-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 4.5 Bab 2 Part 3 Indonesia


Bab 2
Awal dari Liburan Singkat Ini


3


“Fuu... aku hampir berkeringat aneh.”

Tidak, kurasa aku bisa mengatakan bahwa aku sudah berkeringat.

Kurang dari 30 detik setelah Himeno meninggalkan ruangan, aku juga kabur dari kamar iblis 5034.

Mungkin surga bagi sebagian orang, tapi sayangnya itu adalah tempat yang menyakitkan bagiku.

Sudah kuduga, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku pandai dalam mendekati orang-orang.

Lain cerita jika aku benar-benar menciptakan peran itu sejak awal, tapi karena aku telah memutuskan untuk memainkan siswa SMA yang tidak mencolok, tidak mudah untuk mengubahnya.

Tapi, kupikir aku bisa menutup jarak dengan kelas Ichinose sampai batas tertentu, karena aku hampir tidak memiliki hubungan dengan mereka sebelumnya.

Dengan Ichinose sebagai pusatnya, samar-samar aku bisa melihat anak-anak seperti apa yang ada di sekitarnya.

Apa yang cukup dan apa yang kurang? Pada titik ini, aku memahami kekuatan dan kelemahan kelas Ichinose.

Kehadiran seorang siswa yang dapat mengkritik sangat penting tidak peduli [siapa] pemimpinnya di masa depan.

Saat ini, satu-satunya orang yang bisa melakukan itu adalah Kanzaki, seorang siswa laki-laki.

Tapi, di kelas yang berpusat di sekitar Ichinose, para gadis tampaknya memiliki kekuatan yang sama untuk berbicara seperti halnya anak laki-laki.

Kanzaki adalah tipe yang dapat bicara menentang Ichinose sebagai individu, tapi apakah dia dapat menarik seluruh kelas dan mengendalikan gadis-gadis itu adalah masalah yang sama sekali berbeda.

“Hm?”

Himeno mengeluh sakit kepala dan berkata dia mau kembali ke kamarnya, tapi dia berjalan ke arah yang berbeda dari kamar tamu.

Sekilas kulihat dia pergi ke tikungan, tapi aku pasti tidak salah lihat karena dia memiliki warna rambut yang khas.

Himeno membuatku merasa tidak nyaman selama pesta para gadis tadi.

Keberadaannya juga sedikit misterius bagiku, jadi aku memutuskan untuk mengikutinya.

Dan kami tiba di deck belakang pada malam hari, di mana tidak ada tanda-tanda siapa pun.

Melihat raut mukanya dari kejauhan, aku teringat profil Himeno Yuki lagi.


Kelas B tahun kedua Himeno Yuki

Kemampuan Akademik B (63)

Kemampuan Fisik C (51)

Kemampuan Berpikir Cepat C + (58)

Kontribusi Sosial C + (58)

Kekuatan Keseluruhan C + (57)


Selain kemampuan akademiknya yang tinggi, dia rata-rata dalam hal baik dan buruk, dan pada pandangan pertama tidak memiliki kemampuan yang luar biasa.

Tapi, itu hanya pandangan sekolah tentang kemampuannya. Ada kemungkinan bahwa kekuatan dan kelemahan yang tidak terlihat disembunyikan dalam diri siswa mana pun. Aku ingin menyelidiki hal itu sedikit lebih jauh.

Kupikir di sini akan menjadi jalan pintas untuk melakukan kontak langsung dengannya.

“Kau sedang apa?”

“Ha...? Apa.”

Dia tampak sedikit marah dan membuang muka.

Tidak wajar baginya untuk berada di sini karena dia meninggalkan ruangan dengan mengatakan kalau dia sakit kepala.

“Apa sakit kepalamu sudah baikan?”

“Zze...” (Uzai?)

Kata-kata yang dia gumamkan hampir tenggelam oleh angin, tapi kedengarannya seperti dia berkata, “Menjengkelkan”.

