-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 6 Bab 2 Part 2 Indonesia

Bab 2
Jalan Yang Tak Terelakan


2


Keesokan harinya, tiga kursi juga masih kosong.

Tentu saja, kekacauan di dalam kelas masih belum reda.

Solusi mendasar untuk masalah ini adalah mereka bertiga datang ke sekolah terlebih dahulu.

“Yō. Mau ke toilet denganku?”

Aku sedang duduk sambil menyentuh ponselku di atas meja dan menunggu kelas berikutnya, ketika Sudō memanggilku.

Ajakan yang tidak biasa. Dia bilang ke toilet, tapi wajahnya serius.

Mengajakku ke toilet itu hanya alasan, ada tujuan lain dibaliknya.

Tak ada bedanya dengan Yōsuke dan Kei, dia ingin memulai sesuatu dengan melaluiku terlebih dahulu.

“Ya. Ayo.”

Karena aku tidak punya alasan untuk menolak, aku berdiri dari tempat duduk dan kami berdua diam-diam meninggalkan kelas seolah akan pergi ke toilet.

Pada saat seperti ini, setiap saat aku terbantu oleh kenyamanan posisi dudukku.

Namun, salah satu siswa segera menyusul kami.

“Sudō-kun. Aku perlu bicara denganmu sebentar, bisa tidak?”

Sepertinya dia ada urusan dengan Sudō dan menunggunya sampai dia keluar ke koridor.

“Ada apa sih, Onodera?”

Onodera memperhatikanku berdiri di sampingnya dan mencoba mengelak.

“Aah... kamu sama Ayanokōji-kun. Begitu ya, kalian sedang membicarakan sesuatu.”

Pada pandangan pertama, sepertinya kehadiranku tidak nyaman untuknya.

Tapi, Sudō adalah orang yang mengajakku pergi saat istirahat, jadi aku tidak punya pilihan.

“Kami berdua mau ke toilet. Harus sekarang ya?”

“Eng, gimana ya?”

Mungkin itu sesuatu yang dia tidak ingin aku dengar, dia tampak agak bingung.

“Boleh kutunggu di sini? Aku ingin bicara denganmu secepat mungkin kalau bisa.”

Onodera menilai bahwa dia akan segera kembali kalau hanya pergi ke toilet.

Namun mendengar itu, kali ini Sudō yang tampak canggung.

Karena jika dia meminta saran dariku, itu tidak akan selesai dalam 1 atau 2 menit.

“Baiklah, omongin saja sekarang. Ayanokōji biar menunggu.”

Ketika dia siap untuk berbicara nanti, dia bingung dengan jawaban Sudō yang tidak terduga.

Onodera terlihat agak enggan, tapi dia mulai bicara sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

“Hadiah individu untuk festival olahraga kali ini tu, dinilai berdasarkan jenis kelamin, ‘kan? Aku berasumsi Sudo-kun jelas akan mengincar tempat pertama untuk anak laki-laki, apa aku benar?”

“Itu sudah jelas. Justru festival olahraga ini adalah kesempatan terbesarku untuk bersinar.”

Tanpa perlu ditanya lagi, jawabnya dengan percaya diri.

Onodera mengangguk puas dengan jawabannya yang meyakinkan.

“Sebenarnya, aku juga ingin bertaruh dalam festival olahraga ini. Mendapatkan tempat pertama untuk anak perempuan akan menjadi langkah menuju Kelas A. Dan tidak banyak kesempatan untuk bertarung di bidang keahlianku juga.”

Dia adalah perenang yang berbakat, tapi dia juga menunjukkan sisi sprinternya di festival olahraga tahun lalu.

Kemampuan fisik OAA juga tanpa cacat, dan dia adalah siswa dengan bakat luar biasa di semua cabang olahraga.

Onodera diperkirakan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan menang di berbagai kompetisi.

“Mungkin kamu bisa mendapatkan tempat pertama. Aku sangat mendukungmu.”

“Terima kasih. Tapi, tidak ada jaminan bahwa aku akan mendapatkan tempat pertama bahkan jika aku memenangkan beberapa kompetisi individu, bukan?”

“Kenapa? Terus saja rebut peringkat pertama———”

Gagasan Sudō untuk terus merebut tempat pertama tidak salah, tapi pada kenyataannya, dia bisa saja kalah dengan cara yang tidak terduga.

“Karena skor dalam kompetisi tim lebih tinggi, ‘kan?”

Saat aku menambahkan, Onodera menunjukkan ekspresi kaku lagi, tapi mengangguk setuju.

