Bab 5
Mendekati Ujian Khusus
2
Setelah melihat akhir dari kegaduhan itu, Hashimoto berjalan cepat melewati lorong dan menuju ke kantin.
Kemudian dia bergabung dengan tiga orang yang sudah duduk dan mulai makan siang.
“Hei, Hime-san. Apa kamu sungguh yakin kita tidak perlu melakukan apa pun kali ini? Aku pikir berhadapan langsung tanpa siasat bukanlah ide yang bagus.”
“Sepertinya kamu sangat mengkhawatirkan kelas B ya, Hashimoto-kun. Biarkan saja sih.”
Meletakkan sumpit yang dipegangnya, Sakayanagi mengalihkan pandangannya ke Hashimoto.
“Meskipun mantan kelas D, sekarang mereka sudah naik sampai jadi kelas B. Selain itu, selisih antara kelas A dan B seharusnya tidak terlalu jauh. Jika kita kalah kali ini, selisihnya akan kurang dari 200 poin. Kelas kita bisa bertukar posisi dengan satu ujian khusus yang besar.”
Sakayanagi sama sekali tidak terlihat khawatir, tapi Kamuro yang duduk di depannya agak berbeda.
Lebih tepatnya, dia lebih cenderung memahami dan setuju dengan kekhawatiran Hashimoto.
“Apa itu ada hubungannya dengan apa yang terjadi barusan?”
“Aku melihat contohnya. RyĆ«en terus menyudutkan kelas Ichinose dengan berbagai cara baru.”
“Cara baru? Menurutku tidak ada bedaanya. Dia hanya mengubah warnanya tapi bentuknya tetap sama.”
“Sekalipun benar begitu. Jujur aku agak iri.”
Pernyataan jujur Hashimoto berisikan kritik terhadap Sakayanagi.
Menanggapi itu, Sakayanagi tidak merasa tidak senang dan menjawab dengan senyum.
“Dalam ujian khusus seperti ujian tulis seperti kali ini, yang bisa kita lakukan sangat terbatas. Faktor luar yang dapat mempengaruhi sangatlah sedikit, yang bisa kita lakukan hanyalah duduk di meja dan memfokuskan diri untuk menatap buku-buku pelajaran.”
“Itu juga aku tahu, tapi bukan berarti kau tidak bisa melakukan apa-apa, bukan?”
“Di kelas kita banyak siswa yang tidak menganggap belajar sebagai beban dan mereka ada yang belajar mandiri atau bahkan membentuk kelompok sendiri. Aku tidak perlu sampai harus memberi perintah pada mereka, kan? Upaya untuk menjejalkan lebih banyak materi dari kapasitas mereka justru akan berdampak buruk.”
Hashimoto menggigit bibirnya sedikit, menunjukkan seolah bukan itu maksudnya melalui sikapnya.
“Kelihatannya kamu sangat tidak puas karena tidak melakukan apa-apa ya. Lalu apa kamu ingin mengawasi, memberikan tekanan, dan bahkan mengganggu belajar mereka 24 jam, seperti yang dilakukan oleh RyĆ«en? Aku pikir itu tidak efektif.”
Hashimoto diam-diam menghela napas dan membantah Sakayanagi.
“Mungkin itu memang tidak efektif. Selain itu, aku tahu Hime-san tidak akan menerapkannya mengingat itu sama dengan meniru RyĆ«en. Tapi bukankah itu jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa? Gangguan selama belajar yang memerlukan konsentrasi itu masalah yang merepotkan.”
Hashimoto menegaskan tindakan itu, seakan-akan meniru strategi Ryuen adalah salah satu caranya.
“Mungkin itu memang kelihatannya seperti berguna, tapi pada akhirnya, jika Ichinose dan kelasnya terganggu, mereka akan mengunci diri di asrama, bukan? Buat apa kalau akhirnya hanya ganti tempat belajar?”
