-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 9.5 Bab 1 Part 2 Indonesia

Bab 1

Lagu Kesepian


2


Setelah keluar dari gym, aku memikirkan rencana selanjutnya. Kurasa aku akan mengambil barang di toko yang sudah aku rencanakan sebelumnya, lalu berjalan-jalan di Keyaki Mall sebelum pulang.

Mengenai permintaan Mashima-sensei, aku akan melakukannya secara perlahan seperti yang ia katakan sendiri.

Sementara aku bingung tentang bagaimana caraku menanyakannya, aku berharap masalah tersebut dapat diselesaikan oleh Mashima-sensei sendiri.

Waktu masih siang menjelang sore. Jika aku pulang sekarang, aku hanya akan menghabiskan banyak waktu sendirian di kamar.

Aku mengeluarkan ponsel dan membuka daftar kontak.

Sekali-kali tidak ada salahnya mengajak teman pria untuk pergi bermain.

“...Tidak ada.”

Aku melihat daftarnya sekilas dan mematikan layar ponselnya langsung.

Tanpa perlu mikir panjang, aku hampir tidak pernah mengajak teman sesama jenis untuk pergi bermain atas inisiatifku sendiri.

[Kalau kamu tidak sibuk, mau keluar main sebentar denganku?]

Jika kuajak begitu....

Dan dijawab dengan tegas, [Aku sibuk]

Itu bakal bikin syok banget.

Mungkin Yƍsuke akan memahami perasaanku dan menerima ajakan tersebut, tapi jika dia merasa terbebani, akunya yang tidak enak.

Dengan kata lain, mengajak seseorang untuk pergi main itu memerlukan usaha dan cukup sulit.

Akhirnya, aku sampai pada kesimpulan bahwa lebih baik sendirian tanpa harus menyusahkan siapa pun.

“Aku ingin tahu apa itu teman.”

Meskipun saat ini aku sudah berada di paruh kedua tahun kedua, aku tersadar lagi bahwa aku masih belum berhasil memahami bagian itu.

Aku turun ke lantai dasar dengan eskalator.

Karena ini masih siang, jumlah muridnya meningkat cukup signifikan.

Jika akunya tidak bisa mengajak orang lain, adakah cara lain?

Misalnya, bertemu secara kebetulan.

Lebih baik jika kami bertemu secara tidak disengaja, lalu aku diajak bermain saat itu juga.

Dengan pemikiran seperti itu, aku melihat sekeliling, tapi disaat-saat seperti ini teman sekelasku malah tidak kelihatan.

Yang seangkatan———tidak, ternyata bahkan yang seangkatan juga tidak ada.

Jika aku terus mencari dan melihat-lihat sekeliling, mungkin akan terlihat seperti orang yang mencurigakan.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menyerah mencari orang yang mau mengajakku dengan cepat.

Sepertinya ini bukan hariku, jadi aku pun mengubah tujuanku menjadi menikmati waktu sendiri.

Aku berhenti di depan peta informasi lantai yang terpasang di berbagai tempat di mal.

Aku tahu jenis dan lokasi toko-toko di sini, tapi aku ingin memeriksa apakah ada yang baru dibuka.

Tapi, tidak toko yang berubah dan tidak ada toko yang baru dibuka.

Namun, satu toko menarik perhatianku.

“Ayo coba ke sana.”

Aku putuskan ke sana karena ini adalah toko rental yang biasanya aku jarang kunjungi secara pribadi.

Di sini, aku bisa meminjam DVD atau Blu-ray, tidak peduli baru atau lama, seperti film dan anime. Selain itu, mereka juga menawarkan disk musik.

Tapi, karena konten video bisa ditonton kapan saja secara bebas melalui internet, dengan kata lain layanan berlangganan bulanan, yang telah mendapatkan izin dari sekolah, permintaan untuk toko ini tidak terlalu tinggi.

Orang hanya melihatnya sesekali. Karena ada yang ingin dilihatnya.

Karena hanya murid-murid seperti itu yang memanfaatkan toko ini, tak pelak toko ini tidak memiliki banyak pelanggan.

Itulah sebabnya, diliburan musim dingin ini, aku memutuskan untuk mengunjunginya.

