-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 1 part 8 Indonesia

Episode 1
Kedua dan Pertama



Beberapa hari kemudian.

Nozaki-kun berhasil berpacaran dengan gadis pujaannya. Yang mengejutkan, sepertinya gadis itu juga menyukai Nozaki-kun.

Fakta bahwa mereka sama-sama memacari orang yang paling mereka cintai sedikit mengejutkan. Tapi, sisi lain dari keberhasilan hubungan mereka adalah bahwa orang-orang yang jatuh cinta dengan Nozaki-kun atau gadis itu akan patah hati.

Tidak ada pengganti untuk fakta bahwa sulit untuk berpacaran dengan orang yang paling kamu cintai.

Itulah sebabnya aku dan Hayasaka-san yang sama-sama memacari yang kedua adalah pilihan yang sangat realistis.

Dengan sama-sama memacari yang kedua, endingnya akan terbatas pada empat berikut.

Kami berdua bisa berpacaran dengan yang pertama.

Kami berdua tidak bisa berpacaran dengan yang pertama.

Hanya aku yang bisa berpacaran dengan yang pertama.

Hanya Hayasaka-san yang bisa berpacaran dengan yang pertama.

Jika kami berdua berpacaran dengan yang pertama, kami akan bahagia, dan ketika kami berdua tidak bisa berpcaran dengan yang pertama, saat itulah waktunya bagi aku dan Hayasaka-san menjadi sepasang kekasih resmi, dan kami juga akan bahagia dengan itu.

Saat aku tidak berpacaran dengan siapa pun adalah jika hanya Hayasaka-san yang bisa berpacaran dengan yang pertama, dan sebaliknya, saat Hayasaka-san tidak berpacaran dengan siapa pun adalah jika hanya aku yang bisa berpacaran dengan yang pertama.

Dengan kata lain, bagiku dan Hayasaka-san, hanya ada satu dari empat ending yang membuat kami tidak bahagia. Tiga lainnya akan membuat kami bahagia.

[Metode Dengan Kemungkinan Patah Hati 25%.]

Aku menamainya demikian dan memutuskan untuk merekamnya sebagai kelanjutan dari catatan cinta.

Mengutarakan perasaanmu entah itu akan diterima atau tidak seperti perjudian, dan ketika ditolak, kamu putus asa. Dibandingkan dengan pola cinta seperti itu, kemungkinan untuk bahagiannya lebih tinggi. Ini adalah metode terobosan.

Suatu saat, seperti Hukum Murphy, ini pasti akan menyebar ke seluruh dunia.

Dengan pemikiran itu, aku menuliskannya di catatan cinta bahkan di hari itu.

Saat itu sepulang sekolah, di ruang klub di lantai 2 gedung sekolah lama.

Ketika kupikir aku tidak bisa mendengar suara piano di ruangan sebelah, tiba-tiba nama ku dipanggil.

“Kirishima-kun.”

Aku mendongak untuk melihat siapa itu, dan sebelum aku menyadarinya, ada seorang gadis berdiri di depan pintu.

Itu adalah Tachibana-san.

Ketika aku melihatnya lagi, pigmennya benar-benar tipis, seperti fatamorgana musim panas. Tapi, itu nyata.

“Etto——”

Tachibana-san memiringkan kepalanya, mencoba mengatakan sesuatu.

“Maaf, aku lupa mau ngomong apa.”

Tachibana-san, dia ini tipe my pace, ya.

(Tln: my pace = semaunya sendiri)

“Kenapa tidak duduk dulu saja?”

“Tidak usah. Latihan pianonya akan segera dimulai.”

“Ah, gitu.”

“Karaoke tempo hari.”

Kata Tachibana-san tiba-tiba. Nada suaranya agak blak-blakan.

“Kau pandai bernyanyi, ya.”

“Apa iya?”

“Kau mencoba menyelaraskan dengan nada rendah, bukan?”

Cukup, lebih baik aku mengiyakannya.

“Kirishima-kun pada hari itu, ketika kamu memasuki ruangan, kamu duduk di sebelah gadis pustakawan. Itu, kamu mengamankan tempat untuk Nozaki-kun, bukan? Ketika aku dengar kalau mereka berdua berpacaran, aku mengerti apa yang sudah Kirishima-kun lakukan.”

Memang benar aku sengaja duduk di sebelah gadis yang disukai Nozaki-kun. Sepertinya Tachibana-san melihatnya.

“Itulah yang kamu lakukan, ‘kan?”

“Melakukan sesuatu demi orang lain itu cukup bagus, loh.”

“Apakah tingkah konyolmu demi Hayasaka-san?”

“Apa yang kamu bicarakan?”

“Bukan apa-apa.”

Aku bertanya-tanya apakah dia datang ke sini untuk membicarakan tentang hari karaoke. Tapi Tachibana-san tidak pergi, dan seolah dia ingat, dia mengambil selembar kertas yang dilipat dua dari saku dadanya.

“Oh, ya. Ini, aku bermaksud menyerahkannya.”

Tachibana-san mengulurkan selembar kertas. Ketika aku menerimanya, aku menyentuh jari-jarinya yang putih dan kurus. Itu sedikit dingin.

“Apa ini?”

“Buka dan lihatlah.”

Aku membuka kertas yang dia berikan kepadaku. Namanya tertulis di atasnya dengan tulisan tangan yang sangat indah.

Formulir pendaftaran. Grup Penelitian Misteri. Tahun kedua, rombel enam. Tachibana Hikari.

Aku tidak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin?

“Ini, um, apa maksudnya?”

“Sama seperti itu, apa ada masalah?”

Tachibana-san tidak mengalihkan pandangannya. Iris matanya yang indah memiliki kekuatan yang tidak terlukiskan.

“Tidak ada... tidak ada masalah.”

Kataku, “Oh,” kata Tachibana-san mengangguk. 

“Mulai besok, mohon kerja samanya, Ketua.”

Dia selalu acuh tak acuh. Apa sebenarnya yang dia rencanakan?

“Ngomong-ngomong, Tachibana-san, formulir pendaftaran ini salah.”

“Benarkah?”

“Di sini, bukan grup penelitian, tapi klub penelitian.”

“Ketua, kamu sangat terperinci, ya.”

“Golongan darahku A soalnya.”

(Tln: golongan A tidak tahan jika semuanya tidak beres)

Related Posts

Related Posts

1 comment