SelinganDi Kerajaan Centostella
◇◇◇
Sejak datang ke Kerajaan Centostella, Aki semakin sering menghabiskan waktu bersama Masato, sementara Masato dan Takahisa semakin jarang menghabiskan waktu bersama.
Mereka akhirnya bersatu kembali sebagai keluarga setelah tersesat di dunia lain, dan tinggal bersama di sebuah kastil, tetapi sejak insiden di Kastil Kerajaan Galarc, tidak ada satu detik pun ketika mereka bertiga tertawa bersama.
Alasannya adalah hubungan persaudaraan antara Masato dan Takahisa semakin memburuk. Hal ini karena ketika Masato pertama kali datang ke Kerajaan Centostella, dia sering mengunjungi kamar Takahisa yang lebih sering mengurung diri, tapi terjadi perdebatan sengit antara Takahisa, yang merasa bersalah atas insiden di Kerajaan Galarc, dan Masato, yang memiliki banyak pemikiran tentang dirinya itu.
Meski begitu, Masato masih mengunjungi kamar Takahisa, dan setiap kali mereka bertemu, mereka akan berdebat, tapi mungkin itu bukan hal yang baik, karena sekarang mereka dalam keadaan perang dingin, dan sejauh yang Aki tahu, mereka belum pernah bertemu sekali pun dalam tiga minggu. Mungkin itu sebabnya——,
(Akulah yang harus mendamaikan mereka, ‘kan...)
Pikir Aki muram, dalam perjalanan ke aula latihan. Belakangan ini, dia banyak memikirkan hal-hal negatif, baik saat dia sendirian maupun saat tidak sendirian. Ada seorang ksatria wanita yang mengawal Aki tepat di sampingnya, tapi tidak ada percakapan khusus. Di saat dia memikirkan itu, tanpa sadar dia sudah tiba di aula latihan di halaman istana kerajaan, tapi——,
“Ada apa sih, Masato! Membawaku ke tempat seperti ini pagi-pagi sekali!”
“Salah Aniki sendiri karena gak keluar kamar selama berhari-hari! Emangnya kamu gak tahu kalau hidup seperti itu akan menghancurkan tubuhmu? Kalau pun tidak, Aki-nÄchan cenderung depresi belakangan ini, kau tahu? Padahal Aniki adalah kakaknya, kamu masih saja ngomel ini dan ngomel itu bahkan setelah berhari-hari.”
Suara marah Takahisa terdengar. Rupanya Masato juga ada di sana, dan mereka sedang berdebat. Aki bergegas keluar dan masuk ke aula latihan. Lalu——,
“Aki-sama..., selamat pagi.”
Liliana, putri pertama Kerajaan Centostella, segera menyadari kehadiran Aki, mendekat dan menyapanya.
“Selamat pagi, Liliana-san. Ada apa ini...?”
Aki bertanya ketika melihat Takahisa dan Masato saling melotot dan berdebat tidak jauh dari pintu masuk aula latihan.
“Pagi ini, saya berpapasan dengan Masato-sama di dalam kastil sebelum dia pergi untuk berlatih, tapi saat itu topik tentang Takahisa-sama muncul...”
Setelah mendengar kalau Takahisa tidak keluar dari kamarnya selama berhari-hari, Masato marah dan pergi ke kamar Takahisa. Liliana terlihat sangat khawatir.
“Kalau kau adalah kakakku dan Aki-nÄchan, tunjukkanlah sikap layaknya seorang kakak.”
“Sikap layaknya seorang kakak, apa itu? Berani sekali kau menasihatiku.”
Wajah Takahisa berubah jengkel, seolah baru saja memakan buah kesemek yang pahit.
“Itulah yang sedang kubicarakan. Haruto-nÄ«chan selalu bertindak dengan memikirkan kami terlebih dahulu. Tapi Aniki selalu memikirkan dirimu sendiri. Baik di Kerajaan Galarc atau sejak kembali ke kerajaan ini, kau selalu memikirkan dirimu sendiri. Menurutmu kenapa aku dan Aki-nÄchan mengikutimu ke kerajaan ini?”
“Tiap kali kau bicara, Haruto, Haruto terus...”
Ketika Masato mengeluh secara emosional dengan menyebut nama Haruto, wajah Takahisa menjadi lebih kesal. Tapi, tingkat perdebatan ini masih belum serius karena mereka pernah mengalami perdebatan yang lebih intens sebelumnya. Karena itulah mereka berhenti bertemu satu sama lain.
“......”
Aki tidak bisa bergerak dari tempatnya dan melihat pertengkaran antar saudara itu. Jelas bahwa mengatakan, “Hentikan, sih,” tidak akan berpengaruh. Sebaliknya, akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa dia tidak lagi tahu apakah dia harus menghentikannya atau tidak.
Sebenarnya, Aki sudah mencoba berkali-kali untuk menghentikan perkelahian mereka hingga sekarang, tapi hubungan keduanya tetap buruk, dan menghentikannya saja tidak akan ada gunanya. Dia sudah menyadari itu.
Tapi, dia juga tidak tahu harus berbuat apa. ... Kepercayaan dirinya benar-benar menghilang dari wajah Aki. Lalu——,
“Ambil pedangmu, Aniki.”
Masato mengatakan itu secara tidak terduga.
“Apa?”
“Aku memintamu untuk bertanding denganku.”
“Omong kosong apa yang kau bicarakan? Apa gunanya melakukan itu?”
“Aku bilang, jangan melarikan diri.”
“Melarikan diri? Kapan aku melarikan diri? Aku tidak pernah melarikan diri!”
Takahisa menjadi semakin kesal.
“Kalau begitu bertandinglah denganku. Dan jika aku menang, jangan melarikan diri.”
“Sudah kubilang, aku tidak pernah melarikan diri...”
“Bukankah kau melarikan diri? Kau mengurung diri di kamarmu. Kau melarikan diri dariku, dari Aki-nÄchan, dari Putri Lilliana. Kau melarikan diri dari semua orang yang peduli denganmu, Aniki.”
“Apa katamu...?”
Takahisa mencoba membantah sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata konkret yang keluar. Kemudian Masato mendahuluinya untuk melanjutkan kata-katanya.
“Kalau kau tidak melarikan diri, kau akan bertanding denganku, bukan?”
“...............”
“Kenapa, sudah kuduga kau melarikan diri, bukan? Dasar menyedihkan.”
Masato mendengus dan mencibirnya. Tapi——,
“...Baiklah. Aku akan bertanding denganmu.”
Entah dia sudah mengambil keputusan atau berpikir dia tidak akan kalah dari Masato, Takahisa menerima usulan itu dengan suara rendah.
“Jadi sudah diputuskan. Ambil ini.”
Masato melemparkan salah satu dari dua pedang tiruan yang dia pegang ke Takahisa.
“Fun.”
Takahisa dengan kesal mengambil pedang tiruan yang tergeletak di tanah. Lalu——,
“Kiara. Kamu yang jadi wasitnya.”
Liliana menghela nafas ringan dan kemudian memerintahkan Kiara, Ksatria Pengawal wanita yang berdiri di dekatnya.
“Baik, saya mengerti.”
Kiara mengangguk dengan pelan dan mulai berjalan ke arah mereka. Dengan demikian, pertandingan mereka akan dilakukan.