Ada sejumlah anak laki-laki dan perempuan yang menggunakan bahasa kasar, tapi dalam kasus Himeno, bukan karena dia kasar, melainkan cara bicara dia untuk memperingatkan orang lain agar tidak mendekatinya.

Tetapi, dia terbatuk sekali dan mengalihkan pandangannya kepadaku, seolah-olah dia peduli dengan orang asing.

“Aku hanya mampir karena kupikir angin akan meredakan sakitnya, kok?”

“Apa kamu sering mengalami sakit kepala? Kamu menyebutkan hal semacam itu sebelumnya.”

Kupikir aku akan menanyainya lebih mendetail, tapi dia tetap diam, seolah-olah dia tak ingin berbicara lebih banyak.

Bahkan di pesta para gadis sebelumnya, dia tidak mengatakan apa-apa kecuali ketika dia pergi.

Selain itu, gadis-gadis lain pada dasarnya tidak ada yang berbicara dengan Himeno.

Bukan karena dia dikucilkan, Ichinose tidak akan pernah mentolerir hal seperti itu, dan jika hubungan mereka buruk, dia tidak akan menunjukkannya padaku yang dari kelas lain.

Jika itu masalahnya———.

Kurasa mereka setengah hati mengundang Himeno ke pesta terima kasih.

Jika aku menganggapnya sebagai keinginan teman sekelasnya agar dia bersenang-senang meski hanya sedikit, aku bisa melihat hubungannya.

“Aku punya migrain sih habisnya.”

Dia menjawab singkat dengan tidak teratur.

“Kalau itu migrain, mendinginkan kepalamu adalah pilihan yang tepat.”

Hal ini disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah otak akibat perubahan hormon wanita, kelelahan, dan kurang tidur. Pembuluh darah melebar lebih kecil saat didinginkan dan mengembang saat dihangatkan, jadi paparan angin tidaklah buruk.

Tapi, jika itu benar-benar migrain.

“Cape...”

“Bukankah sakit kepala hanya alasanmu untuk keluar dari ruangan yang tidak menyenangkan?”

“Ha? Kau pikir aku berbohong?”

Himeno relatif acuh tak acuh sampai saat ini, tapi begitu aku menunjukan bahwa dia mungkin berbohong, warnanya berubah. Dia adalah tipe orang yang langka di kelas Ichinose, di mana sebagian besar teman sekelasnya lembut dan sapan.

Intuisi yang kurasakan tidak salah.

“Aku lihat kamu marah, apa yang kukatakan benar?”

“Itu tidak benar. Lagian kau ini kenapa sih? Ah, kepalaku pusing lagi... aku akan kembali ke kamarku.”

“Maaf jika aku membuatmu kesal. Tapi, bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?”

Sambil memegang dahinya, Himeno kembali menatapku dengan enggan.

“Sakit kepalaku malah semakin parah, tahu?”

“Maaf deh.”

“Maaf... kau pikir aku akan mendengarkanmu setelah kau meminta maaf?”

“Sepertinya kau tidak suka, ya.”

“Memang aku tidak suka.”

Aku bisa melihatnya setelah bermain lempar kata beberapa kali. Yang ini tampaknya lebih seperti dirinya yang sebenarnya.

“Oh begitu, maka apa boleh buat.”

Apakah dia mengerti apa yang kumaksud? Dia mengangkat bahunya dengan marah.

“Kurasa aku harus kembali ke pertemuan para gadis setelah ini dan melaporkan bahwa Himeno mungkin pura-pura sakit.”

“Ha-Haa? Jangan seenaknya menganggapku pura-pura sakit. Dasar pembohong.”

“Bohong? Aku hanya mengatakan kalau kau [mungkin] memiliki pura-pura sakit. Setidaknya, karena aku merasa seperti itu, aku berhak membuat kehebohan. Benar atau tidak, kau bisa membuktikannya di depan semua orang nanti.”

