-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 4.5 Bab 4 Part 4 Indonesia


Bab 4
Pertumbuhan Setiap Orang


4


Saat itu sore hari. Aku bersama seorang teman pergi ke café terrace.

“Rasanya sudah lama kita tidak bertemu berdua saja seperti ini, ya, Satou-san?”

“Ya, kurasa begitu. Mungkin sejak saat itu.”

Sejak saat itu. Saat itulah aku mengatakan padanya bahwa aku sudah berpacaran dengan Kiyotaka.

Sejak itu, Satou-san dan aku berteman dekat... tidak, kami sudah jauh lebih dekat dari sebelumnya, dan sekarang aku bahkan bisa memanggilnya sahabatku.

Tapi, grup kami biasanya terdiri dari empat atau lima orang.

Kami selalu pergi bermain dengan jumlah itu dan saling bergantian.

Itulah sebabnya aku jarang bisa berduaan dengan Satou-san. Itu sama ketika liburan musim panas di atas kapal ini. Sebaliknya, semakin sedikit privasi, aku bisa terus mendapat kesempatan bermain dengan tujuh atau delapan orang. Bahkan di kolam renang yang masih aku enggan untuk datangi... yah, aku bisa menutupi kulitku dengan rashguard, jadi itu tidak masalah. Yang jelas, ada alasan kenapa aku memaksakan diri untuk menghabiskan waktu berduaan dengan Satou-san hari ini.

Untuk saat ini... temukan kursi kosong. Satou-san dan aku melihat sekeliling untuk mengamankan tempat duduk kami sebelum memesan. Tidak seperti di sekolah, café terrace cukup besar sehingga kami tidak perlu khawatir mencari tempat.

Namun, dari apa yang ingin aku bicarakan hari ini, aku tidak ingin ada orang di sekitar jika memungkinkan.

Jika ingin mencari tempat yang jauh dari anak-anak lain, itu cenderung di tempat-tempat dengan sinar matahari yang buruk.

Apa yang harus aku lakukan...

“Aku tidak keberatan kalau mau di dalam ruangan, kok?”

“Eh, beneran?”

“Habisnya, kamu mau membicarakan sesuatu yang penting, bukan?”

Satou-san yang sudah menebak-nebak, memberiku senyuman manis saat mengatakan itu.

“Terima kasih.”

Aku berterima kasih padanya, kami memutuskan untuk mengambil tempat duduk yang tidak populer tanpa ada pemandangan luar.

Setelah membalik tag sedang digunakan, aku pergi untuk memesan.

“Biarkan aku yang mentraktirmu. Soalnya aku yang memanggilmu, Satou-san.”

Aku mendorong Satou-san yang tampak enggan, dan memesan dua kopi yang sama sebelum duduk.

“Jadi———mau bicara apa?”

Segera setelah kami duduk, Satou-san mulai angkat bicara.

Aku juga tidak bermaksud untuk menunda-nunda sama sekali, tapi...

“Hm.. tunggu sebentar.”

“Ada apa?”

“Rasanya tidakkah kamu merasa ada yang aneh dengan suasana ini?”

Aku merasakan sesuatu yang aneh dengan suasana tempat ini, jadi aku menanyakannya, tapi dia memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.

“Aneh? Aku tidak merasa ada yang salah dengan itu kok...”

“Mungkin begitu. Maaf aku sudah mengatakan sesuatu yang aneh.”

Aku tidak tahu kenapa aku merasa seperti ini pada awalnya.

Namun, mungkin karena dia... mungkin ini adalah sesuatu yang ku peroleh setelah menghabiskan begitu banyak waktu dengan Kiyotaka. Dia tidak pernah mengabaikan perubahan sekecil apa pun.

Baik itu ekspresi seseorang, emosi, atau suasana tempat seperti ini.

Apa pun itu, dia bisa merasakan dan mempersepsikan penyimpangan.

Mungkinkah aku sudah memperoleh ketajaman semacam itu...?

