-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 2 part 2 Indonesia

Episode 2
Mengapa



Tachibana-san muncul di PeMis setiap hari.

Sepulang sekolah, dia berlatih piano di ruang musik kedua di sebelah terlebih dahulu. Setelah selesai, dia datang ke ruang klub dan membaca novel misteri asing.

Mungkin karena aku gugup, atau mungkin karena Tachibana-san sangat pendiam, tidak ada banyak percakapan di antara kami.

Kami pernah membicarakan tentang piano.

“Lagu mana yang kamu suka, Ketua?”

“Eh?”

“Kedengeran, ‘kan? Saat aku bermain di sebelah.”

“Yah, begitulah.”

“Lagu mana yang kamu suka?”

“Yah, itu... kurasa yang akhir-akhir ini sering kamu mainkan.”

“Liszt [Sebuah Desahan].”

(Tln: judul jpn ‘Tameki’, italia ‘Un Sospiro’)

Kemudian Tachibana-san kembali membaca novelnya dan percakapan berakhir.

Sama halnya ketika kami membicarakan tentang misteri.

“Tachibana-san, apa ada trik yang kamu suka?”

“Anagram.”

(Tln: salah satu jenis permainan kata yang huruf-huruf di kata awal biasanya diacak untuk membentuk kata lain atau sebuah kalimat)

“Kalau aku trik naratif.”

(Tln: mengacu pada penggunaan praduga untuk mengarahkan pembaca pada interpretasi yang salah)

“Fuun.”

Selalu seperti itu. Namun hari itu, jumlah katanya sangat banyak.

Saat itu sepulang sekolah di tengah hujan lebat.

“Hei, Ketua.”

Tachibana-san memanggilku. Dia duduk di seberang set sofa dan menyebarkan catatan cinta.

Itu adalah buku panduan tentang cinta, yang dibuat oleh alumni PeMis.

“Di sini dikatakan bahwa misteri dan cinta adalah hal yang sama.”

“Itu mengacu pada tiga elemen: How, Who, dan Why.”

Bagaimana, siapa, dan mengapa. Berdasarkan ide ini, catatan cinta memperkenalkan cara membuat orang jatuh cinta kepadamu, dan cara mengetahui siapa gadis yang kamu sukai.

“Tapi rasanya hanya ada sedikit bagian Why.”

“Kurasa itu karena Why dalam cinta bukanlah sesuatu yang bisa dijawab begitu saja.”

Mengapa kamu menyukai orang itu?

Tentu saja, akan ada banyak jawaban seperti wajah, kepribadian, kebaikan, bisa diandalkan.

“Tapi, bahkan jika kamu mengatakan kalau kamu menyukainya karena dia baik, jika orang lain juga baik padamu dengan cara yang sama, akan ada pertanyaan apakah kamu akan menyukai orang lain itu, bukan begitu?”

Menyukai seseorang hanya karena dia baik.

“Tapi dalam misteri, Why digambarkan dengan baik.”

Kata Tachibana. Mengapa kejahatan itu dilakukan? Ada motif, ada kejahatan.

“Tapi, cinta itu berbeda, ya katamu.”

Benar sekali.

“Kau tidak butuh alasan untuk jatuh cinta.”

“Fuun.”

“Dan kupikir tidak sopan untuk bertanya [mengapa]. Tidak hanya dalam cinta, tetapi dalam segala hal.”

Tapi aku sekarang ingin menanyakan sesuatu yang sangat sulit.

Akku ingin bertanya, [Mengapa?] pada Tachibana-san yang berdiri di depanku dengan wajah dingin.

Mengapa, kamu bergabung dengan PeMis?

Apa tidak masalah berduaan denganku sepulang sekolah? Apakah pacarmu tidak mengatakan apa-apa?

Tapi, aku tidak ingin merusak momen yang sulit ini, jadi pada akhirnya, aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

“Perasaan suka datang lebih dulu, dan alasan akan menyusul kemudian.”

Tachibana-san mengulanginya seolah-olah sedang mengulasnya.

“Bukan karena orang itu baik atau keren, sehingga kamu menyukainya. Tapi karena orang itu adalah yang kamu sukai, sehingga kamu merasa dia baik dan keren.”

“Seperti itulah.”

“Lalu, bagaimana rasanya menyukai seseorang?”

Tachibana-san bertanya dengan wajah datar.

“Bagaimana aku tahu kalau aku menyukainya?

“Itu...”

Dia bicara seolah-olah dia belum pernah menyukai siapa pun sebelumnya.

Sementara aku memikirkannya, Tachibana-san mencondongkan tubuhnya ke depan. Mau tak mau aku memperhatikan bagian dalam putih yang terlihat melalui celah di kerahnya. Tapi, sebelum itu, Tachibana-san mengatakan sesuatu yang tidak terduga.

“Kasih tahu saja aku bagaimana perasaan Ketua tentang Hayasaka-san.”

“Eh?”

Waktu telah terhenti.

“Kamu menyukai Hayasaka-san, ‘kan?”

“A-Apa yang kamu bicarakan?”

“Itulah yang semua orang katakan. Istirahat makan siang.”

“——Aa, soal itu.”