Setelah merobek rotinya, Kamuro bertanya dengan setengah tertarik.
“Jika kita melihat akar dari alasan untuk belajar atau bekerja di luar, kamu pasti akan paham, bukan? Belajar di tempat umum itu lebih baik karena kamu tidak bisa malas-malasan dan kamu bisa sedikit bersantai untuk meningkatkan konsentrasi. Benar, kan?”
“Memang, belajar tidak selalu harus tinggal di dalam ruangan untuk dapat menunjukkan hasil yang maksimal. Terutama bagi orang-orang yang tidak terbiasa belajar, mereka mungkin lebih mudah mempelajarinya di tempat yang memiliki interaksi dengan lingkungan luar.”
“Jadi meskipun mereka tahu bahwa ada gangguan di tempat itu, Ichinose dan teman-temannya akan terus belajar, ya?”
Setelah memasukkan sepotong roti yang dioleskan selai ke dalam mulut, Kamuro mengangguk paham.
“Tapi kamu melupakan hal yang sangat penting, Hashimoto-kun.”
“Hal yang sangat penting?”
“Untuk melakukan gangguan, dibutuhkan banyak orang. Selain itu, melakukan gangguan yang bersifat abu-abu di tempat umum juga dapat memberikan kesan buruk. Apa kau pikir orang akan memandang positif jika mereka tahu bahwa kelas A mengganggu belajar lawan mereka agar bisa menang?”
“...Itu...”
Paling tidak, itu tidak terlihat seperti perilaku kelas A sebagai sang juara.
“Selain itu, jika kita melakukan strategi tersebut, kita juga akan kehilangan banyak waktu untuk belajar. Tidak ada cara untuk secara drastis mengurangi nilai kelas lawan, dan kita juga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai setara atau lebih banyak dari mereka. Cara lain yang dapat dipikirkan adalah mempekerjakan siswa tahun pertama atau tahun ketiga untuk melakukan gangguan, tapi tidak ada jaminan bahwa mereka akan bekerja sesuai bayaran yang diberikan dan kita akan butuh staf tambahan untuk memantau pekerjaan mereka. Kali ini tidak ada perubahan besar dalam poin kelas, jadi itu tidak efisien.”
Hashimoto, yang terus ditolak, berusaha memutar otak untuk mencari solusi.
“Kalau begitu tidak apa-apa jika aku melakukannya sendiri, kan?”
“Aku tidak merekomendasikannya. Metodenya itu sangat cocok untuk disebut sebagai salah menempatkan prioritas.”
Membuang-buang waktu dan tenaga untuk belajar dengan mengganggu orang lain tanpa efek yang jelas.
“Selain itu, itu sama saja mau seorang diri atau 10 orang. Jika kamu ketahuan melakukan tindakan tersebut terhadap kelas lawan, maka itu bukan hanya tanggung jawabmu, tapi juga akan mencoreng martabat Kelas A. Apa aku salah?”
Meskipun Hashimoto mengklaim bahwa itu adalah tindakan individu dan inisiatifnya sendiri, tidak banyak orang yang akan percaya.
Semakin efektif tindakan tersebut, semakin banyak orang yang akan menganggap bahwa itu dilakukan atas perintah Sakayanagi.
“Dari perkataanmu, sama saja dengan bilang kalau RyĆ«en sedang melakukan strategi yang sia-sia, bukan?”
“Tidak sepenuhnya benar. Meskipun itu adalah strategi yang sia-sia buat kita, strategi mengganggu dari kelas RyĆ«en-kun sangat berguna buat mereka. Di antara semua kelas tahun kedua, hanya sedikit di kelas mereka yang memiliki motivasi belajar dan kemampuan belajar yang baik. Sekalipun mereka belajar dengan giat dalam waktu singkat sekarang, mereka tidak akan mampu menandingi kemampuan akademik kelas Ichinose. Itulah kenapa mereka bertaruh pada menjatuhkan lawan daripada meningkatkan kemampuan sendiri.”