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku memutuskan untuk berpikir demikian saat ini.

Tapi apa sih ini? Kenapa aku merasakan getaran yang sangat tidak menyenangkan ini?

Aku berusaha untuk tetap tenang dan diam-diam mulai mengamati sekelilingku.

“Kalau kita bisa terus tinggal di kapal seperti ini selamanya pasti enak ya~.”

Sambil mengatakan itu, aku menyesap cangkirku dan melihat sekeliling.

“Ahaha, aku setuju. Tapi kalau kita terus seperti ini setiap hari, kita akan kehabisan uang, loh.”

“Benar tuh. Dengan kolam renang, film, makanan enak, uang kita pasti akan habis dalam waktu singkat.”

Aku perhatikan bahwa suasana aneh itu telah menghilang. Atau lebih tepatnya, itu telah memudar.

Apakah itu hanya kesalahpahamanku? Aku terlalu asyik menyelidiki, dan aku terlambat menyadari bahwa segala sesuatunya mulai berubah.

Sekelompok tiga gadis tahun ketiga bergabung dengan kami di meja sebelah kami, mengobrol dan tertawa.

“Tahu gak, tahu gak... Kisarazu-kun dari kelas B, ‘kan~?”

“Gak mungkin, seriusan? Aku tidak tahu itu~”

Mereka mengobrol dengan akrab, tertawa terbahak-bahak, dan bersemangat.

Aa mou... seharusnya aku bicara lebih cepat. Meskipun sisi ke arah laut populer, tidak mengherankan orang-orang memilih duduk di sini untuk menghindari popularitas dan sinar matahari. Mereka mungkin tidak tertarik dengan percakapan kami, tapi mereka masih cukup dekat untuk mendengarnya jika mereka mau. Kami bisa pindah dan melarikan diri, tapi aku tidak ingin sembarangan membuat kesan buruk. Aku tidak akan peduli jika mereka siswa tahun pertama, mereka adalah siswa tahun ketiga senpai kami.

Aku tidak dapat mengabaikan kemungkinan mereka akan mengira kalau kami pindah karena kami tidak akan suka berada di sebelah mereka.

Aku tahu betul bahwa perundungan bisa dimulai dari hal sepele seperti itu.

“Sebenarnya, aku berpikir untuk memberitahumu terlebih dulu, Satou-san.”

Jangan khawatir tentang keberadaan siswa tahun ketiga yang tidak ada hubungannya dan fokus saja pada Satou-san di sini.

Tidak sopan untuk mengkhawatirkan hal-hal lain.

“Aku pikir sudah waktunya untuk memberitahu semua orang. Tentang aku dan Kiyotaka.”

“...Un.”

Aku tahu kalau Satou-san hampir menebak apa yang akan kukatakan.

Dia mungkin berpikir ada sedikit kemungkinan kami [putus] juga, tapi...

Tidak, kurasa itu tidak mungkin. Jika itu benar, aku pasti tidak akan bisa menjaga ketenanganku.

Aku tidak bisa membayangkan diriku yang tertawa dan berkata, “Kami sudah putus dengan damai dong~”.

“Itulah sebabnya kupikir, umm... aku akan memberi tahumu, Sato-san.”

“Bukankah semua orang akan sangat terkejut jika mereka tahu? Kalau kalian berdua berpacaran.”

Aku sendiri sudah berulang kali mensimulasikan hal itu di dalam pikiranku.

Aku tahu bahwa tidak peduli kapan aku mengatakannya, itu pasti akan menyebabkan sedikit kehebohan.

Aku tidak bermaksud berbicara buruk tentang diriku sendiri, tapi aku tidak terlalu mempesona.

Aku selalu sombong dan berusaha untuk berdiri dipuncak... sebelum bertemu Kiyotaka, aku bertindak jauh lebih suka memerintah daripada sekarang karena aku tidak ingin ditindas. Aku bahkan sering bermain mata pada laki-laki yang tidak aku minati.