Onodera tampaknya memiliki semacam ketidakpercayaan padaku.

Dalam ujian khusus suara bulat tempo hari, aku membuang teman dari grup ku sendiri.

Tidak heran jika ada siswa yang bereaksi seperti ini.

“Ya~h, benar juga sih. Kalau ada yang menempati peringkat pertama di semua kompetisi tim, itu mungkin bisa gawat. Tapi meski begitu, bukankah membentuk tim tidak semudah itu? Suzune juga pernah bilang kalau mengikat erat 5 atau 6 orang bisa merugikan. Selain itu, aku gak mau mengatakan ini, tapi mengumpulkan 5 atau 6 orang untuk pertarungan tim itu enggak banget deh.”

Jika semua orang berada di level yang setara dengannya, Sudō sendiri akan puas.

Tapi pada kenyataannya, akan ada juga siswa yang menghambatnya. Akibatnya, sangat mungkin hal ini akan menyebabkannya kalah dalam persaingan. Itulah yang dimaksud dengan kompetisi tim.

“Ya. Aku pun tidak tertarik dengan tim banyak orang. Tapi———bagaimana jika itu kompetisi yang bisa diikuti oleh 2 orang yang pasti bisa dimenangkan? Apalagi ada beberapa kompetisi yang hanya bisa diikuti oleh pasangan pria dan wanita, bukan?”

Pada titik ini, Sudō juga mulai menebak apa yang Onodera coba bicarakan dengannya.

“Sudō-kun dan aku tidak akan kesulitan bekerja sama. Aku hanya berpikir jika aku mau membentuk tim, aku mau memilih partner terbaik?”

Itu akan menjadi perolehan poin kelas dan tidak akan merugikan untuk mengincar peringkat pertama di setiap jenis kelamin.

“Jadi maksudmu itu aku... yah, mungkin itu benar.”

“Itu yang kumaksud. Tentu saja, itu kalau Sudō-kun tidak ada keluhan sih. Selain itu sekarang suasana kelas sedang buruk, ‘kan? Sakura-san telah dikeluarkan, dan Hasebe-san dan Wang-san juga absen.”

Dia mengalihkan pandangannya padaku sekilas, tapi kemudian segera mengalihkannya kembali ke Sudō.

“Itulah sebabnya kita harus menyokong kelas.”

Sudō tidak merasa buruk tentang undangan itu setelah kemampuannya diakui, tapi penyampaiannya tidak terlalu bagus.

“Apa aku tidak cukup kuat?”

“Itu tidak benar. Mana mungkin aku mengeluhkan kemampuanmu, Onodera.”

Meskipun dia memiliki kepercayaan penuh pada kemampuan fisiknya, ada hal lain yang mengganggunya.

“Kamu tidak mau berpasangan dengan siapa pun selain dengan Horikita-san?”

“Eh? E-Enggak kok...”

Tebakannya benarkah, Sudō. Dia tampak tidak canggung dengan pertanyaan Onodera.

Berpasangan dengan seseorang yang dia sukai. Memang benar bahwa itu mungkin sangat penting bagi Sudō, selain kemampuannya. Selama mereka tidak bisa berpartisipasi dalam kompetisi renang, tidak akan ada banyak perbedaan antara Horikita dan Onodera.

“Ada Kōenji, ‘kan? Orang itu, aku tidak mau mengakuinya, tapi dia lebih baik dariku.”

“Mungkin kau benar dari segi kemampuan. Tapi aku tidak bisa mempercayai Kōenji-kun. Terlebih lagi aku membencinya.”

Onodera dengan jelas menolak Kōenji.

Daya tarik Onodera kepada Sudō adalah nyata, tapi bagaimana tanggapan Sudō?

“Bagimana kalau... aku menolakmu?”

“Jika ada orang lain di kelas yang memiliki kemampuan dan dapat dipercaya, itu pasti... yah, hanya Hirata-kun, tapi aku agak enggan untuk memintanya berpasangan. Aku tidak mau dikira yang aneh-aneh.”

Bicara tentang berpasangan dengan Yōsuke yang sangat populer di kalangan gadis-gadis, itu lebih dari sekadar satu atau dua orang yang cemburu.

“Jadi kalau Sudō-kun menolak, maka pada saat itu aku harus melakukan semua yang ku bisa sendiri?”

Itu bukan untuk menakut-nakutinya, tapi dia hanya mengatakan yang sebenarnya.