“Tidak ada cara untuk membuktikan sakit kepala, bukan?”

“Mungkin.”

“Apaan sih, semua orang memujimu, tapi nyatanya kau memiliki kepribadian yang buruk.”

“Setidaknya aku tidak dipuji karena kepribadianku yang baik, ‘kan?”

Bukan aku yang bilang, tapi mereka hanya berterima kasih padaku karena telah menyelamatkan Shiranami.

“Oh, gitu.”

“Meski begitu, kau ini tidak biasa ya, Himeno. Entah bagaimana, kau tidak terasa seperti dari kelas Ichinose.”

“Tidak biasa? Kalau kau tanya aku, orang-orang di kelasku-lah yang terlalu baik hati. Di kelasku, kami sering berkumpul dalam kelompok besar untuk melakukan sesuatu. Yah, aku sendiri tidak keberatan, tapi masalahnya adalah setiap pertemuan terlalu lama, atau lebih tepatnya mereka tidak mau pulang.”

Jika ada pertemuan berulang yang tidak kusukai, aku pasti akan muak dengan itu.

Tetapi, teman sekelas Ichinose menikmati pertemuan itu.

Itu sebabnya tidak ada yang mau pulang di setiap pertemuan, dan akibatnya, pertemuan berlangsung lama.

“Kalau kau tidak menyukainya, bukankah lebih baik kau tidak ikut saja?”

“Apa kau pikir aku bisa melakukan itu? Bahkan jika menurutku itu menjengkelkan, penting untuk menjaga keselarasan.”

“Yah, itu benar.”

Seluruh kelas kompak, terutama di antara para gadis ada rasa persatuan yang kuat. Bahkan jika dalam hatinya tidak senang, butuh keberanian untuk melempar batu dan menimbulkan keributan.

Himeno. Mungkin pertemuanku dengannya bisa menjadi sesuatu yang akan mengubah hubungan kami. Biasanya, aku tidak akan terlibat secara mendalam dengan Himeno, yang juga lawan jenis, kecuali ada keadaan khusus.

Tapi, bukan ide yang buruk untuk berani mengambil langkah maju di sini.

Tentu saja, jika itu akhirnya membuat jengkel Himeno, maka biarlah.

“Kalau kau ingin menghilangkan stres, berteriak adalah cara terbaik untuk melakukannya, bukan?”

“Berteriak...? Meski aku tidak mau, aku akan berada dalam masalah jika aku berteriak di sini.”

“'Tidak banyak siswa yang datang ke deck belakang, dan mengingat kebisingan kapal, suara keras tidak akan menggema di lingkungan sekitar. Itu hanya akan tertiup angin dan hilang seketika itu juga.”

“Tapi...”

Dia tampak bingung, seolah-olah dia belum pernah berteriak sekeras itu sebelumnya.

“Kalau begitu, coba kamu teriak duluan.”

“...Aku?”

Balasan tak terduga itu, tanpa sadar membuatku juga bingung.

“Aku tidak terlalu mengenalmu, tapi kau memiliki kesan yang relatif pendiam atau lebih tepatnya... kau tidak terlihat seperti tipe orang yang suka berteriak. Kalau kau tunjukan kau bisa melakukannya, maka aku akan melakukannya juga.”

Aku dalam masalah.

Karena aku sendiri tidak ingat pernah merasakan stres yang kuat, kalau ditanya apakah aku benar-benar pernah berteriak dengan keras, jawabanku adalah tidak, aku tidak memiliki cukup pengalaman.

“Kalau tidak bisa, cepat pergi sana.”

Jika aku mundur sekarang, itu mungkin akan menjadi akhir dari hubunganku dengan Himeno.

“Baiklah———”

Sementara Himeno sedang menonton, aku membulatkan tekad dan berteriak ke arah laut.

“A———. Yoshi, selanjutnya giliranmu, Himeno.”