“Jadi kapan kamu akan mengatakannya?”

Saat Satou-san menanyakan kapan waktunya, aku langsung menjawab.

“Sekarang sedang liburan musim panas, jadi aku berpikir untuk menunggu sampai semester kedua.”

“Apa yang Ayanokouji-kun katakan tentang itu?”

“Dia bilang dia akan menyesuaikan waktunya kapan pun aku mau.”

Satou-san mengisap sedotan dan menyesapnya.

“Begitu, ya. Jadi kalian lagi mesra-mesranya?”

“Eh!? Eeh?”

“Ayolah, katakan saja padaku.”

“U-uun. Yah itu, akan aneh rasanya kalau sepasang kekasih tidak mesra.”

“Kalian sudah pernah berciuman?”

“Eeeeh!?”

“Kalian sudah berpacaran cukup lama, bukan? Bagaimana kemajuannya?”

Dia mengepalkan tangan kanannya dan mengulurkannya ke mulutku. Seperti pengganti mikrofon.

“...Ha-hanya sekali secara tiba-tiba.”

Setelah aku menjawab dengan jujur, Satou-san menyeringai tersenyum kepadaku.

“Enaknya, rasanya aku juga pengen dapat ciuman tiba-tiba.”

(Tln: itu bukan ‘enak’ rasa :v , tapi iina iina = ‘cemburu’)

“Be-benarkah? Aku sendiri tidak siap sama sekali... padahal itu pertama kalinya buatku...”

Mendengar gumaman seperti itu dariku, Sato-san sedikit melebarkan matanya dan berkata, “Ee!”.

“Karuizawa-san, apa tidak terjadi apa-apa antara kamu dan Hirata-kun? Kalian sudah cukup lama berpacaran, bukan?”

“E?”

“Selain itu malah tidak mengherankan jika Karuizawa-san juga punya pacar di SMP.”

Aku merasakan darah terkuras saat aku mendengar komentar Satou-san.

Karuizawa Kei adalah seorang gadis di atas kasta yang terus-menerus berpindah dari satu pria ke pria lain sebagai sosok yang populer.

Melaporkan bahwa orang seperti itu baru mendapat ciuman pertamanya tentu saja merupakan masalah.

“Eeto... kau tahu, itu karena aku gadis yang tabah.”

Aku menjawab, mencoba yang terbaik untuk terlihat acuh tak acuh.

“Jadi kau mau bilang kalau hanya jenis pacar yang sangat istimewa yang benar-benar diizinkan untuk melakukan hal semacam itu, ya?”

Merasakan haus yang tiba-tiba, aku meneguk sepertiga cangkir kopi ke tenggorokanku sekaligus.

“Tapi bukankah Hirata-kun juga pacar yang sangat keren?”

“Yah, begitulah. Tapi, mungkin itu tidak cukup merangsang bagiku.”

Tenang saja, aku bisa melakukannya.

Sekarang setelah aku keceplosan, aku hanya harus mengikuti arus dan menutupinya.

“Hirata-kun adalah pria herbivora, jadi dia bahkan tidak mencoba menerkamku. Itu sedikit tidak memuaskan, bukan~.”

Maaf, Hirata-kun! Aku meminta maaf dalam hatiku, di saat aku mengorbankan dia demi diriku sendiri.

“Begitu, ya. Yah, memang benar mungkin ada saat di mana aku ingin pacarku memimpin secara aktif.”

“Iya, ‘kan, iya, ‘kan?”

“Tapi padahal Ayanokouji-kun juga terlihat seperti herbivora, tapi ternyata cukup karnivora, ya.”

Aku merasa Satou-san menunjukkan sedikit penyesalan ketika dia mengatakan itu.

“Satou-san... aku...”

“Ah, maaf, ya, Karuizawa-san. Aku tak bermaksud begitu...!”

Hari ini, aku hanya ingin memberitahunya kalau aku akan mengumumkan bahwa kami sudah berpacaran.

