƍ melakukan latihan dasar dengan tekun sambil berteriak lebih keras dari siapa pun.

“Nggak ada di sini.”

Karena semakin banyak anggota klub yang mulai berkumpul di gedung olahraga, aku memutuskan untuk pergi agar tidak mengganggu mereka.

Aku coba tanya pada siswa yang menuju ke gedung olahraga, tapi tak ada informasi baru yang aku dapatkan.

Akhirnya, aku tidak berhasil bertemu dengan orang yang aku cari, tapi ketika aku kembali ke pintu masuk untuk memeriksa sepatunya, ternyata dia masih ada di sekolah.

Meskipun aku tidak bisa menemukannya, mungkin ia masih berada di dalam sekolah.

Sudah mendekati jam 5 sore, waktu di mana hanya sedikit siswa yang masih tinggal di dalam sekolah selain anggota klub.

Aku putuskan untuk menuju ke area di mana ada ruangan kelas tahun ketiga meskipun ada sedikit risiko terlihat mencolok di sana.

Kalau tidak bisa bertemu, ya tidak bisa bertemu. Aku sudah melihat keempat kelas tapi aku masih tidak melihatnya.

Mungkin lebih bijak untuk menunggu di pintu masuk dengan sabar.

Pada saat aku mulai berpikir begitu, aku mendengar kabar bahwa orang yang kucari telah pergi ke ruang staf.

Aku akhirnya sampai di ruang staf setelah kesana kemari, kemudian melihat ke dalam ruangan dari lorong, aku pun berhasil menemukan orang yang kucari sedang bicara dengan guru.

Karena ada banyak guru keluar masuk sepulang sekolah, aku memutuskan untuk menunggu sedikit jauh agar tidak terlihat oleh guru.

Sekitar 10 menit kemudian, akhirnya aku melihat siswa yang aku cari keluar dari ruang staf.

Aku selalu berpikir dia adalah orang yang ceria, tapi hari ini dia tampak sangat muram dan berjalan dengan kepala tertunduk. Ia tidak menyadari keberadaanku saat berjalan melewatiku yang sedang mengawasi ruang staf.

Setelah sedikit ragu-ragu karena aku kehilangan kesempatan untuk menyapanya, aku mengikuti dia dari belakang dengan jarak yang cukup jauh.

Karena aku berniat untuk menyapanya ketika dia memakai sepatunya di depan pintu masuk.

Namun, orang tersebut tidak langsung menuju ke pintu masuk, dia malah menaiki tangga menuju atap.

Tapi karena dia tidak bisa keluar lewat atap, apakah dia ingin bertemu dengan seseorang?

Ketika aku berpikir seperti itu, akhirnya dia berhenti, dan aku mendengar suara isak tangis pelan. Rupanya ia ke tempat ini bukan untuk bertemu seseorang, tapi agar tidak bertemu siapa pun.

Gedung sekolah yang cukup sepi. Bahkan jika dia menahan tangisannya, suaranya akan tetap terdengar.

Jika ada seseorang yang tidak tahu apa-apa datang ke sini, orang itu pasti akan mengira kalau aku yang membuatmu menangis.

Aku bisa saja pergi tanpa diketahui, tapi aku juga punya alasan untuk datang di sini.

“Anu.”

Aku coba menyapa dengan suara pelan agar sebisa mungkin tidak mengejutkannya.

Tapi dia mungkin tidak mengira akan ada orang lain di sekitarnya karena ekspresinya sangat terkejut.

“h!? E-eh, Ayanokƍji, kun!?”

“Maaf kalau aku mengejutkanmu.”

“Ma-maaf ya. Tu-tunggu sebentar!”

“Nggak perlu minta maaf juga sih...”

Dia benar-benar terkejut, tapi dia menyembunyikan wajahnya meskipun itu sudah terlambat dan menghapus air matanya.

“Kalau waktunya kurang tepat, aku akan pergi dan menemuimu lagi nanti———”

“Ng-nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa kok!”

Ia menarik lengan bajuku agar aku tidak pergi. Aku tidak menyangka ia akan melakukan tindakan seperti itu.

Mungkin dia secara naluri menghindari risiko bahwa aku akan menyebarkan berita tentang dia menangis jika dia membiarkanku pergi.

Setelah itu aku menunggu beberapa menit dalam diam sampai Asahina kembali tenang.

“...Un. Aku sudah baik-baik saja.”

Jawab Asahina, dia berdeham sekali lalu bergumam karena malu.

“Maaf ya.”

“Malah minta maaf lagi. Akulah yang salah karena mengejutkanmu.”

“Itu beda lagi. Aku hanya merasa malu karena aku menunjukkan sisiku yang tidak keren.”

Aku tak ingin membahas sesuatu yang tidak relevan, jadi aku tidak menanyakan alasannya menangis.

Namun, mungkin itu justru membuatnya kepikiran, Asahina pun mulai membicarakan sendiri alasannya.

“Pagi tadi Sutchii... bukan deng, Moeka keluar dari sekolah. Suchi Moeka dari Kelas C.”

“Keluar di waktu ini? Itu bukan karena hukuman dari ujian khusus, kan? Atau dia keluar secara sukarela?”

Semestinya tidak ada ujian khusus kemarin dan hari ini untuk siswa tahun ketiga.

Tapi Asahina menggelengkan kepalanya untuk menyangkal kalau siswa itu keluar secara sukarela.

