-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 2 part 5 Indonesia

Episode 2
Mengapa



“Tachibana-san, apa kamu bawa payung?

“——Aku gak bawa.”

Setelah saling menatap selama beberapa saat di lorong tempat hujan bergema, aku berkata.

“Apakah kamu mau pulang bersamaku sampai ke stasiun?”

Tachibana-san mengangguk pelan.

Kami berbagi payung plastik dan berjalan bersama seolah-olah itu hal biasa. Karena Tachibana-san begitu tenang, aku juga merasa bahwa situasinya sangat alami.

“Kamu tidak perlu mengarahkan payungnya terlalu ke sini.”

Tachibana-san mengangkat ujung payung dengan jarinya.

“Ketua, bahumu basah.”

Tachibana-san mendekat ke tengah sehingga kami berdua bisa muat di bawah payungnya.

Saat kami berjalan, bahu kami saling bergesekan.

Tachibana-san pasti gadis yang belum pernah benar-benar jatuh cinta. Itu sebabnya dia tidak terganggu ketika bahu kami bergesekan seperti ini. Dia tidak tahu apa artinya itu, dan dia memikirkan akibatnya.

Tapi sekarang, dengan penuh minat, dia mulai belajar untuk merasakan degdegan.

Dia tampaknya jauh lebih sensitif daripada aku, dan dia akan segera dapat memahami banyak hal. Ketika itu terjadi, aku bertanya-tanya akan menjadi gadis seperti apa Tachibana-san.

“Hari ini, kita sudah melakukan banyak hal, ya.”

“Ya, kita melakukannya. Kabedon, hijidon, dan juga nekukui.”

“Ketua, di awal kamu mengatakannya. Kamu bilang kalau gadis yang degdegan dengan hal semacam itu adalah gadis gampangan.

“Hebat kamu mengingatnya.”

Aku bisa mencium aroma segar dari Tachibana-san di sebelahku.

Di sisi lain, aku berkeringat. Karena kami berada di bawah satu payung, aku khawatir itu membuatnya tidak nyaman, dan aku mencoba menjauhkan tubuhku sedikit. Tapi lebih cepat dari itu, Tachibana-san mencubit lengan bajuku.

“Kamu nanti basah, loh.”

“A-Aa...”

Aku merasa seperti aku diperintahkan untuk jangan menjauh, dan kami terus berjalan pada jarak itu.

Lebih dari sekedar bahu kami bergesekan. Lengan baju Tachibana-san mengenai lenganku, dan rambut panjangnya menyentuh lenganku. Perhatianku terfokus pada hal itu. Tachibana tidak terganggu seperti biasanya.

Kami tiba di stasiun dan berpisah saat memasuki gerbang tiket karena arah kami berlawanan.

“Sampai ketemu lagi.”

Tachibana-san melambaikan tangannya ke arahku. Gerakannya energik, dan ekspresinya cerah.

Sangat menyenangkan melihat senyum seorang gadis yang biasanya tidak tersenyum.

Aku pikir dia akan langsung turun ke peron, tetapi Tachibana-san berbalik di akhir.

“Ketua, kau tahu?”

“Apa?”

Tachibana-san, dengan ekspresi malu-malu berkata.


“Aku, mungkin gadis yang cukup gampangan.”

Related Posts

Related Posts

1 comment