-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 7 part 2 Indonesia

Episode 7
Aku Gak Papa Kok Jadi Pacar Kedua



“Hanya karena tunangannya Senpai, bukankah kau terlalu cepat menyerah?”

Kata Maki.

“Tidak, aku sering dibantu Yanagi-senpai sewaktu di SMP juga, jadi aku mengerti bagaimana perasaanmu, Kirishima. Tapi, Tachibana adalah cinta pertamamu yang sesungguhnya, bukan?”

“Itu benar, tapi...”

Pada malam hari, aku dan Maki mandi bersama di outdoor.

Kami tidak melakukan pengambilan gambar di hari pertama. Kami hanya pergi ke museum, makan roti mata air panas, dan jalan-jalan di Hakone. Lalu kami makan malam di penginapan, dan sekarang kami berendam di pemandian air panas.

“Dari yang kudengar.”

Kata Maki.

“Bukankah lebih baik jika kamu meminta Tachibana untuk membatalkan pertunangannya? Apa kamu sudah mencobanya?”

“Belum, dan tidak akan.”

“Kenapa?”

“Aku merasa sangat tidak bertanggung jawab.”

Memang benar ada janji masa kecil antara aku dan Tachibana-san. Jika aku mengambil keuntungan dari itu, ada kemungkinan Tachibana-san akan terombang-ambing oleh perasaannya yang sementara dan memilihku. Tapi——.

“Jika dia membatalkan pertunangannya, keluarga Tachibana-san tidak akan seperti sekarang lagi. Jika itu terjadi, itu akan mempengaruhi masa depan Tachibana-san.”

Ketika Tachibana-san tersadar, dia mungkin menyesalinya.

“Enggak, ini masalah percintaan anak SMA. Kamu berpikir terlalu jauh ke depan.”

“Tapi itu penting.”

Aku tidak ingin membuat Tachibana-san tidak bahagia.

“Selain itu, aku tidak bisa mengkhianati Senpai.”

“Yah, jika Kirishima merasa seperti itu, maka kurasa memang begitu. Selain itu, Tachibana dan Senpai juga tampaknya cukup baik.”

Saat kami jalan-jalan di Hakone, Tachibana-san selalu berjalan di samping Senpai.

Waktu makan malam di ruang tatami penginapan, dia sendiri duduk di samping Senpai. Itu adalah perilaku yang tidak terpikirkan akan dilakukan oleh Tachibana-san yang biasa, dan Yanagi-senpai juga terkejut.

“Jangan bilang, Kirishima, kamu yang menjauhkan Tachibana dari dirimu?”

“Kami berdua memutuskan untuk seperti itu.”

“Oioi..., bagaimana mungkin?”

“Itu sudah diputuskan.”

Itu sekitar seminggu yang lalu dari sekarang.


Selama liburan musim panas, klub PeMis tidak memiliki satu kegiatan pun.

Tapi pada hari itu, aku dan Tachibana-san berkumpul di ruang klub.

Ini untuk memikirkan skenario film pendek yang akan diambil di penginapan.

Tachibana-san yang sudah lama tak kulihat, masih terlihat cocok dengan seragamnya dan menyegarkan, seperti gadis cider musim panas. Aku memiliki keinginan untuk jatuh cinta padanya dengan semua intensitas iklan Pocari Sweat, tapi kami segera berselisih.

“Aku lebih suka anagram.”

“Enggak enggak Tachibana-san, kita hanya bisa memunculkan trik naratif di sini.”

Ini mengenai teknik misteri yang akan digunakan di film pendek.

Aku dan Tachibana-san memiliki hobi yang sama. Seperti radio larut malam dan novel misteri.

Tapi detailnya berbeda. Dalam radio, Tachibana-san suka NHK sedangkan aku suka Bunka Hoso, dan dalam misteri, itu adalah anagram dan trik naratif.

“Aku gak mau kalau bukan anagram.”

Anagram trik favorit Tachibana-san adalah trik yang menggunakan huruf.

Ini adalah teknik di mana serangkaian karakter yang tidak dapat dipahami muncul, dan ketika karakternya diganti, sebuah fakta penting dalam cerita terungkap.

“Tapi Tachibana-san, gimana cara kita memakai anagram dalam video?”

“Pertama-tama, kita perlu menyiapkan orang mabuk, bukan?”

“Itu akan menjadi cerita yang original.”

“Selama pertunjukan, si pemabuk itu terus mabuk. Dan kemudian, dia akan terus meneriakkan [Etsushi Udon] seperti gumaman tidak jelas.”

“Etsushi Udon?”

“Jika dibalik, Endou Shuusaku. Pelaku sebenarnya adalah Endou Shuusaku, si pemabuk sudah menebak pelakunya dari awal. Orang-orang yang menonton akan seperti, Sial, aku gak sadar, ‘kan?”

“Iya kah?”

“Judulnya adalah [Detektif Pemabuk].”

Memang beanr ini trik anagram, tapi Tachibana-san, kamu lebih kikuk dari yang kukira.

“Tidak, jangan buat itu.”