Tampakanya hubungan dengan yang kedua belum ketahuan. Maka itu sama sekali bukan masalah.

“Ketua menendang tempat sampah untuk menolong Hayasaka-san.”

Kata Tachibana-san.

“Itu, yang disebut kebaikan, ‘kan?”

“Kebaikan dan perasaaan cinta adalah dua hal yang berbeda.”

“Kalo gitu, Ketua tidak jatuh cinta pada Hayasaka-san?”

“...Ya.”

“Kamu pernah jatuh cinta, ‘kan?”

“Setidaknya.”

“Kalau begitu kasih tahu aku.”

Tachibana-san semakin mendekat. Rambutnya yang tergerai di depannya sangat indah.

“Bagaimana rasanya menyukai seseorang? Kapan aku bisa bilang kalau aku menyukai seseorang?”

Kata-kata dan tindakan Tachibana-san masih seperti seorang gadis yang belum pernah jatuh cinta.

Aku menjawab dalam kebingungan.

“Aku tahu kedengarannya klise, tapi bukankah itu seperti jantung berdebar atau semacamnya?”

“Oh.”

Tachibana-san mengalihkan pandangannya seakan sedang berpikir.

“Tachibana-san, apa jangan-jangan kamu belum pernah degdegan?”

“Aku tidak terlalu memikirkannya sih, tapi, yah, mungkin belum.”

Tapi dia punya pacar. Aku ingin tahu apa artinya ini. Ketika aku tidak tahan dan hendak menanyakannya tentang hal itu, Tachibana-san membuka catatan cinta dan meletakkannya di atas meja kopi.

“Ketua, ayo lakukan ini.”

Itulah bagian How dari catatan cinta.

Bagaimana cara membuat seseorang menyukaimu? Dengan kata lain, ini adalah halaman tentang cara merayu seseorang.

[Seratus Cara Membuat Jantung Berdebar]

Penamaannya membuat sulit untuk percaya bahwa penulis memiliki IQ 180, dan isinya juga sangat khas ada di manga shoujo, seperti kabedon, ashidon, dan nekukui.

(Tln: Kabedon = Menghentakan tangan di dinding, Ashidon = dengan kaki, Nekunekui = Menarik dasi untuk mendekatkan wajah)

Bahkan jika diminta untuk melakukannya, itu sedikit bermasalah. Itu memalukan, dan ashidon bukanlah karakterku karena itu adalah sesuatu yang dilakukan oleh karakter yang kuat dan tampan.

“Aku ingin degdegan.”

“Meski kau bilang begitu...”

Mungkin Tachibana-san belum pernah jatuh cinta.

Jika demikian, ada kemungkinan kalau pacarnya itu hanyalah pacar dalam nama. Tapi meski hanya sebatas nama, dari segi nilai-nilai di dunia, sebaiknya jangan melakukan hal semacam itu dengan gadis yang sudah memiliki pacar. Karena itu——.

“Ayo pulang sekarang. Di luar sedang hujan.”

“Oh.”

Tachibana-san dengan mudah bangkit dan mulai bersiap untuk pulang.

“Rasanya, aku seperti sudah meminta sesuatu yang menyusahkan.”

“Tidak menyusahkan sih, tapi...”

“Ketua, kamu tampak bermasalah.”

Itu salahku, ‘kan? Maksud perkataannya.

“Aku tidak akan memintanya lagi.”

Dengan ekspresi sedih di wajahnya, dia mencoba meninggalkan ruang klub.

Seolah aku sudah menyakitinya, dan dadaku sakit.

Kalau sudah begini apa boleh buat, tidak apa-apa juga. Aku menampar pipiku dengan kedua tanganku.

Aku tiba-tiba merasa seperti pria tampan, karakter utama dari sebuah drama.

Aku memasukkan tanganku ke saku dan menendang dinding.

“Hei, tunggu!”

Aku melakukan pose menghalangi jalan Tachibana-san dengan kakiku.

“Ahah.”

Ekspresi Tachibana-san berubah jadi tersenyum. Ini adalah ekspresi cerahnya yang pertama kali kulihat.

“Ini yang itu, ‘kan? Ashidon!”

Di mana ketika heroine akan pergi, karakter agresif menghentikannya dengan paksa. Kuncinya adalah mengangkat kakimu tinggi-tinggi dan bersikap kasar baik dalam nada maupun gerak tubuh. Itulah yang tertulis di catatan cinta.

“Ketua, kamu sangat bersemangat.”

“Yah, lebih baik menunggu sampai hujan reda.”

“Kau mau membuatku degdegan, ya.”

“Sedikit saja kok.”

Karena dia punya pacar. Kami membuang akal sehat dunia ketika kami memutuskan untuk sama-sama memacari yang kedua. Selain itu, dunia adalah [kamu], atau begitulah yang tulis Dazai Osamu.

Aku selalu sadar akan citra dunia yang tidak ada, dan aku selalu berusaha menyesuaikan diri dengan citra itu. Karena itu, aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, setidaknya dalam cinta.

“Kalo gitu, ayo lakukan.”

“Un, ayo kita coba.”

Dan jadilah begitu.

Related Posts

Related Posts

1 comment