Peringkat pertama tahun ajaran diragukan, tapi dia bisa membayangkan mereka mendapatkan banyak perolehan poin.

Sudō bimbang mendengar nama Horikita, tapi saat dia melihat Onodera, dia langsung mengencangkan wajahnya kembali.

Itu karena dia menyadari bahwa dia telah mencoba menolak undangan Onodera untuk alasan yang konyol.

“...Oke deh, Onodera. Ayo kita berpasangan.”

“Benarkah?”

“Ya. Ayo kita dukung kelas ini dengan kekuatan kita.”

Mengatakan itu, dia mengulurkan tangannya dan meminta Onodera untuk menjabat tangannya.

Setelah menatapnya, Onodera juga menanggapi dengan jabat tangan yang kuat.

“Ayo kita berjuang, Sudō-kun. Kita berdua pasti akan menempati peringkat pertama untuk kategori pria dan wanita.”

Puas dengan kesepakatan itu, Onodera kembali ke kelas.

“Itu sesuatu yang tidak terduga, tapi ini yang terbaik, bukan?”

“Kurasa begitu. Aku yakin kau ingin satu tim dengan Horikita, tapi lebih baik bekerja sama dengan Onodera dan menunjukkan 100% kekuatanmu daripada konsentrasimu terganggu.”

“...Kan.”

Waktu yang tersisa hanya sekitar 5 menit, tapi kami berjalan ke toilet seperti yang direncanakan semula.

“Jadi. Ini soal... Kanji, Shinohara, dan sekitarnya.”

“Jadi terkait pengungkapan rahasia Kushida, ya?

“Sejujurnya, mereka juga berada dalam hubungan yang tegang, dan menurutku itu tidak bagus.”

“Bagimu, bukankah akan lebih menarik jika mereka berdua putus? Sudō.”

“Yah, mungkin aku pernah mengatakannya sebagai lelucon. Aku hanya ingin mereka langgeng, serius.”

Aku hanya iseng menanyakannya, tapi sepertinya dia benar-benar khawatir.

“Tapi sayangnya, aku tidak terlalu dekat dengan siswa-siswi itu. Tidak ada yang bisa kulakukan untukmu.”

“Bisakah aku setidaknya meminta beberapa saran?”

“Tidak ada penyelesaian yang dapat dicapai tanpa diskusi. Apakah pernyataan Kushida benar atau salah adalah masalah lain saat ini, dan mereka mungkin perlu mengungkapkan isi hati mereka satu sama lain.”

“Bukankah itu buruk? Itu bisa menjadi lebih buruk dari sebelumnya.”

“Itu benar. Makanya kamu membutuhkan seseorang yang bisa mengendalikan situasi. Orang itu harus bisa mendengarkan kedua pihak dengan ramah dan menenangkan alur pembicaraan yang akan kacau.”

“Ah, aku tidak bisa melakukan itu.”

“Maka kamu hanya harus meminta seseorang yang bisa melakukan itu.”

Aku tidak memberinya jawaban, tapi biarkan Sudō memikirkannya.

(Tln: Anjir, cuci otak buat nyelipin kalau Kushida itu penting)

“Kalau itu benar, peran seperti ini dilakukan oleh Kushida, ‘kan...?”

“Ya. Dia sekarang tidak bisa dipakai. Jika kau tidak bisa mengandalkan Kushida, kau harus mencari siswa lain.”

Ini adalah hal sangat sederhana sehingga tidak akan menjadi masalah.

“Hirata, ya?”

Seperti yang diharapkan, Sudō langsung teringat olehnya.

Sudō tidak akrab dengan Yōsuke, tapi ini bukan situasi di mana dia akan mengatakan itu.

“Sip. Aku akan menunduk dan meminta bantuannya dulu.”

Sudō dan Yōsuke memiliki hubungan yang jauh, tapi masalah ini mungkin bisa membawa perubahan.

“Terima kasih, Ayanokōji.”

“Aku tidak melakukan apa-apa. Kau hanya memikirkannya dan menemukan jawabannya sendiri.”

(Tln: Pala lo. Itu lo lagi nyuci otaknya dibilang gak ngapa-ngapain)

Begitulah kelas berjalan.

Related Posts

Related Posts

5 comments

  1. Sudah mulai kesal nampaknya wkwkwk
    Tapi ayanokouji emang manipulatif parah sih wkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. thanks min note nya, gw jadi paham gimana progress kiyotaka memanipulasi isi kelas, bener2 gak ngeh asli

    ReplyDelete