Hashimoto terus meminta agar mereka melakukan sesuatu, tapi Sakayanagi menjelaskan dengan teori yang masuk akal.
“Jadi kita akan menang dengan cara seperti ini?”
“Jika semuanya berjalan lancar, kita akan menang dalam ujian khusus kali ini. Namun, menurut aturan ujian khusus, lawan memiliki kendali penuh atas menang atau kalah. Aturan ini dibuat agar kelas bawah dapat bersaing dengan kelas diatasnya, tapi tidak seperti kita kelas atas, kelas di bawah kita berhak mendapat nilai tertinggi. Aku tidak bisa memberikan jaminan mutlak jika kita bertarung dalam format ini.”
Sekalipun kelas Sakayanagi mendapatkan nilai sempurna dengan efisiensi tertinggi, mereka tidak dapat menandingi nilai sempurna dari kelas Horikita menurut aturan.
“Kecil kemungkinannya kita menang, tapi kekalahan juga ada bagusnya. Jika terjadi hal seperti kelas Horikita berhasil melebihi nilai kita, itu bisa menjadi kesempatan untuk mengumpulkan informasi.”
“...Mengumpulkan informasi?
“Di antara para siswa yang berkemampuan rendah, mungkin akan muncul siswa yang memiliki bakat. Jika kita bisa mengidentifikasi siswa itu, maka kita akan bisa meningkatkan akurasi prioritas yang perlu disingkirkan. Oleh karena itu, rencana RyĆ«en-kun itu rencana bodoh karena hanya akan mengaburkan hal tersebut.”
Hasil ujian khusus akan diumumkan secara rinci ke kelas lawan.
Jadi jika ada siswa yang menorehkan hasil luar biasa, maka dia pasti akan menarik perhatian.
“Kau masih terlihat tidak puas.”
KitĆ, yang sejak tadi hanya diam, melontarkan kata-kata pedas kepada Hashimoto.
“Nggak, aku paham apa yang dikatakan Hime-san. Tapi... aku itu mewaspadai kelas B. Tidak ada salahnya berpikir mereka mungkin bisa menyusul kita, bukan?”
Hashimoto tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi kandidat utamanya pasti adalah AyanokĆji Kiyotaka.
Dan juga, lawan yang memiliki potensi tingkat atas seperti KĆenji tidak bisa diabaikan begitu saja.
“Jika hanya kalah dalam ujian khusus ini, itu masih bisa diterima. Tapi pertarungan dengan RyĆ«en dalam ujian akhir tahun masih menanti kita. Perubahan poin kelas pada saat itu akan lebih besar daripada selama ini, aku boleh yakin kita tidak akan kalah dalam pertarungan itu, bukan?”
“Untuk menghadapi ujian akhir tahun, diperlukan rencana yang tepat. Kecuali ada kondisi khusus seperti memberikan kekuasaan pada kelas tertentu seperti yang ada dalam ujian khusus ini, maka aku tidak akan kalah. Tentu saja, jawaban RyĆ«en-kun pasti juga akan sama.”
Keduanya sama sekali tidak meragukan kekalahan mereka sendiri ketika mereka serius. Tapi di akhir tahun ajaran, salah satu pemimpin pasti akan kalah dan itu akan berdampak besar pada persaingan kelas A.
“Maaf, aku terlalu lancang. Aku akan mendinginkan kepalaku dulu.”
Kata Hashimoto, meminta maaf kepada Sakayanagi sebelum pergi.
Setelah itu, dia mengganti sepatu dalam ruangan dengan sepatu luar ruangan, lalu keluar dari pintu depan dan menuju ke asrama.
Seorang siswa laki-laki mendekati Hashimoto dalam perjalanan.
Tanpa saling memanggil, mereka mulai berjalan berdampingan.
“Kelihatannya kalian habis berdebat ya.”