“Aku dengar alasannya adalah karena ia melakukan pelanggaran serius. Dia dihukum karena tindakan yang mengganggu kedisiplinan. Aku ingin tahu detailnya, jadi aku tanya ke guru tapi beliau tidak mau memberitahuku.”

Jadi itu alasan dia pergi ke ruang staf.

Bagi Asahina dari Kelas A, siswa yang keluar dari Kelas C seharusnya bukan urusannya. Tapi, melihat dia sampai seperti ini, mereka pasti bersahabat melewati batas kelas.

“Kamu tidak tanya langsung padanya?”

“Moeka keluar dari sekolah kemarin, dan ketika aku diberitahu pagi ini, dia sudah tidak berada di asrama lagi. Aku sama sekali tidak menerima pesan darinya... aku sudah coba tanya ke anak-anak Kelas C sepanjang pagi, tapi aku tidak dapat info apa-apa. Aku rasa mereka tidak terlalu tertarik dengan anak-anak yang pergi.”

Apakah tidak ada yang tahu alasan dikeluarkannya Suchi, atau ada yang tahu tapi menyembunyikannya?

Generasi Horikita Manabu, generasi Nagumo, dan generasi Horikita serta siswa tahun pertama seperti Nanase dan Amasawa.

Aku hanya tahu tentang empat tahun ajaran itu, tapi ternyata ada banyak siswa yang dikeluarkan digenerasi Nagumo.

Meski begitu, kejadian ada siswa yang dikeluarkan dari sekolah di luar ujian khusus ini agak mengganjal di pikiranku. Alasan sekolah menyembunyikan detailnya mungkin karena itu merupakan pelanggaran yang sangat serius dan berpotensi memberikan dampak negatif.

“Aku hanya mengira-ngira dan tidak tahu persis apa pelanggarannya. Tapi, aku bisa memahami alasannya. Para siswa kelas B kebawah selalu berusaha keluar dari kelas mereka dan masuk ke kelas A setiap hari dengan berbagai cara. Aku yakin dalam upaya itu, Moeka telah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan.”

“Di generasi Asahina-senpai, bukankah Nagumo-senpai yang memegang kendali atas segalanya?”

Jika diakui oleh Nagumo, mereka akan pindah ke kelas A, jika tidak, tidak akan dipindahkan.

Itulah cara para siswa tahun ketiga untuk menjaga asa yang terlihat selama ini.

Tapi, wajah murung Asahina menunjukkan bahwa ada cara lain.

“Atau selain itu, apakah ada jalan pintas untuk naik ke kelas A?”

“...Jalan pintas? Um... Ayanokƍji-kun, hubunganmu dengan Miyabi itu gimana?”

“Gimana? Biasanya tidak bagus, dan itu tidak berubah.”

“Ini adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh anak dari tahun ajaran lain...”

“Ah, aku paham. Aku tidak akan memberitahu siapa pun.”

Kataku agar dia percaya padaku, kemudian Asahina merasa lega dan mulai menceritakan situasi siswa tahun ketiga.

Mungkin dia juga ingin mengeluarkan unek-uneknya setelah kehilangan seorang teman yang dikeluarkan dari sekolah.

“Di waktu ini tahun lalu, ketika Miyabi menjadi ketua OSIS, dia bilang kalau kemenangan Kelas A sudah pasti, harapan pun sudah sirna untuk Kelas B kebawah. Itulah kenapa semua orang senang ketika Miyabi berjanji akan memindahkan mereka ke Kelas A jika mereka berperan aktif dan memiliki kemampuan.”

Tapi kenyataannya tidak semanis itu. Dalam sistem sekolah ini, hanya sedikit siswa yang dapat pindah kelas meskipun mereka mengumpulkan poin kelas.

Di tengah pembicaraan, Asahina menghembuskan napas dan di saat yang sama tubuhnya sedikit menggigil.

“Moeka juga sama, dia berharap bisa lulus sebagai Kelas A bersama-sama.”

Jadi mimpinya tidak terwujud dan dia bahkan harus dikeluarkan sebelum lulus ya.

“Apa yang dikatakan Nagumo-senpai soal keluarnya Suchi-senpai?”

“Tidak ada. Atau lebih tepatnya, mungkin ia bahkan tidak peduli. Ada pemberitahuan dari guru, tapi mungkin dia tidak menyadarinya.”

Jadi dia sama sekali tidak peduli dengan kroco yang pergi.

Aku tidak membenci cara berpikir Nagumo itu.

“Kalau tidak keberatan, mau pindah tempat? Sudah mulai dingin di sini.”

Adrenalinnya pasti terpompa selama dia berada di ruang staf, sekarang setelah dia mulai tenang, tubuhnya mulai merasakan kedinginan.

Tidak seperti ruangan kelas dan ruangan staf yang ada mesin pemanasnya, lorong tetap terasa dingin.

Suhu semakin turun dengan cepat menjelang sore.

Karena ada banyak hal yang ingin kutanyakan pada Asahina, kami pun pindah agak jauh ke sebuah kafe di dalam Keyaki Mall.

Related Posts

Related Posts

4 comments

  1. Replies
    1. Hyoudo Issei , Yuki Rito, Akatsuki Koujou : " terus kami lu anggap apa njer ?"

      Delete
    2. Yaht emang Masa matsuoka yoshitsugu jadi king harem dah kelar karna daht tua. Jadi perlu pengganti

      Delete
  2. mo adik kelas atau kakak kelas diembat oleh Kiyotaka XD

    ReplyDelete