Karena aku memiliki banyak waktu luang, sesekali seperti ini juga tidak apa-apa.

Aku merasa sejak tadi terus membuat alasan, tetapi bukan berarti aku kesepian.

(Tln: Kinugasa mau bikin Kiyo ngejoke, mau bikin versi Kiyo di awal volume. Tapi kepribadian dia udah nggak kek gitu lagi, jadi agak gimana gitu)

Untuk jaga-jaga, aku katakan itu pada diriku sendiri sekali lagi.

Setelah mengambil barang di toko yang sudah aku rencanakan, aku tiba di toko rental.

Tokonya tidak terlalu luas, lebih tepatnya sempit. Di ruang yang sempit itu, berbagai macam disk dipajang begitu rapat. Biasanya, disk disimpan dalam kotak atau casing, tapi di toko ini, semuanya dimasukkan ke dalam kantong pelindung OPP hitam dan transparan, dengan selembar kertas yang tampaknya merupakan cetakan di bagian belakang kemasan. Dengan melihat itu, kita bisa mengetahui judul apa yang ada di dalamnya.

Saat memakai komputer atau tablet, pertama-tama aku menyaringnya berdasarkan judul yang menarik atau apakah thumbnail-nya menarik minatku. Namun, dalam lingkungan seperti ini di mana aku mengambil satu per satu seperti ini, aku mungkin akan secara tidak sengaja mengambil sesuatu yang biasanya tidak akan aku ambil.

Dan aku pun membaca sinopsisnya dengan cermat.

Aku membayangkan bahwa meskipun ada banyak karya yang bisa dengan mudah ditonton, aku mungkin melewatkan karya yang bagus tanpa menyadarinya, jadi rasanya tidak ada salahnya sesekali mencari dengan teliti seperti ini.

Aku mungkin akan lebih sering datang ke toko rental ini.

Tapi, masalah tetap masih ada.

Meskipun aku menemukan karya yang kelihatannya menarik, aku tak perlu menyewanya di sini. Kecuali jika itu adalah karya langka yang belum beredar, begitu aku kembali ke asrama, aku dapat dengan bebas browsing tanpa perlu khawatir dengan batas waktu pengembalian.

Di masa depan, toko rental seperti ini akan menjadi lebih sulit untuk bertahan.

Hal yang sama juga berlaku untuk toko elektronik. Aku pernah mendengar bahwa tren setelah pergi ke toko untuk melihat barang secara langsung, lalu membelinya melalui internet karena lebih murah itu semakin populer.

Setelah menikmati area terkait video sebentar, kali ini aku pindah ke area musik.

Biasanya, aku bukan tipe orang yang sering mendengarkan musik.

Aku mendengar lagu-lagu hits terbaru atau lagu-lagu klasik di televisi, itu pun hanya sekadar mendengar. Aku tidak pernah membeli lagu sendiri dan saat ini juga tidak begitu tertarik.

Itulah sebabnya aku ingin coba-coba. Semoga saja bisa bertemu dengan sesuatu yang menarik.

Kukira toko rental ini bakal sepi, tapi sepertinya ada satu pelanggan sebelum aku.

Siswa yang bertubuh kecil itu memakai headphone membelakangiku.

Karena ada BGM di dalam toko, sepertinya dia tidak menyadariku.

Awalnya aku tidak tahu siapa itu, tapi ketika aku mendekat, aku menyadari identitasnya.

Itu adalah Shiranami Chihiro dari kelas Ichinose.

Meskipun aku jarang berbicara dengannya, kami memiliki beberapa kesempatan bertemu dalam kejadian yang tidak biasa.

Baru-baru ini, kami pernah berhubungan dekat saat ujian di pulau tak berpenghuni dan bahkan di atas kapal setelahnya.

Aku penasaran apa yang sedang ia dengarkan.

Karena pengetahuanku tentang musik Jepang (tak hanya musik Jepang juga sih) sangat kurang, rasa ingin tahuku muncul.

Tapi karena Shiranami sangat fokus mendengarkan lagu, ia mungkin tidak akan sadar jika aku bicara dengan suara pelan. Namun, jika aku mendekat dengan paksa agar kedengaran, kemungkinan besar dia akan terkejut.