Jawab pria yang terlihat sangat tertarik, dia barusan melihat ke dalam ruang makan melalui kaca, jadi ia tahu apa yang terjadi.
“Aku adalah seorang yang realis dan juga seorang yang romantis.”
“Itu memiliki arti yang bertentangan, bisa jelaskan apa maksudnya?”
“Realis itu maksudnya realistis. Dipikir secara logis, tidak mungkin Sakayanagi akan kalah dari RyĆ«en. Dia akan menggunakan berbagai cara untuk mengalahkan RyĆ«en. Yah, itu skenario yang benar untuk menunjukkan gengsi kelas A.”
“Ya. Kebanyakan orang akan berpikir begitu.”
“Tapi, itu tidak berlaku di dunia manga, novel, atau drama, bukan?”
(Tln: edan, breaking the 4th wall)
“Dengan kata lain, Sakayanagi-shi akan kalah?”
(Tln: shi = nona/tuan/neng/mas)
“Jika kelas A yang memimpin akan terus memimpin, maka sebagai cerita itu adalah sebuah kegagalan. Akan lebih seru jika kami jatuh sebelum ujian akhir tahun dan ketiga kelas bersaing ketat. Kemudian pada tahun ketiga, terjadi pertarungan tiga arah antara kelas kami, RyĆ«en, dan Horikita. Dan puncaknya, ending kelas A yang kalah dari salah satu dari mereka dan kehilangan status kelas A-nya...”
Bagi siswa yang terdaftar di kelas A, fantasi seperti itu sangat tidak bisa diterima.
“Jadi begitu, itu memang terkesan romantis sih.”
“Horikita dan RyĆ«en. Aku harus siap apabila kedua kelas itu membuat keajaiban dan membalikan keadaan.”
“Itu benar-benar pemikiran yang khas darimu, Hashimoto-shi.”
Untungnya, Hashimoto dalam posisi di mana ia bisa memperoleh informasi tentang kelas A sampai batas tertentu.
“Tapi, aku harus waspada, tidak hanya ancaman dari belakang, tapi juga dari depan dan samping. Aku tidak bisa mempercayaimu tanpa imbalan, loh? Kaneda.”
Kaneda tersenyum mengerikan dan menempelkan jarinya ke tepi kacamatanya saat namanya dipanggil.
“Sangat wajar untuk mencurigai boneka RyĆ«en-shi. Selama ini dan kedepannya, Hashimoto-shi harus tetap seperti itu. Karena jika tidak, hal itu akan membuatku kesulitan dalam melakukan perhitungan.”
“Aku untuk diriku sendiri. Kau untuk dirimu sendiri, kita saling memanfaatkan. Ini adalah hubungan terbaik.”
Kaneda menunjukkan layar ponsel yang dia ketik ke Hashimoto, dan semua teks di layar itu dihapus setelah Hashimoto mengangguk pertanda dia sudah mengingat teks itu. Kemudian, Kaneda berhenti berjalan dan secara alami berpisah dari Hashimoto.
“Pilih Sakayanagi, atau pilih RyĆ«en. Atau mungkin kelas Horikita. Sudah waktunya membuat keputusan.”
Memikirkan akhir tahun ajaran dan tahun ketiga yang akan datang.
Hashimoto terus berpikir tentang hal-hal yang dapat ia lakukan untuk dirinya sendiri.
Orang kaya Hashimoto ini pengen banget gue hindari di kehidupan nyata. Definisi nyata Ular dan wujud dalam selimut.
ReplyDeleteLebih ke oportunis sih. Di dunia nyata / kerja juga banyak. Tapi kelebihannya orang kek hashimoto ini bisa diandelin dlm banyak hal. Jadi asalkan bosnya (sakayanagi) cerdas dan gk naif, mereka masih bisa dimanfaatin. Atau dibuang sekalian kalau suatu saat dirasa terlalu bahaya.
Delete