-->

Cari Blog Ini

You-Zitsu LN 2nd Year Vol 8 Bab 3 Part 5 Indonesia

Bab 3
Perjalanan Sekolah Hari Ke-2


5


Setelah bermain ski selama waktu yang diizinkan, kami kembali ke ryokan sebelum pukul 19:00.

Aku masih belum puas bermain ski, tapi mungkin itu waktu yang tepat untuk berhenti.

Di penghujung hari kedua sudah semakin dekat dan malam semakin larut. Sudƍ mengajakku untuk makan malam, jadi kami pergi ke pemandian umum bersama, aku membasuh tubuhku dan kemudian membenamkan diri ke mata air panas.

“Kaah! Berasa banget!”

Sudƍ yang setiap hari berkeringat selama latihan di klub basket, mungkin merasakan khasiat dari berendam ini.

Ia berulang kali mengambil air panas dengan kedua tangannya dan membasuh mukanya, sepertinya itu untuk menghilangkan kelelahannya.

“Yƍ.”

Setelah aku berendam di dalam bak mandi tanpa melakukan apa-apa untuk sementara waktu, Hashimoto dari Kelas A datang di sebelahku.

Aku mengangkat tanganku sedikit untuk menjawab, Sudƍ juga mengangkat tangannya mengikutiku.

“Haduuh... hari ini sangat melelahkan.”

Dia terlihat sangat kelelahan, memutar bahunya dan menghela napas panjang.

“Apa yang terjadi?”

“Banyak sekali, aku pusing mikirin anak bermasalah dalam grup-ku.”

Secara pribadi, grup Hashimoto sudah ada dalam pikiranku sejak awal.

“Karena ada Kƍenji di sana.”

“Tepat sekali. Prinsip aktivitas bebas itu kita semua beraktivitas bersama-sama, bukan? Biasanya, jika kamu punya akal sehat, kamu seharusnya mendiskusikannya, tapi kami semua pergi ke mana dia ingin pergi.”

Kƍenji jelas bukan tipe orang yang akan mengikuti dengan patuh, tapi itu tampaknya tidak berubah bahkan dalam lingkungan grup yang mencakup semua kelas.

“Sepertinya ia berada di peternakan untuk mencoba pengalaman menunggangi kuda hari ini, jadi itu atas kehendak Kƍenji?”

“Kenapa kau bisa tahu? Eh... kurasa tidak aneh jika kau melihat keributan itu.”

Hashimoto memegangi kepalanya, menenggelamkan bagian bawah wajahnya ke dalam bak mandi.

“Aku hanya melihatnya melintas melewati kami, tapi apa Kƍenji kembali setelah itu?”

Hashimoto menengelamkan diri selama 10 detik, lalu ia mengangkat bahunya dan muncul ke permukaan.

“Setelah 1 jam lebih. Kami tidak ada yang berani untuk berkuda, jadi kami hanya menunggu dan melihat.”

Kemudian dia mulai menceritakan aktivitas bebas mereka.

Sejak awal bagikan neraka, Sudƍ menggumamkan ucapan belasungkawa dan menyatukan tangannya.

“Terus, rencananya kami itu akan makan siang di restoran yang terkenal di TV sebelum tengah hari, tapi si Kƍenji ini bilang dia ingin bermain ski. Tanpa ragu-ragu, dia langsung pergi ke area ski sendirian. Kami sangat kelelahan sampai tidak punya waktu untuk bersenang-senang. Itulah akhir dari hari kedua kami.”

Jika mereka mengabaikannya dan pergi ke restoran terkenal itu, itu adalah pelanggaran disiplin grup, ya.

Sungguh kisah yang menyedihkan.

“Aku ingin tahu apakah kalian teman sekelasnya ini mungkin tahu bagaimana cara menghadapinya.”

Perjalanan sekolah baru saja melewati titik balik dan hanya tersisa dua hari lagi.

Setidaknya waktu luang pada hari keempat, ia ingin mengambil pilihan yang diinginkan oleh grup.

“Karena dia di luar kendali. Tidak ada yang bisa diperbuat.”

Sudƍ mengatakan apa yang dia pikirkan.

Kedengarannya dingin, tapi karena dia sudah lama mengenalnya, dia hanya sudah menyerah.

“Bagaimana denganmu, Ayanokƍji?”

“Membujuk Kƍenji itu tidak realistis. Terus terang, mungkin tidak ada yang bisa kau lakukan.”

“...Ini kenyataan yang kejam.”

“Tapi, hanya ada satu cara untuk keadaan tertentu.”

“Apa itu? Katakan padaku.”

Hashimoto tertarik karena dia ingin mengetahui cara menangani situasi ini, sekecil apa pun harapannya.

Ini adalah satu-satunya cara yang akan menjamin aktivitas bebas jika kerugiannya bisa diterima.

(Tln: tinggal ancam saja Kƍenji biar grup kena pelanggaran dan mereka gak bisa kemana-mana. Bodoh banget Hashimoto dkk gak mikirin taktik ini)

Setelah aku selesai menjelaskannya, Hashimoto mengangguk setuju.

“Yah, hanya itu saja cara yang tersisa, bukan?”

“Lebih baik diskusikan dengan grup apa yang harus dilakukan.”

“Tentu saja, aku pun serius mempertimbangkannya.”

Sambil merenung, Hashimoto menghilang ke dalam bak mandi lagi.

Related Posts

Related Posts

Post a Comment