-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 6 part 7 Indonesia

Episode 6
Revolusi Segi Empat



Pengakuan coba-coba yang dijamin gagal.

Mungkin terasa dramatis, tapi itu seperti menyerah di tengah jalan.

Setelah upacara penutupan, aku duduk sendirian di kelas.

Hayasaka-san sekarang dalam perjalanan ke kelas tahun ketiga untuk menyatakan perasaannya kepada Senpai.

Kami membahas tentang pengakuan ini lagi di kafe beberapa hari yang lalu.

“Ini sangat sulit.”

Kata Hayasaka-san sambil menatap tehnya.

“Aku harus bisa membedakan diriku saat bersama Senpai, dan diriku saat bersama Kirishima-kun.”

“Apa sulit itu?”

“Di depan Senpai, aku bertingkah seperti aku tidak punya pacar. Tapi kenyataannya, aku punya Kirishima-kun. Tidak ada masalah ketika Senpai berada di sekolah lain, tapi sekarang sangat sulit. Aku merasa seperti menjadi dua orang.”

Tampaknya dia sangat kebingungan ketika kami bertiga sedang bersama.

“Aku tidak bisa menjadi aktris.”

“Yah, akting bukanlah keahlianmu.”

Dari sana Hayasaka-san tidak lagi mendengarkanku dan terus mengucapkan serangkaian kata.

“Karena itu, aku akan mengaku.”

“Karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada ku jika terus seperti ini.”

“Pengakuan ini bukanlah penolakan yang disengaja, aku melakukannya karena aku ingin. Jadi, itu bukan sesuatu yang Kirishima-kun benci, ‘kan?”

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Hayasaka-san adalah orang yang tidak akan berubah pikiran begitu dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Dan di upacara penutupan, aku menunggu hasil pengakuan Hayasaka-san. Tapi——.

Mungkin pengakuan ini tidak akan berhasil.

Senpai pikir aku menyukai Hayasaka-san. Jadi dia tidak akan pernah menerima pengakuan Hayasaka-san demi aku. Dia orangnya memang seperti itu.

Jujur saja, akan lebih bagus bagiku jika Hayasaka-san ditolak. Dengan begitu, aku pasti akan bisa berpacaran dengan Tachibana-san atau Hayasaka-san.

Dengan Hayasaka-san sebagai asuransi penuh, kemungkinan patah hati menjadi nol persen.

Di atas segalanya, aku tidak harus menyerahkan Hayasaka-san yang imut, manis, dan bisa dipeluk itu kepada orang lain.

Tidak adil bagiku untuk berpikir seperti itu.

Tapi, aku berdiri dan meninggalkan kelas.

Aku berniat untuk menghentikan pengakuannya.

Aku ingin Hayasaka-san bahagia. Jadi bahkan jika itu tidak nyaman bagiku, aku harus menghentikan pengakuan yang memiliki tingkat keberhasilan hampir nol ini.

Aku akan memberitahu Senpai bahwa “Aku memiliki orang lain yang ku sukai.”

Jika kesalahpahaman teratasi, ada kemungkinan besar Senpai akan jatuh cinta pada Hayasaka-san.

Alasan kenapa aku sejauh itu mungkin karena aku sangat menyukai Hayasaka-san.

Aku sangat menyukainya hingga aku sanggup membantunya mengikat cinta dengan anak laki-laki lain.

Tapi, mungkin bagian di mana aku sanggup membantunya adalah karena aku nomor dua.

Jika aku nomor satu, aku tidak akan bisa dengan tenang mendukungnya. Aku sedikit sedih tentang itu.


Ketika aku sampai di kelas tahun ketiga, aku melihat Hayasaka-san.

Berdiri di koridor, dia meletakkan tangannya di dadanya dan mengambil napas dalam-dalam.

“Kirishima-kun, ada apa?”

Tepat ketika Hayasaka-san memperhatikanku.

Yanagi-senpai keluar dari kelas.

“Eh?”

Aku dan Hayasaka-san bersuara serempak.

Alasannya karena ada orang yang tidak terduga mengikuti Yanagi-senpai keluar dari kelas.

“Lah, Ketua.”

Itu Tachibana-san. Sepertinya dia sudah kembali dari kompetisi.

Lalu dia menatapku dan Hayasaka-san bergantian dengan ekspresi curiga.

“Ada apa?”

“Enggak, Tachibana-san sendiri.”

Melihatku dalam keadaan linglung, Yanagi-senpai memiringkan kepalanya.

“Kirishima, ada apa?”

“Senpai, apakah kamu mengenal Tachibana-san?”

“Oh.”

Senpai menatap Tachibana-san sambil menggaruk kepalanya.

“Boleh kukatakan?”

(Tln: Wkwkw mampos. Makin rumit ni hubungan. Gokil)

Ketika Senpai bertanya, Tachibana-san menjawab, “Boleh saja,” Fakta bahwa dia tidak memakai bahasa sopan menunjukkan bahwa mereka berdua sudah saling kenal cukup lama.

Aku punya firasat buruk. Aku tidak terlalu ingin mendengarkannya. Aku ingin pergi dari sini sebentar. Aku bahkan bisa mendengarnya dari orang lain.

Tachibana-san melihat ke arahku, tapi tatapannya mengarah ke bawah secara diagonal. Sikapnya berbeda dari sikap dinginnya yang biasa, dan dia tampak agak menyesal. Aku yakin bahwa firasatku benar.

Tolong biarkan aku menyiapkan mentalku.

Aku memutar otakku. Cara melarikan diri, cara menghindar, beri aku, sedikit lagi waktu——.

Pikirku begitu, tapi Senpai mengatakannya begitu saja.

“Kami sudah bertunangan.”

“Eh?”

“Kami akan menikah di masa depan, kami berdua.”

Senpai dan, Tachibana-san akan menikah.

Ketika aku mengetahui hal seperti itu, aku tak tahu harus berkata apa.

“Dengan kata lain, itu, ……selamat?”

“Terlalu dini untuk mengatakannya.”

Perasaanku tidak bisa mengikuti situasi.

Tunangan yang Tachibana-san katakan dia miliki di sekolah lain adalah Yanagi-senpai.

Lalu apa yang akan terjadi?

Apa yang harus aku lakukan?

Apakah cinta segi empat yang indah telah terbentuk, dengan aku dan Tachibana-san adalah bersilangan?

Aku melihat ke sampingku dan melihat Hayasaka-san tersenyum dengan lembut.

(Tln: Yee selamat. Gak bingung lagi kan sekarang. Tapi…)

Mungkin dia tidak bisa memikirkan apa pun. Dia memiliki ekspresi tercerahkan. Akan jauh lebih mudah jika seperti ini.

“Ngomong-ngomong, aku diundang oleh Maki.”

Senpai masih seperti biasa.

“Kamu tidak punya cukup orang untuk membuat film pendek, ‘kan? Okelah, aku akan membantumu juga, di kamp pelatihan musim panas. Hayasaka-chan juga ikut, yuk.”

Hayasaka-san masih dengan senyum seperti Buddha.

Aku juga mencoba memikirkan sesuatu, tetapi aku tidak bisa memikirkan apa pun tentang kamp pelatihan itu.

Aku perlu memilah situasinya terlebih dahulu.

Di saat seperti ini, ada baiknya melakukan gerakan berulang setiap hari untuk menenangkan pikiran.

Aku akan meraut pensilku sesampainya di rumah.

Pada saat aku memiliki dua belas pensil yang diraut dengan runcing, aku seharusnya sudah mendapatkan kembali ketenanganku.

Benar, pikirku.

Related Posts

Related Posts

8 comments