“Kenapa? Si pemabuk itu memiliki masa lalu yang menyedihkan, dia dulu bekerja di sebuah perusahaan bergengsi, tapi dia kalah dalam persaingan promosi, dicampakan pacarnya, dan dia mulai minum obat tidur dan alkohol pada saat yang bersamaan——”

Tachibana-san mulai berbicara tentang pengaturan rinci dengan sia-sia.

“Tidak tidak, Tachibana-san, anagram tidak memiliki pengaruh yang cukup dalam karya visual.”

“Kalau kamu bilang begitu, trik naratif yang Ketua sukai juga hanya bisa dilakukan dalam novel.”

“Ya, jika itu tentang seorang gadis yang menyebut dirinya boku, atau pria tua yang bertingkah seperti anak muda. Tapi ada juga contoh karya yang dibuat menjadi film dan menjadi hits, seperti mengubah timeline.”

Inti dari trik naratif adalah untuk memanfaatkan kesalahpahaman pembaca atau penonton. Dan ketika kebenaran terungkap, penonton akan terkejut dengan kesalahpahaman mereka sendiri.

“Jadi, kita munculkan mayat di adegan pertama.”

“Plot mayat di awal. Misteri klasik, ya.”

“Tepat. Dan setelah itu, dibuat ini dan itu.”

“Fumu fumu.”

“Kemudian inilah yang terjadi, pelakunya begini.”

“Aku mengerti, aku mengerti.”

“——Jadi begitulah.”

“Fūn. Yah, untuk video pendek, mungkin lebih baik seperti itu sih.”

Tachibana-san mencatat garis besar cerita.

“Baiklah. Akan kugunakan trik naratif. Sebagai gantinya, serahkan nama orang dan detailnya padaku.”

“Oke.”

Jadi kebijakan naskah telah diputuskan.

Masalahnya adalah setelah itu.

“Ketua, mumpung kita bersama, ayo lakukan ini.”

Apa yang ditunjukkan Tachibana-san adalah catatan cinta lagi.

“Aku ingin menguji lebih banyak hal.”

“Tidak mau.”

“Ketua, kamu gak semangat.”

“Aku tipe pria yang sekali bilang tidak ya tidak.”

“Oh gitu. Ya udah deh, aku tidak akan memintanya lagi.”

Seperti biasa, Tachibana-san bersiap untuk pergi dan mencoba meninggalkan ruang klub.

Biasanya, aku akan menghentikannya pada saat ini dan permainan akan dimulai, tetapi karena aku tidak melakukannya, Tachibana-san berbalik ketika dia membuka pintu dan memelototiku.

“Ketua, kamu beneran gak mau?”

“Gak mau.”

“Kenapa?”

“Aku tidak perlu mengatakannya, bukan?”

“Gak mau karena aku punya tunangan? Siapa yang mutusin itu?”

“Aku tidak akan terpancing.”

Tachibana-san bukan lagi cinta monyet. Dia sudah tahu banyak hal.

(Tln: Sekali lagi ku jelaskan kalau cinta monyet di sana dalam raw nya adalah ren’ai kid’s atau love kids)

“...Karena tunanganku adalah Senpai yang Ketua hormati?”

“Begitulah.”

Kami bertukar pandang dalam diam untuk beberapa saat.

Kami berpura-pura tidak peka terhadap banyak hal, dan kami menikmati hubungan yang rumit bersama. Tapi kam tidak bisa mengabaikannya lagi. Sama seperti sudah waktunya pulang ke rumah setelah gelap, waktu kami untuk bermain dalam ketidakjelasan telah berakhir.

Tachibana-san tidak bisa mengkhianati ibunya.

Aku tidak bisa mengkhianati Yanagi-senpai.

Maka, hanya ada satu kesimpulan.

“Aku juga merasa tidak enak pada Yanagi-kun. Aku berharap aku bisa mencintainya, aku berharap aku bisa menyentuhnya, aku sering memikirkan itu.”

Tapi kau tahu, lanjut Tachibana-san.

“Aku hanya bisa menyentuh Ketua, dan aku hanya bisa berdebar karena Ketua. Aku sudah menerima kalau memang begitulah adanya, tapi Ketua tidak, ya?”

“Maaf.”

“Gak papa sih... Tapi, waktu kecil kamu menyukaiku, bukan?”

“Cinta pertama pada akhirnya akan berakhir.”

“Oh. Kamu tidak akan memilihku dengan mengorbankan semua yang ada di sekitarmu, ya?”

Yah, aku juga gak suka Ketua, kata Tachibana-san.

“Aku hanya penasaran seperti apa cinta itu.”

Tachibana-san meninggalkan ruangan, mengatakan bahwa dia akan pulang.

Tapi sebelum menghilang, dia berbalik dan berkata dengan ekspresi menyegarkan.

“Oke. Aku akan berpura-pura bahwa janji yang kita buat sewaktu masih kecil dan kenangan yang kita buat bersama, semuanya tidak pernah terjadi.”


“Selamat tinggal, Kirishima-kun yang menyayangi Senpai-nya.”

(Tln: Fuck. Ini Comeback Flag. Biasanya aku suka alur kek gini, tapi entah kenapa udah sakit duluan rasanya)

Related Posts

Related Posts

1 comment