Bab 2
Sedikit Firasat
Aku mengenakan pakaian kasual yang sudah lama tidak kupakai, sambil menuangkan air hangat ke dalam cangkir.
Di saat itu, cahaya yang masuk melalui jendela menarik perhatianku, jadi aku membuka gorden.
“Saljunya sudah menumpuk ya...”
Hujan yang turun kemarin malam tiba-tiba berubah menjadi salju dan terus turun sepanjang malam.
Saat ini salju turun tidak teratur dan sepertinya akan berhenti sementara pada siang hari, tapi diperkirakan akan kembali bertiup kencang mulai malam.
Dan perkiraan cuaca di TV melaporkan bahwa hari-hari bersalju akan berlanjut untuk sementara waktu.
“Pantas saja semakin dingin.”
Musim ketika kopi panas terasa nikmat, telah tiba.
Aku berdiri di depan dapur memegang secangkir kopi yang baru kuseduh di tangan kananku.
Di tangan kiriku memangang ponsel. Layar ponsel itu menampilkan berbagai produk beserta harganya.
Aku baru tahu belakangan ini, ternyata Keyaki Mall telah meluncurkan iklan daring untuk orang-orang yang tinggal dan bekerja di sekitar sekolah.
Kabarnya, mereka akan mengadakan diskon besar-besaran bertepatan dengan berakhirnya musim belanja Natal hari ini.
Aku baru mengetahui fakta ini pada malam yang tak terduga kemarin.
Aku menyadari itu karena grup chat kelas sedang ramai membahas apa rencana mereka di malam Natal atau sedang apa mereka di malam Natal.
Ike dan Shinohara adalah yang pertama menjadi topik pembicaraan di grup chat tersebut.
Meskipun mereka masuk ke dalam grup chat, sejak chat dimulai sekitar jam 9 malam, tidak ada tanda bahwa pesan telah dibaca oleh salah satu dari mereka berdua, itu membuat kehebohan di antara teman sekelas.
Apakah itu kebetulan atau mereka berdua sedang berduaan.
Tentu saja hampir semua orang akan mengira yang terakhir.
Beberapa orang bahkan ada yang coba menelepon mereka dengan setengah iri dan setengah usil, tapi tidak ada yang terhubung karena ponsel keduanya dimatikan.
Namun tidak ada yang menganggap matinya ponsel mereka sebagai suatu kebetulan, dan obrolan di chat terus berlanjut.
Chat itu terus berlanjut dengan topik yang berganti-ganti, aku terkesan bahwa topik yang mereka bicarakan tak ada habisnya selama berjam-jam.
Dalam berbagai topik itu, yang menarik perhatianku adalah diskon besar.
“Heeh... jadi barang elektronik juga murah, ya?”
Sambil membawa secangkir kopi ke bibirku dengan hati-hati agar tidak kepanasan, jariku menggeser layar ponsel.
Mulai dari barang-barang populer di kalangan anak laki-laki seperti konsol game, software game, hingga barang yang bisa disebut kebutuhan sehari-hari seperti pengering rambut dan sikat gigi listrik. Bahkan peralatan masak seperti mixer dan pengiris juga ada.
Aku lebih sering memasak akhir-akhir ini dibanding dulu dan cukup banyak hal yang menarik perhatianku.
Aku agaknya tertarik dengan mesin pembuat yogurt, dan terlebih lagi, itu termasuk dalam kategori penawaran special dengan stok terbatas di iklan daring.
Mungkin aku harus membelinya saja.
Pengeluaran poin pribadi harus diminimalisir, tapi itu bisa diperoleh kembali dengan memanfaatkan pembuat yogurt ini di masa depan.
Tapi berapa kali lagi aku akan makan yogurt selama sisa masa sekolahku dan agar mendapatkan harga yang lebih murah daripada membeli yogurt jadi———tidak, itu adalah pemikiran yang tidak berguna.
Aku hanya ingin memiliki mesin pembuat yogurt ini.
Dan aku ingin mencobanya.
Mungkin hanya itu.
Jika hanya mempertimbangkan efisiensi biaya, jelas bahwa aku seharusnya tidak membelinya. Semakin aku memutar otakku, semakin aku akan mengurungkan niatku untuk membeli mesin pembuat yogurt.
Maka dari itu, aku berhenti memikirkan hal itu.
Karena ada penawaran dengan harga special, jadi aku membelinya, itu saja.
Aku tinggal memikirkan bagian stok terbatas ini.
