-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 1 part 4 Indonesia

Episode 1
Kedua dan Pertama



Pada akhir pekan, beberapa orang berkumpul di bar karaoke. Tidak banyak orang yang tahu bahwa proyek ini diperuntukan untuk cinta Nozaki-kun. Banyak orang berpikir itu hanya acara yang menyenangkan.

Sekitar 20 orang berkumpul di depan stasiun pada sore hari. Aku khawatir tentang jumlah orangnya, tetapi Maki membimbing dan menjejalkan semua orang ke ruang pesta.

Aku duduk tanpa berpikir pada awalnya, tapi setelah melihat pengaturan tempat duduk masing-masing, aku pindah ke sebelah Maki.

“Benar saja, Hayasaka sangat populer.”

Saat aku duduk lagi, Maki berbisik di telingaku.

“Dia ditempel gitu.”

Aku menoleh dan melihat kedua sisi Hayasaka-san dikelilingi oleh para pria.

Rasanya seperti seorang putri dalam circle.

“Hayasaka-san, kamu mau nyanyi lagu apa?”

“Kau terlihat manis bahkan dengan pakaian kasual.”

“Mau aku ambilkan minum?”

Obrolan datang bahkan dari depan, dan Hayasaka-san menyusut.

“...Etto, aku, anu, um, etto, haha——”

Hayasaka-san tertutup di depan semua orang dan hanya bisa tersenyum ramah.

Kupikir dia benar-benar seperti boneka. Tapi, aku tahu Hayasaka-san yang tidak seperti itu. Hayasaka-san yang ingin berpegangan tangan, Hayasaka-san yang menjulurkan lidahnya, Hayasaka-san yang meminta untuk berbuat lebih banyak.

“Bahkan para pria itu sudah berpenampilan sebaik mungkin,” kata Maki.

“Memang, mereka lebih menonjol daripada karakter utama, Nozaki-kun.”

“Dalam hal itu, kau memang cerdas, Kirishima. Kau benar-benar mengenakan pakaian yang kurang menarik soalnya.”

“...Ah, ya, itu benar.”

Niatku memang ingin memakai pakaian biasa, sih.

Tapi tetap saja, kata Maki.

“Hayasaka itu benar-benar seorang malaikat, ‘kan? Dia bersikap baik pada sekelompok pria dengan motif tersembunyi seperti itu.”

“Mungkin saja, dia sendiri lebih kesal daripada yang kamu pikirkan.”

“Iya, kah? Dia punya banyak celah, aku khawatir dia akan ditipu oleh pria brengsek, tahu.”

“Dia hanya terlihat seperti itu.”

“Are, kok rasanya kamu agak kesal? Apa mungkin kamu ingin duduk di sebelah Hayasaka?”

“Tidak seperti itu.”

“Aku tahu. Kamu maunya di sana, ‘kan, Kirishima?”

Di ruangan yang bising, ada seorang gadis yang mengoperasikan Denmoku dengan ekspresi dingin.

(Tln: Denmoku ‘Denshi mokuji hon’ = Buku Digital)

Itu adalah Tachibana-san.

Dia mengenakan gaun yang memamerkan bahunya dan memiliki sikap yang baik.

“Kurasa anak laki-laki bahkan tidak bisa ke sana.”

“Jelas tidak mungkin lah.”

Tachibana-san sedang duduk di dekat dinding, dan di sebelahnya ada pacarnya. Dia adalah pemuda yang baik dan segar dengan gigi berkilau, dan keluarganya tampaknya kaya raya. Dia memiliki fisik yang lumayan dan tidak memakai kacamata.

Dengan kata lain, dia tipe yang benar-benar berbeda dariku.

“Dia seperti penjaganya, agak menjengkelkan, ya.”

“Tidak, itu wajar untuk memiliki pacar di sebelahnya. Meski aku sangat iri.”

Ketika kami sedang mengobrol, Tachibana-san tiba-tiba mendongak.

Mata kami bertemu seperti melihat kaca, dan aku tanpa sadar menunduk.

“Kirishima, ngapain kamu malah melihat ke bawah? Bakarlah itu ke retinamu.”

“Tidak perlu. Aku selalu bisa melihatnya jika perlu.”

“Melalui akun pacarnya, ‘kan?”

Pacar Tachibana-san memposting gambar Tachibana-san di media sosial setiap hari. Kesadaran keamanannya sagat rendah.

“Kok sanggup kamu melihatnya. Itu jelas dia hanya pamer, bukan?”

“Entahlah kenapa. Melihatnya membuat hatiku sakit. Tapi tetap saja, aku tidak bisa tidak melihatnya setiap hari.”

“Kau sudah menyimpang, ya.”

Tapi aku ingin tahu apakah hubungan mereka itu berjalan baik, kata Maki.

“Aku pernah dengar dari seorang gadis kenalanku, yang dari sekolah Rinkai tempo hari itu loh.”

(Tln: aku gak yakin Rinkai ini nama sekolah atau menunjuk lokasinya, 'tepi pantai')

Tampaknya obrolan tentang cinta juga diadakan di kamar anak perempuan pada malam hari.

Pada saat itu, Tachibana-san bertanya pada gadis sekamarnya dengan ekspresi serius.

“Dia bertanya [seperti apa rasanya degdegan?]”

(Tln: dokidoki=gugup/degdegan/jantung berdebar)

Related Posts

Related Posts

2 comments