“...Apa kau bercanda?”

“Tidak juga.”

“Kau bahkan tidak mengeluarkan sepenggal suara pun. Kau benar-benar meremehkanku.”

“Kalau gitu tunjukkan padaku contohnya.”

“Hal semacam ini tidak ada contoh atau omong kosong.”

Aku menahan punggung Himeno dengan kata-kataku saat dia mencoba melarikan diri dengan jijik.

“Kupikir kalau aku melakukannya, kau juga akan melakukannya, Himeno?”

“Tidak, tidak, rasanya menyebalkan kalau kau pikir tadi itu kau sudah melakukannya.”

“Aku tidak peduli seberapa keras suaramu, kau tetap harus menanggapinya. Tapi, kalau ternyata suara Himeno sama rendahnya dengan suaraku, kau tidak berhak mengolok-olokku sama sekali.”

Agar dia tidak berteriak dengan suara yang sama rendahnya, aku mengantisipasinya dan mengunci pilihan itu.

“Zze~e... oke deh, aku hanya perlu melakukannya sekali, ‘kan? Setelah itu kau pergi, ya.”

Setelah menarik napas, Himeno meletakkan kedua tangannya di mulutnya seolah-olah dia tak punya pilihan lain.

“Wa———————a!!”

Teriakannya tersapu oleh suara mesin kapal dan angin, jadi kurasa tak seorang pun kecuali aku yang bisa mendengarnya.

Tetapi, suara itu bergema di telingaku, dua kali lebih keras dari yang ku bayangkan, dan bergema di sekitarku.

Aku merasa seperti kapalnya bergoyang... tapi itu hanya perasaanku saja, tidak mungkin itu benar-benar bergoyang.

Cara dia berbicara dan sikapnya lebih rendah, atau lebih tepatnya nada suaranya rendah dan volumenya pelan, tapi dia memiliki suara yang luar biasa.

“Haah... itu menyegarkan.”

Himeno mengangguk puas, sepertinya tidak peduli dengan keterkejutanku.

“Iya, ‘kan? Ada faedahnya juga bagiku untuk berteriak.”

“Tidak, tidak, kau bahkan tidak berteriak sama sekali.”

Aku ditatap dan bungkam dengan mata yang dingin.

“Yah... kurasa aku bisa melakukannya dengan lebih baik kalau aku sedang stres.”

“Masak sih? Kok tidak terlihat seperti itu, ya.”

“Kau sendiri lebih baik dari yang kukira. Kau pasti menderita cukup banyak stres.”

“Ha? Mau kubunuh?”

Dia menatapku dengan mata yang sangat tajam.

Bahkan ketika marah, dia tak pernah menggerakan tangan dan kakinya lebih dulu dari mulutnya.

“Aku bicara sedikit terlalu banyak.”

Aku meminta maaf dengan jujur, tapi tampaknya dia tidak tersinggung.

Himeno ini mungkin juga memiliki sisi yang tidak kenal takut.

“Aku akan kembali ke kamarku.”

“Aa, aku minta maaf sudah menahanmu dengan semua itu.”

“Kalau kau tahu kau salah, itu masih lebih baik.”

Setelah mengatakan itu, Himeno kembali ke kapal.

“Kurasa aku akan akan kembali ke kamarku juga.”

Kupikir pesta terima kasih adalah tempat untuk merayakan kerja bagus kami, tapi ini sangat melelahkan.

Kurasa aku akan tidur nyenyak hari ini.

Related Posts

Related Posts

6 comments

  1. Apakah Flag Himeno mulai muncul?
    Gue rasa 11 12 lah sama sifatnya si Ibuki Mio tapi lebih dipendam perasaannya.

    ReplyDelete
  2. Yey heroin baru, best lah. Sayangnya gak bisa ngeharem

    ReplyDelete
  3. Ketika putus hubungan sama ichinose tentu saja cari yg lain kyk himeno

    ReplyDelete