Karena target utama Keyaki Mall adalah para siswa, mereka mungkin tidak menyipakan stok dalam jumlah yang besar.
Kemungkinan besar hanya ada beberapa unit yang tersedia.
Apalagi diskon besar-besaran ini sepertinya sangat populer di kalangan siswa.
Tahun lalu, itu tidak menarik minatku, tapi ternyata cukup populer dan habis terjual tanpa sepengetahuanku (seperti yang disebutkan dalam grup chat kelas).
“Apa aku coba pergi saja ya...?”
Jujur, aku tidak memiliki pengalaman dengan jenis penjualan semacam ini, jadi aku tidak tahu harus gimana.
Aku coba-coba saja kali ya, atau melihat-lihat lebih dulu?
Ketika aku bimbang, aku menerima pesan di ponsel yang aku pegang.
[Selamat pagi. Bolehkah aku meneleponmu setelah ini? Aku tidak menganggumu, ‘kan?]
Itu adalah pesan dari Ichinose yang juga bersamaku di gym kemarin. Meskipun sedang sakit, siapa tahu aku sedang bersama Kei, jadi mungkin ini adalah cara dia untuk dengan hati-hati memastikan hal itu.
Tidak, mungkin bukan. Ichinose sudah tahu bahwa dia terkena flu. Dia pasti tidak berpikir bahwa Kei sudah sembuh dalam semalam.
Mungkin ini hanya sikap formalitas semata.
Dengan maksud menyampaikan bahwa tidak ada masalah, aku putuskan untuk langsung meneleponnya.
[Selamat pagi. Kamu baik-baik saja sekarang?]
“Ya. Ada apa?”
[Eng, apa rencanamu siang hari ini, AyanokĆji-kun?]
“Rencana? Yah, aku tidak punya rencana apa-apa.”
[Jadi Karuizawa-san masih belum sembuh?]
“Dia terkena flu sih, jadi sepertinya memang masih butuh waktu agak lama.”
[Oh begitu... aku ingin pergi menjenguknya, tapi ada peringatan dari sekolah, ‘kan?]
“Tampaknya begitu. Kita disuruh agar menghindari kontak yang tidak perlu.”
Pihak sekolah sudah mengirim email kepada siswa dan staf sekolah agar tidak sembarangan mengunjungi mereka yang sakit atau pergi keluar tanpa pertimbangan saat flu sedang merebak.
“Setidaknya aku sudah memastikan kondisinya.”
[Oh begitu. Kalau begitu syukurlah]
Tampaknya ia lega tidak hanya dari ucapannya tapi juga dari lubuk hatinya.
[Aku tahu ini waktu yang kurang baik, tapi... apa kau punya rencana untuk pergi ke Keyaki Mall hari ini?]
“Aku kurang yakin... yah, aku sempat berpikir untuk keluar nanti sih———. Kalau ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan, kita bisa atur waktunya dan bertemu di Keyaki Mall?”
[Itu tidak boleh. Mungkin terdengar seperti berdalih, tapi ini bukan janji untuk bertemu. Aku hanya ingin tahu apakah AyanokĆji-kun akan datang ke Keyaki Mall atau tidak hari ini]
“Mungkin aku akan pergi kesana, apa bisa kujawab seperti itu?”
[Ya, itu sudah cukup. Terima kasih]
Setelah mengatakan itu, Ichinose menambahkan satu hal lagi.
[Jika ada masalah, bilang saja ya. Karena aku, juga ingin membantu Karuizawa-san]
Panggilan telepon berakhir segera setelah itu, dan sampai akhir aku tidak tahu apa keperluan Ichinose.
Yah, kesampingkan itu, aku melihat jam dan buat keputusan.
“Baiklah———”
Jam menunjukkan pukul 09.45.
Ini waktu yang tepat untuk keluar dari asrama pas dengan pembukaan Keyaki Mall.
Aku juga penasaran dengan kata-kata Ichinose, jadi aku akan pergi dengan tegas.
Aku akan masuk langsung ke gedung melalui jalan terpendek, menuju toko ritel elektronik.
Dan aku mengambil mesin pembuat yoghurt tanpa melihat barang-barang lain yang tidak perlu.
Karena jika aku membeli barang-barang lain, aku hanya akan terjebak dalam strategi toko elektronik.
Aku meletakkan cangkir kopi yang sudah kuminum sampai habis di wastafel dan menuju pintu depan.
Misinya dimulai.