-->

Cari Blog Ini

Watashi, ni-banme no kanojo de īkara Vol 1 Episode 5 part 6 Indonesia

Episode 5
Aku Tahu



Pertempuran misterius antara keduanya meningkat dari hari ke hari.

Tachibana-san mengeluarkan semprotan deodoran dari tasku, memasukkannya ke dalam blusnya tepat di depanku, memakainya, dan kemudian dengan sengaja berjalan melewati Hayasaka-san.

Hayasaka-san bilang dia lupa buku pelajarannya dan membawa milikku.

Aku akhirnya kabur ke ruang OSIS saat istirahat karena mereka berdua melakukan banyak hal.

“Kirishima, kau berantakan.”

Kata Maki.

“Apa itu di kepalamu?

“Ini seperti dua jenis wax yang dicampur berulang-ulang.”

Aku menjelaskan ke Maki apa yang sedang terjadi.

“Jadi keributan dari semua orang tentang Tachibana sedang mesra-mesranya dengan pacarnya hanya untuk memanasimu ya, Kirishima?”

“Dia sedang menguji perasaan kami.”

“Hayasaka itu orangnya sederhana, jadi dia mudah diprovokasi, dan Tachibana secara mengejutkan agresif, jadi mereka seperti sedang berperang, ya. Pantas saja barang-barangmu pada hilang.”

Maki sepertinya telah memperhatikannya selama ini. Pensil, seragam olahraga, dan banyak lagi.

“Di sekolah khusus perempuan, tampaknya pergi ke sekolah dengan tas anak laki-laki adalah simbol status. Mungkin itu untuk pamer karena punya pacar. Kurasa itu versi Kirishima-nya itu.”

“Menurutmu apa yang harus aku lakukan?”

“Sudahlah menyerah saja. Tidak ada yang bisa dilakukan pria ketika dua wanita berkelahi.”

Lalu, Maki tiba-tiba berkata, “Kalau begitu, aku akan pergi dulu.”

“Ada apa?”

“Ada pengunjung. Untukmu, ‘kan, Kirishima?”

Ketika kulihat, aku melihat Sakai, teman Hayasaka-san, melalui celah di pintu ruang OSIS.

“Aku entah kenapa tidak pandai berurusan dengan gadis itu.”

Itu mungkin karena Sakai dan Maki sedikit mirip. Pikirku begitu, tapi tidak kukatakan. Sakai mungkin tidak ingin orang lain tahu jati dirinya.

Maki keluar dan digantikan oleh Sakai.

“Kalian tadi membicarakan Akane, ‘kan? Tentang pertarungannya dengan Tachibana-san.”

Kata Sakai. Dia juga datang untuk membicarakan hal ini.

“Jika terus seperti ini, Akane, dia bakal jadi yandere, loh. Menurutku itu lucu kalau beneran terjadi.”

“Apakah dia jadi selabil itu?”

“Waktu kami pulang bareng, dia terus bicara sendiri.”

[Tachibana-san, kenapa coba dia ngelakuin itu? Padahal aku hanya punya Kirishima-kun. Jangan direbut sih. Are? Apa aku harus marah? Ah, tidak, tentu saja tidak. Toh aku, nomor dua, ‘kan. Kirishima-kun adalah..., siapaku ya? Ya, aku nomor dua. Itu sebabnya aku harus diam...]

Kudengar dia terus mengatakan itu, meskipun Sakai ada di sampingnya.

“Aku sendiri suka melihat pertarungan antar wanita, tapi sebagai teman Akane, aku ingin Kirishima meminta Tachibana-san untuk berhenti. Akane, mentalnya lemah. Dari awal, dia pada dasarnya tipe nomor satu, dan dia tidak cukup mampu untuk menjadi nomor dua.”

“Tapi aku tidak yakin apakah Tachibana-san mau mendengarkanku. Maki bilang seorang pria tidak bisa menghentikan perkelahian antar wanita.”

“Biasanya, iya. Tapi Tachibana-san akan mendengarkan apa yang kamu katakan loh, Kirishima.”

“Kenapa menurutmu demikian?”

“Habis Tachibana-san, dia bisa menguji perasaan Akane, tapi dia tidak punya keberanian untuk menguji perasaanmu, ‘kan, Kirishima?”

Sudah kuduga Tachibana-san tidak punya pengalaman cinta, kata Sakai.

“Dari awal kamu sudah tahu, ‘kan?”

“Soal apa?”

“Pake ngelak.”

Kata Sakai.

“Dasi, earphone, itu semuanya punyamu, ‘kan, Kirishima?”

(Tln: Ah, okay.. You got me this. Kenapa aku gak sadar pola ini coba)

Related Posts

Related Posts

2 comments