Tapi sekarang, aku hanya seorang gadis sarkastik yang menyombongkan diri.

Ketika aku pertama kali masuk ke sekolah ini, aku pikir itu hal yang baik.

Aku adalah seorang gadis sarkastik yang berkeliling menyebutkan segala macam hal tentang Hirata-kun.

Tapi sekarang aku pikir itu bukan hal yang baik.

Aku seharusnya menghindari membuat pernyataan ceroboh karena aku sudah menganggapnya sebagai temanku yang sangat berharga.... Kedengarannya seperti alasan saja jika aku menyebutnya naluri defensif untuk melindungi diri sendiri, tapi itu hanyalah egoku yang egois.

“Tidak apa-apa kok. Habisnya, itu normal untuk jatuh cinta dengan pria yang kamu sukai pada saat yang sama atau lebih tepatnya itu sering terjadi padaku sebelumnya. Yah... meski dalam kasusku, aku yang selalu kalah.”

“Buuh”. Satou-san mengeluarkan keluhan seperti itu dengan bibirnya yang cemberut.

Tapi segera setelah itu, dia kembali ke dirinya yang ceria seperti biasanya.

“Hanya untuk memastikan, jika Karuizawa-san mencampakkan Ayanokouji-kun... boleh, ‘kan?”

“Boleh, ‘kan?”, yang dia maksud pasti itu, ‘kan? Aku melanjutkan di saat aku belum selesai menjernihkan pikiranku.

“Kau tahu, bukankah Hirata-kun juga sudah bebas dan bisa mendapatkan pacar baru? Jadi Ayanokouji-kun juga sama, ‘kan?”

“Itu benar sih, tapi...”

Itu sama sekali tidak boleh! Lagian, aku tidak akan putus dengannya!

Sementara hatiku menjerit, itu sulit karena aku tidak bisa mengangkatnya ke permukaan.

“Kau tahu, kurasa Karuizawa-san bisa mengincar pria yang lebih baik.”

“Pria yang lebih baik, siapa maksudmu?”

“Kalau ditanya siapa, aku agak bingung juga, tapi... misalnya Tsukasaki-kun atau Nagumo-senpai?”

“Eeh~?”

Bagiku, keduanya tidak mungkin.

Memang benar jika kita hanya berbicara tentang visual, Tsukasaki-kun adalah salah satu yang terbaik, dan ketua OSIS mungkin juga sama. Kalau berbicara tentang gelar atau semacamnya, tidak ada keraguan bahwa dia ada di puncak.

Tapi... un, aku masih tidak merasa mereka bisa bersaingan dengan Kiyotaka.

Dia... memang kadang suka menyindir, tapi... dia kuat, keren, dan misterius.

Dan di atas segalanya———dia mengerti aku.

“Iya, deh! Itu tidak penting lagi, terima kasih untuk traktirannya!”

“E-eh?”

“Habisnya itu sudah tertulis di wajahmu, Karuizawa-san? Kalau Ayanokouji-kun adalah yang terbaik.”

Gu.... Satou-san tahu detail kehidupan cintaku, jadi wajah pokerku tidak mempan untuknya.

“Terima kasih, sudah menjadikanku orang pertama yang kamu beritahu. Aku senang.”

“Benarkah... syukurlah kalau begitu.”

Setelah itu percakapan kami beralih ke kisah cinta orang lain.

Mengingat kembali tentang pulau tak berpenghuni atau hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya.

Kami berdua bisa bersenang-senang bersama untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Related Posts

Related Posts

4 comments

  1. Kiyotaka adalah definisi diam diam menghanyutkan wkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. sialan kenapa part ini sangat maniss bikin gua senyum senyum kek orgil wkwkw

    ReplyDelete
  3. Yaiyalah orang kiyotaka sempurna banget, cewek mana sih yg bakal mutusin kiyotaka kalau berpacaran

    ReplyDelete