Aku bisa saja menunggu sampai lagunya selesai, tapi kesulitan untuk memulai percakapan setelah itu juga tidak rendah, jadi aku memutuskan untuk mendekat dan mencoba mendengarkan suaranya.

Sambil pura-pura melihat-lihat produk yang dipajang dengan santai agar tidak terlihat mencurigakan.

“Ah...?!”

Ah, sial. Aku membuatnya terkejut, ya.

Mungkin aku terlalu ceroboh mendekatinya karena ingin tahu apa yang ia dengarkan.

Gadis itu buru-buru melepas headphone-nya.

“A-Ayanokƍji-kun!?”

“Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu terkejut.”

Aku bisa mendengar jelas lagunya dari headphone yang dilepaskan dari telinganya.

Bersama dengan melodi sedih dari gitar, suara dan lirik lagu perempuan bisa kudengar.

[Hanya waktu, yang bisa menyembuhkan hati yang terluka. Dia sudah berubah menjadi milik orang lain...]

Mungkin itu lagu tentang patah hati. Lirik seperti itu terputar, tapi ia buru-buru menekan tombol berhenti, dan lagu itu pun berhenti.

“A-a-a-ada perlu apa!?”

Tanya gadis itu dengan gugup, mungkin karena dia masih terkejut.

“Nggak... aku tidak ada perlu, aku hanya penasaran apa yang sedang kamu dengarkan. Itu saja.”

Aku menjawab dengan jujur, tapi apakah itu akan membuatnya mengerti atau tidak, itu masalah lain.

Kami bukan teman dekat dari kelas yang berbeda, dan kami tidak akan mengobrol kecuali itu kebetulan.

Selain itu ditambah dengan perbedaan gender, itu mungkin akan terlihat seperti orang yang mencurigakan.

“Maaf mengganggumu. Aku sudah mau pulang.”

Tetap berada di dekat Shiranami tanpa alasan yang jelas hanya akan mengganggunya.

Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah pergi dari sini secepat mungkin.

“Anu———eng.”

Shiranami terlihat ingin mengatakan sesuatu.

Setidaknya dia bukan tipe orang yang suka bicara panjang lebar dengan orang yang tidak dekat dengannya.

Namun jika aku memintanya untuk mengungkapkan apa yang ingin dia katakan, kata-kata yang akan keluar dari tenggorokannya mungkin akan ditarik kembali.

Maka dari itu, aku tidak melihat mata Shiranami dan mengarahkan pandanganku ke suatu tempat yang tidak terlalu jauh.

Aku coba menciptakan lingkungan di mana dia bisa bicara tanpa terburu-buru dan menunggu untuk itu.

“Anu... sekarang, bisa kita bicara... sebentar saja...?”

Dan yang terucap adalah, permintaan Shiranami yang tidak pernah aku duga.

“Aku tidak keberatan, tapi rasanya ini bukan tempat yang tepat untuk bicara, ‘kan?”

Jika topiknya tentang musik mungkin masih masuk akal, tapi dari apa yang kulihat, sepertinya bukan.

Meskipun toko rental ini tidak terlalu ramai, jika kami terus berbicara tentang hal yang tidak ada hubungannya dengan toko ini tanpa merogoh kocek di sini, pasti kami tidak mencerminkan pelanggan yang baik.

“Iya ya.... Anu, di mana pun juga tidak masalah, dan sepertinya tidak akan makan waktu lama.”

“Kalau begitu———”

“Ah tapi, eng, aku tidak ingin, pergi ke tempat, yang mencolok. Aku tidak ingin ada yang salah paham...”

Aku ingin menyarankan untuk pergi ke kafe mana saja, tapi sebelum itu, dia mengajukan keberatan.

“Jadi kemana nih. Aku sih mau saja ke tempat yang kamu pilih, Shiranami.”

“...Ayanokƍji-kun saja yang pilih tempatnya.”

Di suruh milih tempat yang pilihannya agak dibatasi.

Rasanya agak tidak adil, tapi yang pertama deketin, yang bertanggung jawab adalah aku.

Aku harus memikirkan tempat yang sesuai dengan permintaannya entah bagaimana.

Related Posts

Related Posts

1 comment